PADANG (RIAUPOS.CO) - Kawasan wisata Batang Arau, di Kota Padang kian kotor dan tercemar diduga akibat sejumlah pabrik di Banuaran, Gurun Lawas dan Lubukbegalung membuang limbahnya ke sungai. Di dekat sungai ini, ada pelabuhan kapal-kapal wisata di Muara, objek wisata Gunung Padang dan wisata Kota Tua.
Pantauan Padang Ekspres (Riau Pos Group), Jumat (16/10/2015) di sepanjang aliran sungai di sekitar kawasan Banuaran, Aircamar hingga Muara Padang, terlihat sungai telah berwarna hitam, berbau dan sisa limbah pabrik karet mengendap di dasar sungai, sehingga menjadi lumpur dan memicu terjadinya pendangkalan sungai.
Tidak hanya itu saja limbah juga merusak ekosistem binatang di sungai, terbukti telah banyak ikan-ikan asli Batang Arau yang punah. Zaharudin (58), warga Aircamar mengatakan, menurutnya pencemaran sungai ini dipicu oleh pabrik karet yang berada di kawasan Banuaran, Gurunlawas dan Lubukbegalung. Dia menuturkan pabrik tersebut membuang limbahnya ke sungai Batang Arau pada waktu pagi dan sore.
"Pada waktu pagi dan sore hari air sungai ini kentara kotornya. Warnanya pun berwarna hitam seperti air comberan dan berbau. Jangankan untuk mandi, menyentuh air sungai ini saja orang enggan karena takut gatal-gatal,” ungkapnya.
Pria yang sehari-hari menjala ikan di sungai Batang Arau ini mengatakan dulu sekitar tahun 70-an hingga awal 90-an sungai ini airnya bersih. Ikan-ikan pun banyak terdapat di sungai ini seperti ikan gariang, simubua, pareh dan sebagainya. Batang Arau juga dijadikan warga untuk mandi dan buang air. Namun sejak awal tahun 90-an, air Batang Arau mulai kotor dan berbau. Endapan lumpur pun sudah mulai menebal akibat limbah pabrik karet yang mengendap di dasar sungai.
”Kalau saya sesudah menjala ikan, badan saya sering gatal-gatal namun itu sudah menjadi biasa bagi saya. Paling kalau badan gatal-gatal saya obat saja dengan salap kulit,"katanya sambil mengisap rokok kreteknya.
Namun, lelaki yang sejak kecil tinggal di bantaran Batang Arau ini mengaku, saat habis hujan lebat atau air sudah besar sungai Batang Arau agak sedikit bersih karena limbahnya dibawa arus sampai ke muara, tetapi beberapa hari kemudian Batang Arau kembali kotor seperti air comberan lagi.
“Saya berharap pihak terkait memberikan tindakan tegas kepada pabrik yang membuang limbahnya ke sungai, karena hal tersebut bukan hanya merugikan manusia saja tetapi ekosistem di sungai pun ikut dirugikan,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat Aircamar, Eka Roza Putra. Dia menuturkan sebelum tahun 90-an, Batang Arau bisa digunakan oleh warga untuk mencuci, minum dan mandi. "Saat itu air Batang Arau bisa dipakai untuk kebutuhan warga," kata pria berkaca mata ini.
Namun setelah tahun 93, pasca dibangunnya proyek banjir kanal Sungai Batang Arau mulai kotor dan berwarna hitam apalagi saat musim kemarau. "Dulu memang agak kotor tapi bisa juga dipakai untuk mandi tetapi sekarang jangankan untuk mandi, menyentuhnya saja orang tidak mau karena takut gatal-gatal," kenangnya.
Dia menilai tercemaran Sungai Batang Arau ini akibat pengawasan oleh intansi terkait lemah. Sehingga pabrik seenaknya saja membuang limbahnya ke Batang Arau, kemudian masih banyak pabrik yang tidak mempunyai pengolahan limbah di pabriknya sehingga limbah tersebut terpaksa di buang ke sungai.
Dia berharap pemerintah bertindak tegas terhadap pabrik yang membuang limbahnya ke sungai. Kemudian harus ada kompensasi dari pabrik terhadap masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar sungai yang telah tercemar oleh pabrik untuk menyediakan sumber air bersih serta agar pabrik mempunyai pengolahan limbah sendiri.
"Padahal di sepanjang aliran sungai ini, banyak orang pintar yang tinggal di sana seperti anggota dewan, pejabat pemerintah dan sebagainya. Namun, mereka nampaknya buta mata dan telinga padahal mereka merupakan wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi kita ke pemerintah," imbuhnya dengan nada kesal.
Sementara itu Danil (52), warga Banuaran mengaku sudah muak dengan permasalahan penyemaran Sungai Batang Arau. Dia berharap pemeritah memberikan ganjaran kepada pabrik yang nakal membuang limbahnya ke sungai.(cr9)
Laporan: RPG
Editor: Fopin A Sinaga