BUKITTINGGI (RIAUPOS.CO) - Gunung Marapi yang berada di Tanahdatar dan Agam, Sumatera Barat meletus, Sabtu (14/11/2015) sekitar pukul 22.33. Akibat kejadian itu, Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanahdatar mengalami hujan abu.
"Marapi meletus dengan amplitudo 29,4 milimeter. Lama gempa 40 detik," ujar Petugas PGA Marapi Sumbar, Warseno Ahad (15/11/2015).
Ia menyebutkan, sejauh ini, baru Nagari Panyalaian yang dilaporkan terjadinya hujan abu. Dengan letusan tersebut, artinya sudah tiga kali Gunung Marapi meletus selama bulan November ini. Dua kali letusan pada tanggal 3 November lalu, namun amplitudo letusan di bawah 20 milimeter.
Warseno menegaskan, surat rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bernomor 1385/45/BGL.V/2011 tertanggal 3 Agustus 2011 perihal peningkatan status Gunung Marapi dari status normal (level I) menjadi waspada (level II), hingga saat ini belum dicabut.
Dalam rekomendasi tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi pada radius 3 kilometer dari kawah atau puncak. Mengingat kawah sebagai pusat letusan dan sumber keluarnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan bagi kehidupan.
"Kita satu kali dalam dua minggu, terus melaporkan aktivitas Gunung Marapi kepada Pemko/Pemda. Sejauh ini, dengan status waspada tersebut, segala aktivitas masyarakat termasuk pendakian tidak diperbolehkan” tegasnya.
Meletusnya Gunung Marapi ini juga sempat membuat para pendaki yang telah berada di sekitar cadas, mengalami kepanikan. Rian (19) salah seorang pendaki Gunung Marapi asal Padangpanjang mengungkapkan, saat terjadinya letusan, dia bersama 20 anggota timnya sempat panik.
"Kami sudah berada di bawah cadas, dan telah mendirikan tenda. Rencananya mau tidur. Tapi belum lama kami masuk tenda, semua terkejut mendengar dentuman keras dari arah puncak Marapi," ujar Rian ketika tiba di kaki Gunung Marapi kawasan Kotobaru, Ahad (15/11/2015).
Rian mengatakan, ada sekitar 20 tenda yang berdiri di kawasan cadas saat Gunung Marapi meletus. Menurutnya, sebagian besar pendaki yang dalam tenda bergegas ke luar tenda saat terjadinya dentuman tersebut.
"Kami semua panik. Tapi kami tidak tahu harus berbuat apa. Mau turun juga tak mungkin, karena saat kejadian hujan masih turun. Kami semua hanya bisa pasrah," ujar Rian.
Meski Marapi meletus pada pukul 22.33 WIB, namun pengakuan Rian, hujan abu mulai mengguyur cadas Marapi sekitar pukul 23.30. Rian memprediksi, saat Gunung Marapi meletus, tidak ada pendaki yang berada di sekitar kawah atau puncak gunung. Ia juga tidak mendengar adanya pendaki yang terjebak di puncak saat terjadinya letusan.(s)
Laporan: RPG
Editor: Fopin A Sinaga