PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Unjuk karya mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) usai sudah. Pementasan karya-karya musik, tari dan teater di Aula Dewan Kesenian Riau (DKR) tersebut berlangsung selama sepuluh hari yang dimulai 19 sampai 30 Februari 2014. Sebanyak 60 karya dipentaskan oleh mahasiswa yang kesemuanya merupakan hasil dari pembelajaran selama satu semester di bangku perkulihan. Di samping itu, karya-karya yang dibuat dan dipentaskan itu juga merupakan hasil kreativitas mereka dalam hal bagaimana mengaplikasi ide-ide yang diperoleh dengan menggabungkan teori-teori ilmu yang didapat dari dosen pengasuh.
Untuk jurusan tari yang berlangsung dari 19 -21, mata kuliah yang diuji diantaranya reportoar tari Melayu 1, 2 dan 3. Tari Melayu 1 dan 2, komposisi 2, koreografi 2, tari ritual 2 dan gaya tari A. Tampak masing-masing mahasiswa menampilkan karya mereka baik pribadi maupun kelompok. Berbagai ide dan gagasan yang kemudian muncul menjadi bahasa-bahasa gerak yang mereka olah menjadi sebuah karya tari. Ketua jurusan tari, Syafmanefi Alamanda menyebutkan terkait dengan capaian yang hendak diperoleh dalam Unjuk Karya mahasiswa STSR 2014 ini adalah di samping sebagai kewajiban dalam memperoleh nilai juga dimaksudkan untuk melihat sejauh mana penguasaan dan pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang telah diberikan.
‘’Terlepas ini dikemas menjadi bentuk seni pertunjukan yang dipertontonkan juga di hadapan publik, titik fokusnya bagi dosen pengasuh tentu saja untuk melihat capaian pemahaman mahasiswa. Sejauh mana mereka menguasai materi perkuliahan yang telah diberikan,’’ ujar Nanda nama panggilan akrabnya.
Nanda menambahkan di STSR memang tidak hanya belajar teori, akan tetapi juga praktik khususnya mata kuliah per jurusan. Artinya setelah mahasiswa menguasai teori kemudian akan dieksekusi langsung dengan praktik. Sejauh yang dipantaunya, Nanda menilai rata-rata pertunjukan tari yang telah dipentaskan bagus. ‘’Tampak sekali materi yang telah diberikan dosen terutama pada tradisi dan pengembangannya. Karena memang sebagai mahasiswa seni, yang penting itu pertama adalah tahu dan paham tradisi barulah kemudian pengembangannya seperti kreasi dan bahkan konsep kontemporer,’’ ujarnya.
Malam, 22 sampai 26 Febuari, dilanjutkan dengan ujian jurusan Teater. Sebanyak 10 karya teater dipentaskan yang terdiri dari mata kuliah olah tubuh, olah vocal, pemeranan realis dan non realis, penyutradaraan realis dan non realis, atristik dan juga jelajah teater Melayu. Tak kalah dengan mahasiswa jurusan tari, mahasiswa teater juga menunjukkan kreativitas dalam pementasan yang dilakukan beberapa malam tersebut. Naskah-naskah teater realis dan non realis yang ditulis penulis Indonesia maupun penulis luar digarap oleh mahasiswa teater dengan konsep masing-masing.
Ketua jurusan teater, Husin SSn menyebutkan karya yang sudah dipentaskan mahasiswa secara umum dapat dikatakan memiliki ide dan gagasan yang bagus sekali. Ide dan gagasannya menarik hanya saja aplikasi di atas panggung saja yang masih kurang maksimal,’’ katanya.
Kata Husin, dari evaluasi yang dilakukan usai pementasan didapat sebuah kesimpulan bahwa kesiapan dari mahasiswa yang masih harus diperbaiki. Memang kemudian, diakui Husin bahwa untuk membuat sebuah garapan teater bukanlah pekerjaan yang mudah, perlu manajemen pertunjukan yang serius. ‘’Tetapi paling tidak, kerja dari penyutradaraan sudah dipahami oleh mahasiswa. Memang demikianlah capaian mata kuliah teater yang lebih kepada bagaimana mahasiswa mampu memahami dan mengerti ketika segala teori ilmu yang didapat diaplikasikan langsung pada sebuah sebuah pertunjukan,’’ ucap Husin.
Husin juga menegaskan, dari apa yang telah dipentaskan mahasiswanya, dia yakin apabila memiliki waktu yang cukup, karya-karya yang dipentaskan oleh mahasiswa jurusan teater STSR bisa dipentaskan di depan khalayak sebagai bentuk seni pertunjukan yang ideal.
Unjuk karya mahasiswa STSR tersebut ditutup dengan persembahan jurusan musik yang dilakukan dari 27 samai 30 Februari. Adapun mata kuliah yang dipertanggung jawabkan di hadapan dosen dan penonton adalah komposisi 3, komposisi 4, jelajah musik Melayu, aransmen musik, mayor vocal dan alat musik Melayu gambus.
Ida Wati selaku ketua jurusan musik STSR menyebutkan secara capaian akademik, apa yang dilakukan mahasiswa sudah bagus dan begitu juga dengan tingkat pemahaman mahasiswa. ‘’Secara dari dipandang dari segi ilmiah, mahasiswa dapat dikatakan memuaskan,’’ kata Ida sembari menambahkan begitu juga dengan ide-ide yang ditawarkan cukup bervariasi dan menarik.
Hal itu sebenarnya menurut Ida terlaksana berkat atmosfir yang terbina dari mahasiswa jurusan musik itu sendiri, karena sepengatahuan Ida, mahasiswa di STSR sekarang ini mereka membuat kelompok-kelompok bermaia sendiri-sendiri. ‘’Di siinilah atmosfir bermusik itu tercipta sehingga akhirnya bermusik menjadi kebutuhan mereka,’’ jelas Ida lagi.(*6)