POTRET KEMISKINAN RAKYAT INDONESIA

Kisah Menyedihkan, Jenazah Bayi Dibawa Pulang Pakai Kardus

Sumatera | Senin, 09 November 2015 - 00:35 WIB

Kisah Menyedihkan, Jenazah Bayi Dibawa Pulang Pakai Kardus
Jenazah sang bayi, sebelum dijemput orangtuanya. (PATIAR MANURUNG/METRO SIANTAR)

Seluruh biaya perawatan bayi selama di RS Vita Insani sebesar Rp10.800.000. Namun, SS telah membayar sebesar Rp5 juta. "Untuk sisanya tidak perlu lagi dibayar. Artinya pihak rumah sakit memutihkan sisa pembayarannya itu, sebagai bentuk sosial kita," ujar Choki.

 

Mencegah persoalan hukum, pihak RS Vita Insani menyerahkan masalah ini ke Polres Pematangsiantar dengan harapan bayi itu diambil oleh keluarganya. "Kita melaporkan ini kepada polisi supaya dilakukan proses hukum. Kita tidak mau ada tuduhan yang negatif terhadap rumah sakit. Kita sudah hubungi dan membertahukan bahwa biaya yang kurang akan ditanggung rumah sakit,” terang Choki Sabtu siang.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

 

Setelah pihak kepolisian berkomunikasi dengan pihak keluarga, akhirnya pihak keluarga bersedia datang ke Siantar untuk mengambil jasad bayi tersebut. Sekitar pukul 23.30 WIB, SS bersama seorang kerabatnya tiba di RS Vita Insani dan langsung melihat anaknya sudah tidak bernyawa.

 

Saat diwawancarai, SS mengaku terpaksa meninggalkan anaknya di RS Vita Insani lantaran harus mengurus anak dan istrinya yang ada di Rumah Sakit HKBP Balige.

Kondisi ekonomi yang cukup memprihatinkan itulah yang membuat SS tidak memiliki pilihan lain meninggalkan anaknya itu di Rumah Sakit Vita Insani. "Pokoknya anak saya sehat. Itu yang saya pikirkan. Jadi, saya sampai di sini selama tiga hari tiga malam, saya masih menjaga dan setelah tiga hari istri saya menelepon karena mereka harus pulang dari rumah sakit Balige," terang SS.

 

"Sebelum pulang ke Balige saya titip uang Rp5 juta. Saya yang mengurus semua. Itulah alasan saya harus meninggalkan Vita Insani. Saya permisi dengan membuat surat pernyataan dan tanda tangan. Ketika saya urus anak saya yang di Balige dibawa ke Pakkat dan tiba di Pakkat, ternyata anak saya sudah parah. Pihak Rumah Sakit Vita Insani menelepon saya," ungkap SS dengan sedih.

 

Sementara itu, biaya yang sudah dikeluarkan sudah mencapai Rp14 juta. Sebanyak Rp9 juta habis di RS HKBP Balige. "Saya sudah nggak tahu lagi mau berbuat apapun, karena uang saya semua sudah habis. Awalnya, dokter di RS HKBP Balige mengatakan bahwa anak saya akan lahir dengan normal. Setelah kemudian satu melahirkan normal, ternyata kembarannya harus dioperasi. Setelah dioperasi, kondisinya buruk. Makanya dirujuk ke Vita Insani. Kami tidak sempat menggunakan kartu BPJS karena sudah banyak beban pikiran,” terangnya sembari menggendong bayinya di ruang jenazah Rumah Sakit Vita Insani.

 

SS menambahkan, sebenarnya dia sudah menyerahkan sepenuhnya ke pihak rumah sakit karena tidak ada lagi biaya untuk menebus. "Saya dapat telepon dari rumah sakit (RSVI) kalau anak saya sudah meninggal tetapi karena tidak ada biaya makanya saya serahkan kepada pihak rumah sakit. Namun kemudian pihak rumah sakit mengatakan bahwa biayanya diputihkan, makanya saya bisa datang lagi ke sini," akunya.

 

Usai menandatangani surat penyerahan jenazah dari pihak rumah sakit ke ayah korban, tampak jasad bayi itu dimasukkan ke dalam kardus karena sudah tidak ada biaya membeli peti mati termasuk mobil sewa menuju Pakkat.

"Saya harus berangkat ke kampung dan mencari bus lagi. Kalau tak saya masukkan ke kardus, nanti kami tidak bisa naik mobil angkutan umum. Sebab, kalau sopirnya melihat ada bayi meninggal kami gendong, pasti kami ditolak. Padahal besok, ini (jenazah) harus dimakamkan,” ungkapnya dengan terburu-buru demi mengejar jadwal mobil yang akan berangkat ke daerah Pakkat.(pam/pra)

Laporan: RPG

Editor: Fopin A Sinaga









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook