BUKITTINGGI (RIAUPOS.CO) - Lebih dari 300 kepala keluarga atau lebih dari 350 orang di sejumlah kawasan di Kota Bukittinggi, Jumat (6/11/2015) sore, terpaksa diungsikan akibat tempat tinggalnya mengalami kebanjiran.
Kedalaman air yang lebih dari 1,5 meter lebih membuat wanita, anak-anak dan orang tua terpaksa dievakuasi menggunakan perahu karet. Banjir yang diakibatkan oleh tingginya debit air dan tak tertampung oleh bandar dan drainase ini merupakan kejadian paling besar sejak satu dekade terakhir.
Persoalannya timbul akibat banyaknya warga yang membangun di atas saluran tali bandar dan membuang sampah ke dalam aliran bandar maupun drainase. Parahnya, sebagian bangunan tersebut tidak memiliki IMB. Beberapa kawasan yang menjadi dampak banjir tersebut sebagian besar merupakan di permukiman yang ramai ditempati oleh warga, seperti di kawasan Jalan Hamka Kelurahan Pakan Kurai, Gon Bypass Kelurahan Pulai Anak Aie, Gang Swadaya, Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Kelok Cinduo. Dampak paling parah dirasakan di kawasan RT 02 RW 01 Kelurahan Pulai Anak Aie Kecamatan MKS.
Di kawasan tersebut, sedikitnya lebih dari 100 rumah digenangi banjir. Warga pun terpaksa diungsikan ke rumah RT, dan pos pemuda yang ada di kawasan tersebut. Namun, banyak juga warga yang bertahan di rumahnya dengan alasan menjaga barang-barangnya yang tak bisa dievakuasi. Informasi dihimpun Padang Ekspres (Riau Pos Group) di lokasi, kejadian berawal sekitar pukul 14.00, setelah hujan deras yang mengguyur sejak pagi hingga sore hari di kawasan Bukittinggi dan sekitarnya.
"Seharian ini dilanda hujan sejak pagi, nah, siap salat Jumat air mulai naik, lama-lama makin besar, eh makin sore makin besar airnya, hingga menggenangi kawasan ini,” ujar Joni Chandra, mantan Ketua RT 02 RW 01 Kelurahan Pulai Anak Aie. Menurut Joni, kejadian tersebut memang kerap terjadi, khususnya di RT 02 yang selalu menjadi langganan banjir dikala musim hujan. Namun, kejadian kali ini adalah yang paling parah sejak 15 tahun terakhir.(s)
Laporan: RPG
Editor: Fopin A Sinaga