MEDAN (RIAUPOS.CO) - Meninggalnya aktivisi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Utara (Sumut), Golfrid Siregar masih menjadi misteri. Pihak keluarga pun sepakat agar jenazah korban diotopsi demi pengungkapan kasus ini. Jenazah Golfrid dibawa dari Kampungnya Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan pukul 19.00 WIB. Istri dan tante Golfried, Serdiana Sitompul turut ikut.
Serdiana Sitompul mengatakan, semua pihak keluarga di kampung sepakat kalau jenazah Golfried diotopsi opsi. Mereka juga menduga Golfrid meninggal bukan karena tabrakan. Pasalnya, kepala korban hancur, sedangkan luka dari tubuh ke bawah tidak ada. “Kalaupun dia tabrakan, tentu ada luka-luka di bagian bawah toh,” ujarnya di RS Bhayangkara Medan seperti dilansir PojokSumut.com (Jawa Pos Group), Selasa (8/10).
Pihaknya berharap, penyebab meninggalnya Golfrid dapat diungkap dan diusut sampai tuntas.”Harapannya kasus meninggalnya Golfried bisa diusut hingga tuntas,” kata Serdiana. Kasus Golfrid menjadi perhatian saat dia meninggal dunia si Rumah Sakit Umum Pratama Adam Malik setelah dirawat sejak Kamis, 3 Oktober 2019.
Sebelumnya, korban menghilang sejak Rabu sekira pukul 17.00 Wib untuk pergi ke JNE dan bertemu orang di Kawasan Marendal. Sejak saat itu, korban tidak bisa dikontak oleh istri korban. Korban kemudian ditemukan terkapar di flyover Simpang Pos pada hari Kamis, 3 Oktober 2019 pada pukul 01.00 dini hari.
Ditemukan Tukang Becak
Golfrid Siregar yang beraktivitas sebagai advokat lingkungan hidup di Walhi Sumut ditemukan tidak sadarkan diri di flyover jalan Jamin Ginting, Kecamatan Padang Bulan, Medan. Korban ditemukan oleh tukang becak yang kebetulan melintas disana. Oleh tukang becak tersebut kemudian korban dibawa ke RS Mitra Sejati lalu diarahkan untuk di tangani ke RSUP Adam Malik.
Korban mengalami luka serius di bagian kepala yang menyebabkan tempurung kepala hancur. Hal ini mengharuskan korban menjalani operasi pada Jumat, 4 Oktober 2019. Setelah sekitar 3 hari mendapatkan penanganan akhirnya korban menghembuskan nafas terakhir hari ini.
Keterangan dari kepolisian menyatakan bahwa korban menjadi korban kecelakaan tabrakan lalu lintas. Namun, Walhi Sumut menemukan banyak kejanggalan dari peristiwa yang menimpa almarhum. Kepala korban mengalami luka serius seperti dipukul keras dengan senjata tumpul.
Selain bagian kepala, bagian tubuhnya tidak mengalami luka yg berarti layaknya orang yg mengalami kecelakaan lalu lintas. Sementara itu barang-barang korban seperti tas, laptop, dompet dan cincin ikut raib. Sementara sepeda motornya hanya mengalami kerusakan kecil saja.
Usut Tuntas Kasus
Lewat keterangan tertulisnya, Walhi Sumut melihat bahwa terindikasi korban telah menjadi korban kekerasan dan percobaan pembunuhan karena aktivitas politik korban selama ini sebagai Pembela Hak Azasi Manusia (HRDs) khususnya untuk issu lingkungan melalui Walhi Sumut. Karenanya dengan ini Walhi Sumut mendesak dan mendorong Polda Sumatera Utara untuk segera mengusut tuntas penyebab kejadian yang menimpa korban.
Pihak kepolisian sendiri tengah melakukan penyelidikan dengan identifikasi sejak awal korban ditemukan. Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, dari identifikasi awal yang mereka lakukan korban pertama kali ditemukan oleh seorang tukang becak di Fly Over Jamin Ginting, Medan.
“Pertama tanggal 3 hari Kamis dini hari sekitar pukul satu atau satu lebih ada tukang becak menemukan korban yang sudah tergeletak di Flyover Jamin Ginting. Tukang becak ini mengantar korban ke Rumah Sakit Mitra Sejati,” jelasnya dikofirmasi Senin (7/10).
Saat itu, sang tukang becak diketahui tidak sendirian. Ia dibantu dua orang lainnya yang ikut menggotong korban ke becak. Tiba di Rs Mitra Sejati, korban diserahkan ke Satpam dan perawat. Setelah korban diantarkan, tak lama kemudian, ada dua orang yang datang mengantarkan sepeda motor korban. Setelah itu, petugas Lantas Polsek Delitua datang mengecek ke rumah sakit.
“Kami juga sudah identifikasi CCTVnya memang betul. Korban diserahkan ke perawat. Ada beberapa barang yang hilang antara lain, tas berisi laptop, dompet, cincin termasuk handphone korban,” terangnya.
Setelah itu, karena kondisi korban parah dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik Medan. Kemudian, pada hari Jumat (4/10) dilakukan operasi terhadap korban. Setelah operasi korban dirawat dan pada Minggu (6/10) sore kemarin korban menginggal dunia. “Jadi kami sudah cek TKP, cek CCTV dan sebagainya. Kita masih cari tukang becak yang mengantar. Karena dia yang tau korban ditemukan di Flyover atas atau dibawah,” urainya.
Totalnya ada enam orang yang masih dicari untuk memberikan keterangan terkait penemuan korban. Selain tukang becak, ada tiga orang yang membantu menggotong korban kebecak. Kemudian tiga orang lainnya yakni, dua yang mengantarkan sepeda motor korban dan seorang pengemudi ojek online.
Korban Sempat Hilang
Soal korban yang dikabarkan sempat hilang ditepis olehnya. Karena korban diketahui keluar dari rumah pada Rabu sore. “Korban keluar dari rumah Rabu jam lima sore ke JNE. Kita juga masih cari tau JNE mana, kemudian ke daerah Marindal disana ketemu orang. Dari situ korban kembali ke rumah. Di sini kita belum ketahui korban mungkin lakalantas, mungkin dibunuh sebagainya,” kata Eko.
Dia pun meminta waktu agar pihaknya bekerja untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.