Randai Kuantan Dubalang Hoyak Kuala Lumpur

Sosialita | Minggu, 27 Mei 2012 - 07:24 WIB

Randai Kuantan Dubalang Hoyak Kuala Lumpur
Aksi pelakon, penari dan pemusik randai Kuantan Dubalang Kota Pekanbaru di kampus Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia. (Foto: fedli azis/ riau pos)

Laporan FEDLI AZIS, Kuala Lumpur

Fakhri Semekot dan kawan-kawan mendapatkan sambutan hangat warga Kota Kuala Lumpur-Malaysia saat mementaskan teater daerah randai Kuantan, terutama di Kampung Segambut. Tidak hanya itu, di dua tempat berbeda lainnya seperti Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Perak dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) di Selangor juga memberikan apresiasi yang tinggi atas seni pertunjukan seni tersebut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ratusan warga Kampung Segambut tidak sabar untuk menyaksikan suguhan randai Kuantan Dubalang Pekanbaru asuhan Fakhri Semekot. Mereka teramat merindukan gesekan piual (biola), pukulan gendang dan hentakan tamborin yang menjadi ciri khas musik tradisi Randai Kuantan. Walaupun kesenian tersebut tidak asing, bahkan kerap dimainkan dalam berbagai acara adat di kampung-kampung yang dihuni warga Rantau Kuantan di Malaysia, namun suguhan langsung dari pemain randai asal Kuantan dan Pekanbaru (Riau) melahirkan perasaan rindu dendam atas kampung halaman yang telah lama mereka tinggalkan.

Meski jadwal pentas dilangsungkan lusa, Selasa (22/5) namun mereka tidak peduli dan ingin menyaksikan juga di hari pertama rombongan randai tiba di Kuala Lumpur, Ahad (21/5) lalu. Karenanya, suguhan di malam itu hanya musik dan nyanyian ala randai Kuantan, tanpa cerita yang diusung Fakhri bertajuk ‘’Bujang Lapuk’’.  ‘’Pokoknya, malam ini kami mau berandai dan menari bersama Fakhri dan kawan-kawan. Makanya kami langsung jemput mereka ke hotel karena warga sudah menunggu rombongan ini sejak tadi pagi,’’ ungkap salah seorang warga, Ramli kepada Riau Pos, Ahad (21/5) di sela-sela pertunjukan.

Malam itu, mereka menari dan bernyanyi, tidak hanya orang tua-tua dan muda, anak-anak sekolah juga ikut sampai larut malam. Mereka bergembira dalam tarian, langkah maju-mundur randai Kuantan sembari membuat lingkaran yang biasa dibuat saat pertunjukan randai berlangsung. Sebuah kampung yang dihuni warga asal Rantau Kuantan di tengah gedung-gedung pencakar langit itu bergembira, melepas rindu dengan sanak-saudara yang sudah lama tidak bertemu. ‘’Besok, usai tampil di UPSI dan UKM, mereka harus kembali lagi ke sini dan kami ingin menyaksikan randai Kuantan secara utuh dengan musik serta ceritanya,’’ tambah Wati melepas tawa kegembiraan yang diamini warga lainnya.

Randai Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif. Lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai ini membawakan suatu cerita yang telah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai pembatas babak-babak dari cerita yang dibawakan. Tidak diketahui secara pasti kapan kesenian ini hadir dan lahir di Kuantan namun diperkirakan sudah ada sejak zaman Belanda dahulu. Kesenian ini, biasanya dimainkan pada malam hari dan bisa memakan waktu dua hingga empat jam lamanya.

‘’Randai Kuantan terdiri dari tiga percabangan seni yakni lakon, musik dan tari. Musik dan tari digunakan sebagai pembatas babak dalam cerita yang dimainkan. Randai ini memakai istilah bujang gadi (lelaki yang bersolek seperti perempuan) karena zaman dahulu, perempuan tidak boleh memainkannya. Inilah uniknya Randai Kuantan dan bisa bertahan hingga hari ini,’’ ulas Ketua Dewan Pembina Randai Dubalang (DPRD) Pekanbaru, Fakhri Semekot.

Tiga Kali Tampil dalam Sehari

Selasa (22/5), sejak pukul 10.00 waktu Malaysia, grup randai Kuantan Dubalang Pekanbaru memulai aksinya di auditorium kampus keguruan yakni Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Perak dengan penikmat dari orang-orang beragam bangsa dan bahasa. Para pelakon menggunakan bahasa Melayu logat Kuantan, bercampur bahasa Melayu Riau Pesisir (Siak dan Bengkalis) serta bahasa Indonesia, namun dapat dipahami hampir seluruh penonton dengan baik. Buktinya, saat kekocakan dan kelucuan yang dibawakan para pelakon di atas panggung bisa membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal.  

