BUPATI INHIL TERIMA ANUGERAH KEBUDAYAAN PWI PUSAT

Puncak Hari Pers Nasional Ke-77 di Medan

Sumatera | Jumat, 10 Februari 2023 - 11:39 WIB

Puncak Hari Pers Nasional Ke-77 di Medan
Bupati Inhil HM Wardan bersama Kepala OPD di lingkungan Pemkab Inhil foto bersama usai menerima Anugerah Kebudayaan PWI. (DISKOMINFO INHIL UNTUK RIAUPOS.CO)

MEDAN (RIAUPOS.CO) - BUPATI Indragiri Hilir (Inhil) HM Wardan, menerima Anugerah Kebudayaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) ke-77 di Medan, Kamis (9/2).

Dalam penghargaan ini, Bupati Inhil HM Wardan berhasil menjadi terbaik 3 dari 10 Bupati dan Walikota se-Indonesia. Di mana dalam masalahnya, Bupati Inhil mengangkat kebudayaan dan kesejahteraan masyarakat melalui sektor kelapa.


Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua PWI Pusat Atal S Depari, kepada Bupati Inhil HM Wardan di hadapan Presiden Republik Indonesia Ir H Joko Widodo, dan para pejabat tinggi negara lainnya.

Usai menerima penghargaan, Wardan mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada seluruh pihak. Khususnya masyarakat Inhil yang sudah mendukung, sehingga Inhil berhasil menerima Anugerah PWI Pusat. ''Ini keberhasilan kita bersama. Terbukti lagi, hari ini kita berhasil mempersembahkan satu prestasi bagi Inhil,'' ungkap Wardan.

Penghargaan tersebut, lanjut Wardan, juga merupakan satu bukti bahwa Inhil memiliki budaya yang sangat istimewa. Sehingga kebudayaan tentang perkelapaan patut untuk lestarikan serta digaungkan ke seluruh penjuru negeri.

Di samping itu semua, Wardan sangat berharap potensi perkelapaan yang ada di Inhil semakin diketahui Indonesia secara umum. Lalu, dapat menarik investor untuk berinvestasi di daerah yang berjuluk Bumi Hamparan Kelapa Dunia ini. ''Kita selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi investor. Karena ini juga akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian petani kelapa di Inhil,'' pungkasnya.

Sebagaimana dijelaskan Wardan, sebelumnya komoditas kelapa mulai dikenal di Inhil sejak zaman Mufti Kerajaan Indragiri yang dipimpin Tuan Guru Syeakh Abdurahman Siddiq pada 1918 silam.

Pada saat itu, melihat hasil kebun kelapa masyarakat tidak maksimal lalu beliau membuat parit-parit sebagai upaya meningkatkan kesuburan tanah. Dari sanalah lahir embrio konsep pembangunan perkelapaan yang disebut dengan trio tata air.

NARASI: INDRA EFFENDI
FOTO: DISKOMINFO INHIL

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook