JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- RIBUAN pengungsi masih antre di Bandara Wamena, Papua. Sampai Ahad (29/9), TNI AU masih terus mengangkut masyarakat yang ingin keluar dari Wamena melalui Jayapura. Rencananya dua pesawat Hercules berkapasitas 150 penumpang yang ada saat ini akan ditambah. Sehingga proses pengangkutan masyarakat lebih cepat.
Komandan Lanud Silas Papare Marsekal Pertama TNI Bowo Budi Santoso menjelaskan bahwa saat ini instansinya memaksimalkan dua Hercules yang ada. "Masing-masing empat sortie per hari," ungkap dia kepada Jawa Pos (JPG). Dengan begitu minimal sebanyak 1.200 penumpang bisa mereka angkut setiap hari. Dengan catatan tidak ada gangguan cuaca.
Bowo menekankan, keselamatan dan keamanan masyarakat tetap jadi prioritas. Mengingat cuaca di langit Papua cenderung cepat berubah-ubah. Selain membawa masyarakat dari Wamena ke Jayapura, dua Hercules masih mendistribusikan bantuan untuk masyarakat. "Barang-barang yang di sini (Jayapura, red) dirasa cukup digeser ke Wamena," imbuhnya.
Jenderal bintang satu TNI itu mengakui, aparat keamanan membuka posko. Baik di Lanud Silas Papare maupun Bandara Wamena. "Saat ini ada 102 ya. Yang tercatat keseluruhan 458 pengungsi," kata dia. Sebagian besar yang bertahan di Lanud Silas Papare adalah masyarakat dari daerah lain. "Mereka yang nggak punya famili kami tampung," tambah dia.
Walau sudah tidak ada perusuh dan mulai membaik, kondisi di Wamena terus dipantau. Terakhir, dia bersama Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit bertolak ke Wamena. Mereka sengaja datang ke sana untuk melihat langsung masyarakat asal Sumatera Barat. "Saya datang ke Papua itu melihat kondisi yang sebenarnya," kata Nasrul saat diwawancarai JPG.
Sedikitnya ada 1.800 masyarakat asal Sumbar berada di Wamena dan Jayapura. Dalam kerusuhan di Wamena beberapa waktu lalu, sembilan di antaranya meninggal dunia. Delapan sudah dipulangkan ke Padang, satu lainnya dimakamkan di Wamena. Menurut Nasrul, sekitar 500 masyarakat asal Sumbar meminta bantuan untuk dipulangkan ke Padang.
Dari angka tersebut, 172 di antaranya sudah berada di Jayapura. Sisanya masih di pengungsian di Wamena. "Sekarang kami lagi mendata mana yang mau pulang, mana yang tidak," kata dia. Pendataan itu dilakukan lantaran angka 500 orang masih perkiraan. Untuk memastikan, perlu data akurat. Sehingga bisa dikoordinasikan dengan aparat setempat.
Nasrul mengakui, sebagian di antara masyarakat asal Sumbar yang ingin kembali ke Padang sudah kehilangan harta benda. Sehingga mereka memilih pulang kampung. Dengan jumlah yang tidak sedikit, dia mengakui perlu ongkos yang besar untuk memulangkan mereka. Karena itu, selain uang dari Pemprov Sumbar, masyarakat minang pada urunan untuk mereka. Menurut Nasrul, saat ini masyarakat Sumbar sudah menggalang dana. "Seluruh masyarakat Minang yang ada di Indonesia, mereka iuran. Membantu, menyumbang untuk biaya pemulangan ini," terang dia.
Dia menyebut, banyak masyarakat ingin keluar dari Wamena karena merasa trauma dengan kerusuhan yang terjadi. Bukan hanya masyarakat pendatang dari luar Papua, masyarakat asli Papua juga tidak sedikit yang berbondong-bondong meninggalkan Wamena ke kota lain. Dari pengamatan Nasrul, Wamena kemarin seperti kota mati. Banyak bangunan di pusat kota yang terbakar.
"Tidak ada aktivitas apa-apa, semua orang mengungsi," kata dia.
Kondisi menjadi lebih tidak karuan lagi karena masih ada masyarakat yang terpengaruh oleh kabar bohong. Misalnya, sekolah diliburkan sampai akhir tahun. Padahal tidak demikian.(byu/far/lum/lyn/syn/idr/ted)
Laporan: JPG