Ditambah pula dengan pola tingkah pemeran utama cerita ‘’Bujang Lapuk’’ yang diperankan langsung oleh Fakhri. Ia bermain sebagai Dolah yakni Bujang Lapuk yang tak jua menemukan jodoh, meski telah berusia lanjut. Cerita bertambah lucu saat Mondek yang diperankan Yusafat Rose (Ibu) yang merisaukan nasib anak semata wayangnya tak laku-laku. Konflik-konflik kecil si ibu yang sudah lama menjanda dan anaknya itu justru mampu memancing kelucuan yang menyegarkan. Tidak hanya itu, usaha si ibu dan anak untuk mendapatkan calon menantu atau istri itu tak pernah berbuah hasil dan akhirnya, Dolah tetap tidak mendapatkan tambatan hatinya.

Usai tampil di Perak yang ditempuh dengan perjalanan darat selama satu jam, Fakhri dan anak-anak asuhnya kembali ke Kuala Lumpur untuk beristirahat. Malam harinya, mereka harus ke UKM di Selangor yang juga ditempuh melalui perjalanan darat selama 60 menit. Di UKM, anak-anak randai Kuantan Dubalang tampil di salah satu asrama mahasiswa. Kondisinya sedikit berbeda dari UPSI sebab di Selangor, warga Kuantan yang banyak tinggal di kawasan Sungai Buluh, tak jauh dari kampus tersebut, ikut hadir dan larut dalam pertunjukan hingga pukul 22.00 waktu Malaysia.

Grup ini, melanjutkan perjalanan menuju Kuala Lumpur untuk tampil kedua kalinya di Kampung Segambut. Pertunjukan dimulai pukul 23.30 waktu Malaysia. Kali ini, jumlah warga yang memadati lapangan di kawasan berbukit itu lebih banyak dari hari pertama. Mereka telah mempersiapkan keperluan pertunjukan dari sound system maupun penerangan seadanya. Fakhri dan grupnya disambut bak artis masuk kampung dengan rasa gembira dan suka-cita. Gelak tawa dan teriakan warga kampung yang tak sabar untuk ikut dalam lingkaran berputar saat lagu randai dimainkan seakan mengisyaratkan kerinduan mendalam pada kampung halaman mereka.

Saat piual digesek, gendang ditabuh serta tamborin dihentakkan, petatah-petitih ala Melayu Kuantan dikumandangkan, menjadi penanda cerita ‘’Bujang Lapuk’’ segera dimulai. Fakhri sempat mengingatkan berkali-kali, agar warga lebih bersabar dan membiarkan cerita berlangsung terlebih dahulu. ‘’Kami ingatkan pada warga Segambut untuk bersabar dulu agar cerita bisa dimainkan. Jangan langsung ikut berjoget bersama sebab bisa merusak jalannya pertunjukan,’’ kata Fakri yang juga menjaat sebagai Ketua Pengda Persatuan Artis Seniman Komedi (PaSKI) Riau melalui pengeras suara.

Warga yang tidak tahan, menyetujuinya. Saat pertunjukan sudah berlangsung setengah, Fakhri mempersilahkan warga ikut berjoget saat musik dimainkan namun harus meninggalkan lingkaran setelah lagu selesai. Pesta rakyat malam itu berjalan tertib dan berlangsung hingga pukul 01.30 waktu Malaysia. ‘’Kami sangat merindukan randai dari Kuantan bisa tampil di sini dan coba lihat sendiri, warga berbondong-bondong hadir ke tempat ini untuk menyaksikan Fakhri dan kawan-kawan berlakon,’’ kata Fii menyalami pelakon randai satu per satu.

Pertunjukan Randai Kuantan Dubalang Pekanbaru di Malaysia memberikan kesan bahwa program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Riau berjalan sebagaimana mestinya. Apalagi randai Kuantan menjadi pilihan pertama Kadis Budpar Riau, Said Syarifuddin sebagai upaya sosialisasi visi Riau 2020 yang berazam menjadikan negeri Lancang Kuning sebagai pusat kebudayaan Melayu di bentangan Asia Tenggara. ‘’Kali ini kita membawa randai Kuantan dan ke depan, seni-seni tradisi Melayu Riau lainnya, ke negeri lain pula,’’ ungkapnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook