PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Gempa Bumi Tektonik dengan kekuatan M6,1 yang terjadi di Pasaman, Sumatera Barat, Jumat (25/2/2022) merupakan jenis gempa kerak dangkal. Menurut pantauan dan data BMKG, jenis ini akibat sesar aktif atau patahan aktif sesar besar sumatera, tepatnya segmen Angkola bagian selatan. Segmen ini berpotensi mengeluarkan gempa hingga Magnitudo (M)7,6.
Lantas apa yang dimaksud sesar besar sumatera segmen Angkola? Kepala BMKG RI Prof Ir Dwikorita Karnawita MSc PhD menjelaskan gempa segmen ini merupakan rangkaian panjang kejadian gempa yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat.
“Jadi, gempa yang terjadi di Pasaman Barat ini jenisnya gempa kerak dangkal, akibat sesar aktif atau patahan aktif sesar besar sumatera, tepatnya pada segmen angkola bagian selatan. Berdasarkan hasil analisis, gempa memiliki pergerakan geser,” jelas Dwikorita dalam keterangan pers di kanal resmi BMKG RI.
Perihal gempa yang terjadi Jumat pagi, diungkapkan Dwikorita merupakan gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,2 pukul 08:29 WIB di wilayah Talamau.
“Parameter M6,2 dan di-update M6,1 berlokasi di darat, kedalaman pusat gempa 10 kilometer,” tambahnya.
Guncangannya, sambung Dwikorita dirasakan di Pasaman Barat dengan skala intensitas V MMI atau dirasakan semua penduduk, kebanyakan semua terkejut dan lari keluar. Kemudian juga dirasakan di Agam, Bukittinggi, Padang Panjang dengan skala dirasakan IV MMI atau dirasakan banyak orang dari rumah.
Kemudian dirasakan di Padang, Payakumbuh, Aek Godang dan Gunung Sitoli, dirasakan III MMI atau seakan truk berlalu. Kemudian dirasakan di Pesisir Selatan, Rantau Prapat, Nias Selatan, Bangkinang, dengan skala intensitas II MMI atau getaran hanya dirasakan beberapa orang dan benda-benda bergantung bergoyang.
“Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Dan segmen Angkola di daerah Sumbar ini, memiliki sejarah gempa cukup panjang,” kata Kepala BMKG.
Gempa Pasaman Barat, masih dijelaskan Dwikorita merupakan gempa kesepuluhm atau setelah sembilan kejadian gempa terjadi di Sumbar sejak 1835. BMKG mencatat segmen ini, atau segmen angkola mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga 7,6.
“Hari ini 6,1, artinya belum sepenuhnya terlepas. Artinya kita memang sepatutnya waspada dengan cara mitigasi yang tepat, terutama penataan bangunan standar gempa bumi dan kewaspadaan gempa lainnya,” imbaunya.
Editor: Eka G Putra