PEMATANG BANDAR (RIAUPOS.CO)- Harga pupuk yang melambung tinggi disertai hasil yang memuaskan bagi petani padi membuat para petani memutar otak dan beralih menanam tanaman palawija, khususnya menanam ubi kayu.
Hal ini diakui sejumlah masyarakat petani Nagori Talun Madear, Kecamatan Pematang Bandar.R Tambunan, J Sihombing, dan R Nababan saat ditemui disalah satu warung di daerah itu mengungkapkan keluhan mereka mengenai pertanian.
Tambunan menjelaskan, nasib petani di daerahnya cukup menyedihkan, karena saat ini harga pupuk sangat mahal dan kebanyakan para petani yang menanam padi, seluruhnya mengalami kerugian. “Tak sebanding lah modal dibanding dengan hasilnya,”ujar Tambunan.
Perbandingan antara tanaman padi dengan ubi, lanjutnya, tanaman padi harus membutuhkan modal besar. Mulai dari kebutuhan pupuk sampai ke teknis kerja yang sangat rumit. Sementara, menanam ubi sangat gampang. Hanya saja, juga tak dapat membuat kehidupan petani semakin membaik.
“Kalau menanam padi pasti menghabiskan banyak pupuk. Cara kerjanya juga sangat banyak. Mulai membajak sawah, membuat benteng sawah, menanam padi, memupuk, membersihkan lahan, menjaga burung pemakan padi, memanen, menjemur dan sampai menggiling padi menjadi beras. Sementara menanam ubi sangat gampang. Cukup hanya membajak, menanam, memupuk, membersihkan rumput dan memanen. Tapi panennya lama,”jelasnya, sembari mengaku sangat mengharapkan subsidi besar dari pemerintah, agar harga pupuk bisa murah.
Di lokasi yang sama, St R Nababan menambahkan, kehidupan petani memang sangat sulit. Pinjaman dari agen penampung hasil pertanian yang membuat petani terbantu.
“Karena masih bisa utang pupuk bayar panen sama agen. Kalau ngak, ngak tau lagi lah. Harga pupuk Urea sekarang Rp 110 ribu per sak, Ponsca Rp140 per sak, ZA Rp 100 ribu dan SS Rp135 ribu,”jelasnya. (jos/esa)
Sumber: Metro Siantar/RPG
Editor: Yudi Waldi