PETANI UNGGAS MENJERIT

Harga Jagung Rp5.200 per Kg

Sumatera | Sabtu, 14 November 2015 - 09:56 WIB

Harga Jagung Rp5.200 per Kg
MENGANGKAT TELUR: Pekerja sedang mengangkat telur dari peternakan yang ada di Payakumbuh, Jumat (13/11/2015). Peternak kesulitan membeli pakan berupa jagung yang harganya terus naik.

LIMAPULUH KOTA (RIAUPOS.CO) - Harga jagung kering untuk keperluan pakan ternak di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh semakin menggila. Bila awal November lalu, harga jagung masih Rp4.700 per kilogram, kini sudah mencapai Rp5.200 per kilogramnya.

“Kenaikan harga jagung dalam dua pekan terakhir, benar-benar menggila. Dari Rp3.600 per kilogram, naik menjadi Rp4.700. Setelah itu, naik lagi menjadi Rp5.200 per kilogram,” kata Khazanatul Israr Dt Gindo Pangulu Nan Babudi, Ketua Persatuan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) Sumbar, Jumat sore (13/11).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dia menyebut, para peternak yang tergabung dalam PPUI dan Asosiasi Peternak Ayam Petelur Sumbar (APA

PS), masih menyusun rencana untuk berdemonstrasi ke Kantor Gubernur dan DPRD Sumbar, menuntut pemerintah pusat membuka kran impor jagung, sekaligus mengendalikan pasar jagung di Sumbar.

“Rencana demonstrasi yang kami sampaikan awal November lalu, masih terus digodok bersama-sama. Saat ini, kondisi yang kami hadapi semakin parah saja. Harga jagung semakin menggila dan sulit ditemukan di pasaran. Sementara pemerintah justru terkesan tak peduli,” ujar Khazanatul Israr.

Hal serupa disampaikan Haji Desra, peternak lainnya. Menurutnya, persoalan mahalnya harga jagung yang dihadapi peternak, merupakan wujud nyata, betapa persoalan peternakan ayam dari hulu hingga ke hilir, belum diurus pemerintah dengan serius.

 

“Pemerintah, baik pusat maupun provinsi, apalagi pemerintah kabupaten/kota, tak pernah serius mengurus persoalan peternakan ayam  Sehingga, persoalan jagung kering yang mahal, terjadi berulang-ulang setiap tahun, tanpa ada intervensi nyata dari pemerintah untuk mengendalikannya,” kata peternak ayam arab pertama di Luhak Limopuluah ini.

Menurut Desra, bila pemda tidak mampu mengendalikan harga jagung, karena juga menyangkut dengan hajat hidup petani, mestinya pemda melalui Dinas Pertanian, lebih gencar  lagi dalam mendorong petani membudidayakan jagung. Karena keperluan jagung adalah keperluan yang tidak pernah habis.

Untuk Payakumbuh dan Limapuluh Kota saja, setiap harinya, para peternak yang memiliki ayam petelur sekitar 6 juta ekor, memerlukan 300 ton jagung. Jika saat ini, harga jagung berkisar antara Rp5.000 sampai Rp5.200 per kilogram, berarti uang yang dikeluarkan peternak untuk urusan jagung, mencapai Rp1,5 miliar.

Ironisnya, uang sebanyak itu justru bukan beredar lagi di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, melainkan mengalir ke Pasaman dan daerah lain di Sumatera. Ini terjadi, karena program budidaya jagung di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, belum digarap serius oleh pemerintah kedua daerah.

“Karenanya, ke depan itu, siapapun yang mau jadi bupati di Limapuluh Kota atau wali kota di Payakumbuh, harus berani menjadikan kedua daerah ini, sebagai kabupaten atau kota jagung, seperti dibuat Fadel Muhammad di Gorontalo. Tapi, besar harapan kita, yang terpilih itu memang orang pertanian, karena akan mudah memahami persoalan,” ujar Desra.(frv/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook