SOLOK (RIAUPOS.CO) - Debat kandidat Bupati-Wakil Bupati Solok periode 2015-2020 masih diisi umbar janji yang membuai mimpi rakyat. Program pro-rakyat selalu terdepan disampaikan. Tercapai dan tidaknya nanti bukan soal utama, terpenting itu duduk dulu jadi anggota Legislatif, Bupati-Wakil Bupati, Gubernur ataupun Presiden Republik ini sendiri.
Rencana dan target kerja selama 5 Tahun memimpin kabupaten periode 2016-2021 mendatang disampaikan berapi-rapi. Rasa optimis masing-masing pendukung pasanganpun tak kalah meledak-ledak. Sehingga moderator debat acap kali meminta pendukung yang hanya berkisaran ratusan orang untuk ketiga pasangan calon untuk tertib dan tidak ribut ketika pasangan calon memaparkan visi dan misinya.
Hal itu tergambar dari paparan masing-masing pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Solok yang akan bersaing pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember di aula Balitbu (Balai Penelitian Tanaman Buah) Aripan, Sabtu (14/11/2015) lalu.
Debat calon bupati kedua yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Solok ini mengangkat soal program dan pandangan masing-masing pasangan terhadap masalah tema pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Daerah. Sementara itu, debat pertama yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Solok ini mengangkat soal program dan pandangan masing-masing pasangan terhadap masalah ekonomi masyarakat, pembenahan infrastruktur dan pembiayaan pembangunan untuk Kabupaten Solok.
Gusmal Dt Rajo Lelo menyebutkan, program yang akan dilakukannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah dengan pengoptimalan pembenahan sektor pertanian, perkebunan, perhubungan. Begitu juga pembenahan objek-objek wisata di Kabupaten Solok yang dapat menjadi lahan pendapatan masyarakat sekitar.
Tak mau kalah, Agus Syahdemanpun akan membenahi betul sektor ekonomi masyarakat dengan menghidupkan kembali pasar-pasar tradisional di seluruh Nagari di Kabupaten Solok. Hal ini diyakini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Desra Ediwan AT mengatakan, pembangunan infrastruktur akan bisa sejalan dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Dalam programnya kelak, Desra tidak memutuskan pembangunan sendiri melainkan ikut melibatkan masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dengan pola PNPM. Debat kedua ini berlangsung dalam 5 sesi dengan mengangkat tema tentang pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Daerah, menggambarkan betapa komitmen ketiga paslon cukup besar untuk memberi dampak sosial dan perekonomian masyarakat.
Segala bentuk kebijakan dan program yang bakal dikembangkan berangkat dari semangat kesepahaman para pemangku kepentingan dan stakeholder yang ada. Paslon nomor 1 yang lebih didominasi oleh kandidat bupati Solok H. Gusmal, menyebutkan kabupaten Solok hari ini memerlukan masyarakat yang cerdas, menumbuhkan masyarakat madani yang mampu membangun lingkungan agar memberi manfaat. Muaranya adalah bagaimana meningkatkan masyarakat berpendidikan sebagai indikator dari kesejahteraan.
"Kita perlu mewujudkan tata kelola pemeritahan yang berbasis lingkungan. Untuk mencapai itu akan dibuat aturan dan regulasi yang mencerminkan keinginan bersama, termasuk memprbaiki RTRW, yang nanti akan dibagi dalam tiga zona, yakni zona induk, zona pelindung dan zona penyangga,"sebut Gusmal.
Namun dalam memori pikiran paslon nomor urut 2 Agus Sahdeman, membangun Kabupaten Solok ternyata sangat mudah. Dengan bahasa lantang dan semangat muda yang berapi-api, Agus Sahdeman mengatakan kerja kepala daerah hanya berpikir strategis, tidak perlu yang teknis-teknis.
"Karena sudah ada SKPD untuk mengerjakan yang teknis, “ tegasnya. Tentang bagaimana mengelola SDA, Agus Sahdeman menyebutkan kepala daerah harus taat aturan dan komit dengan regulasi yang ada untuk meraih kemajuan . Sedangkan menyangkut anggaran yang terbatas, pihaknya kalau dipercaya menjadi bupati Solok, akan mencari ke pusat untuk mendapatkan dana membangun daerah.
"Itu makanya kami menggandeng partai PDI-P yang merupakan partai penguasa. Akan mudah mendapatkan anggaran," jelasnya. Tentu tidak sama gaya kepemimpinan kepala daerah. Menyikapi potensi SDA dan lingkungan hidup, paslon nomor urut 3 Desra-Bachtul, lebih menempatkan alam dalam posisinya yang pas, yang tidak saja sebagai titipan nenek moyang, tetapi lebih sebagai karunia Tuhan Allah SWT yang perlu dipelihara.
Dalam konteks pemeliharaan, pasangan nomor 3 yang disampaikan oleh Bachtul, lebih memerlukan kearifan dalam menyikapi kondisi hutan lindung yang berada di wilayah ekonomi masyarakat. Agar SDA bisa menambah pendapatan, makanya dipedomani RTRW yang telah dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Solok. Dari pengamatan sepanjang rangkaian debat, ritme dan intonasi para kandidat ini berjalan datar-datar saja. Segala bentuk konsep di bungkus dalam visi yang akan dilaksanakan ketika ketiga paslon dipercaya oleh rakyat menjadi pemimpin di daerah itu. (*)
Laporan: RPG
Editor: Fopin A Sinaga