PADANG (RIAUPOS.CO) - PT Semen Padang berencana menjadikan kawasan pabrik Indarung I yang kini tidak aktif lagi berproduksi sejak 1999 menjadi kawasan warisan budaya atau heritage. Selain sebagai pabrik semen pertama di tanah air sejak tahun 1910, PTSP juga menjadi bagian penting dalam pembangunan Monumen Nasional (Monas), Gedung Gelora Bung Karno (GBK) dan lainnya.
Keinginan PTSP menjadikan bekas pabrik tertua di tanah air ini sebagai warisan budaya, disampaikan Direktur Produksi PTSP Agus Boing Nurbiantoro usai workshop creative city yang diadakan bekerja sama dengan Pusat Kajian Haritage Budaya dari Universitas Bung Hatta (UBH) dan Lembaga Kajian Heritage Indonesia-Belanda di areal bekas workshop pabrik Indarung I PTSP, Senin (19/10/2015).
Agus Boing mengatakan, alasan PTSP menjadikan Indarung I sebagai heritage dilandasi spirit atau semangat membangun PTSP yang ada sejak era penjajahan Belanda. "Dengan rentang waktu, lamanya keberadaan pabrik ini, jelas telah melahirkan berbagai catatan penting bagi sejarah. Ini yang akan kami bangkitkan kembali," sebut Agus Boing kepada Padang Ekspres (Riau Pos Group).
Dia meyakini potensi heritage Indarung I bisa dilihat dari keberadaan gedung-gedung dan pabriknya, serta sebagian foto dokumentasi yang dimiliki sejumlah pihak.
Bahkan, kata Agus, sejak peringatan 100 tahun berdirinya PTSP pada 2010 lalu, konsep menjadikan Indarung I sebagai warisan budaya sudah digagas.
Dalam gagasan itu, pihaknya bersama Pusat Kajian Studi Heritage Universitas Bung Hatta telah membuat empat konsep bagaimana pengembangan kawasan bekas pabrik tersebut. Yakni menjadikan kawasan pabrik lama itu taman sejarah, mengembangkan bangunan menjadi fungsi-fungsi sekarang, lalu menata landscape- sesuai konsep heritage.
"PTSP ingin menjadikan bekas pabrik itu sebagai heritage sehingga dapat menggambarkan kondisi seperti apa pabrik Indarung I itu pada zaman Belanda dulu,” katanya.
Dalam pengembangannya, tidak akan mengubah konstruksi bangunan yang sudah ada. “Seperti apa bentuk awalnya, akan kami pertahankan sehingga nilai-nilai sejarahnya tidak hilang,” ulasnya lagi. Agus menyakini kawasan itu nantinya tidak terkendala dengan regulasi pemerintah. PTSP akan membuat pembagian zonasi.
“Hal itu sudah kami pikirkan, nantinya kawasan heritage itu ada pemisahnya. Lagipula, PTSP juga akan menempatkan sejumlah petugas keamanan yang khusus mengawasi kawasan heritage di bekas pabrik lama tersebut,” jelas Agus.
Pakar heritage sekaligus project leader Heritage Indonesia-Belanda Hasti Tarekat menyebutkan, aset dari pabrik Indarung I yang dimiliki PTSP sangat berharga, bernilai tinggi, dan punya nilai ekonomi. Dia menjelaskan, kehadirannya ke PTSP ini tidak lain ingin membantu masyarakat Sumbar, menumbuhkan kesadaran bahwa aset heritage ini bernilai sekali. Namun dari segi aplikasi, mempertahankan nilai-nilai heritage itu, tergantung PTSP, pemda dan masyarakat setempat, tidak boleh orang asing.
“Sejatinya, aset-aset milik PTSP itu bisa dijadikan cagar budaya industri,” jelas Hasti yang sudah puluhan tahun tinggal di Belanda.(zil)
Laporan: RPG
Editor: Fopin A Sinaga