BBKSDA Dinilai Kurang Sosialisasi

Sosialita | Rabu, 16 Januari 2019 - 13:00 WIB

GUNUNGTOAR (RIAUPOS.CO)-SATU dari dua pelaku pembantai burung Rangkong berinisial ED yang viral di media sosial beberapa waktu lalu sudah tertangkap. Sedangkan OY masih buron. Namun masyarakat menilai, kejadian tersebut karena kurangnya sosialisasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau terhadap masyarakat di pedesaan.

Hal itu disampaikan tokoh adat Kecamatan Gunung Toar, Gamaluddin kepada Riau Pos, Selasa (15/1). Menurut Gamaluddin, seharusnya BBKSDA memberikan sosialisasi terlebih dahulu. Sehingga masyarakat kalangan bawah yang tinggal di pedesaan mengerti.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Kita saja tidak tau mana-mana hewan yang dilindungi. Apalagi cucu kemanakan kami yang sehari-hari keluar masuk hutan untuk menyadap karet. Mereka kan bukan pemburu. Pekerjaanya hanya tukang sadap karet warga setempat,” kata Gamaluddin.

Gamaluddin melanjutkan, banyak cara BBKSDA memberikan sosialisasi kepada masyarakat pedesaan. “Seharusnya, ada imbauan atau surat yang ditujukan kepada pemerintah kecamatan, lalu disampaikan ke pemerintah desa. Sehingga masyarakat desa paham. Ini terjadi karena ketidaktauan masyarakat,” ujar Gamaluddin.

Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Sebarobah, Marpinis saat ditemui Riau Pos. Marpinis menyebutkan bahwa pelaku pembantaian burung Rangkong tersebut tidak tercatat sebagai warga Desa Sebarobah. Walaupun demikian, pihaknya mengakui bahwa pembantaian tersebut berada di wilayah Sebarobah Kecamatan Gunung Toar.

“Kedua pelaku bukan warga Sebarobah. Mereka berasal dari pulau Jawa. Namun mereka bekerja disini sebagai penyadap karet. Kami tidak pernah melihat mereka berburu. Ini murni karena mereka tidak tau. Sehingga mereka menjadikan burung tersebut sebagai bahan konsumsi,” ujar Marpinis.(ksm)

(Laporan MARDIAS CHAN, Gunungtoar).









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook