PENAMBANG EMAS TEWAS

Waduh... Rumah Bupati Dharmasraya Jadi Sasaran Amuk Massa

Sumatera | Selasa, 27 Oktober 2015 - 01:27 WIB

DHARMASRAYA (RIAUPOS.CO)  - Kabupaten Dharmasraya mencekam. Ratusan masyarakat tiba-tiba datang membawa jenazah, dan melempari rumah dinas bupati setempat tadi malam.

Emosi warga dipicu tewasnya seorang rekan mereka dan satu lagi kritis, usai penertiban tambang emas ilegal yang dilakukan petugas gabungan polisi, TNI dan Satpol PP di Jorong Duriansimpai, Kenagarian Ampek Koto Dibauah, Kecamatan IX Koto, Senin (26/10/2015) siang.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Penambang bernama Toni (22), asal Solok, dan Dedi (25), asal Pulau Jawa itu ditemukan di lokasi tambang emas ilegal yang baru saja ditertibkan. Diduga keduanya terkurung di dalam lubang, kekurangan oksigen karena terlalu banyak menghirup asap saat petugas gabungan membakar ratusan pondok penambang di lokasi tambang emas ilegal.

Informasi yang dihimpun Padang Ekspres (Riau Pos Group), pagi sekitar pukul 09.00 dilakukan apel gabungan yang dihadiri Kapolres AKBP Lalu Muhammad Iwan Mahardan, Pabung Kodim 0310/SSD Mayor Idham Chalid dan Kasat Pol PP Marius. Setelah itu tim tim gabungan berangkat menuju lokasi tambang emas ilegal di Sungai Beruang dan Sungai Pinang,

Lokasinya berada di suatu kawasan perbukitan. Sesampainya di lokasi sekitar pukul 10.30, ribuan penambang diminta pergi meninggalkan lokasi dan keluar dari lobang tambang. Merasa lokasi sudah aman, tim gabungan yang berjumlah sekitar 180 orang membakar ratusan pondok di sekitar lobang tambang. Penertiban berlangsung aman dan tidak ada perlawanan warga.

Setelah penertiban, petugas gabungan meninggalkan lokasi tambang yang letaknya sekitar 2 kilometer dari jalan raya lintas Sumatera. Dalam perjalanan, beredar kabar ada penambang yang ditemukan meninggal di dalam lobang tambang. Selain itu, seorang lagi kritis dan dibawa ke puskesmas.

Salah warga, Leli, yang berada di lokasi saat penertiban tambang emas ilegal menduga, kedua korban tersebut masuk ke dalam lubang tambang dan tidak mengetahui adanya penertiban yang dilakukan aparat gabungan. “Karena ada juga warga yang menambang mulai dari subuh,” katanya.

Ratusan penambang yang tidak terima dengan kejadian itu, langsung mendatangi rumah dinas bupati dengan membawa jasad korban. Warga yang emosi, kemudian merusak rumah dinas. Kaca rumah dinas bupati terlihat pecah. Demi keamanan, bupati diungsikan dari rumah tersebut.

Untuk menghalau massa yang sudah bertindak anarkis, polisi mengeluarkan beberapa kali tembakan peringatan ke udara. Mendegar itu, massa menghentikan aksinya dan memadati halaman rumah dinas bupati. Namun, sebagian dari mereka membakar ban bekas di jalan raya sehingga memicu kemacetan panjang sekitar 10 menit di jalan lintas Sumatera itu.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya bupati dikawal polisi dan TNI kembali bersama mobil Dandim. Mereka kemudian melakukan pertemuan yang dihadiri pihak dari polres, TNI, Satpol-PP, perwakilan warga dan keluarga korban serta wali nagari.

Setelah pertemuan masyarakat membubarkan diri dan polisi masih melakukan pengawalan karena dalam kejadian malam itu, kaca sebuah mobil polisi ikut pecah dilempari massa.

Pertemuan menghasilkan sejumlah keputusan, di antaranya pemkab menanggung semua biaya pemakaman korban yang meninggal, dan biaya hidup anak dari korban. Untuk memastikan penyebab korban meninggal, dilakukan otopsi. Selain itu, tuntutan dari masyarakat agar kembali bisa menambang dipenuhi dengan syarat tidak merusak sungai.

Pj Bupati Dharmasraya Syafrizal ketika dihubungi Padang Ekspres mengakui ada sekelompok masyarakat yang  datang ke rumah dinasnya dan minta pemkab menyelesaikan  adanya penambang yang diduga terbakar dalam operasi penertiban tim terpadu.

“Warga minta kami bantu biaya untuk penguburan dan dilakukan visum. Kami sudah  memenuhi permintaan tersebut. Demikian juga permintaan warga untuk tetap dibiarkan menambang lagi. Kami juga tegaskan, mereka boleh menambang namun tak boleh merusak sungai,” ucapnya.

Dari penertiban tim gabungan,  di situ penambangannya tak lagi dilakukan dengan cara tradisional, namun menggunakan mesin.  “Itulah yang ditertibkan tim gabungan tadi. Sebelum kegiatan itu dilakukan sudah dilakukan sosialisasi sejak 20 hari yang lalu,” ucapnya.

Mantan Wakil Bupati Pesisir Selatan ini membenarkan adanya aksi lempar batu ke rumah dinas yang dilakukan para oknum penambang. Namun, dia  mengaku tak terluka akibat lemparan batu tersebut.  “Tadi kan sudah diselesaikan bersama tokoh masyarakat setempat.  Alhamdulillah saya bersama keluarga dalam kondisi sehat. Saya tetap menempati rumah dinas. Yang dilempar itu kan rumah dinas besar, kami tinggal di rumah dinas yang kecilnya,” tukasnya.(ita/cr8/ayu)

Laporan: RPG

Editor: Fopin A Sinaga









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook