Kemacetan lalulintas di Jakarta menurut Marissa Nasution, sudah tidak bisa lagi dijadikan alasan untuk telat hadir di sebuah acara. Presenter dan eks VJ MTV yang montok ini selalu berusaha profesional memenuhi undangan dengan tepat waktu.
“Setiap hari kan memang macet. Kapan coba nggak macet? Makanya itu alasan basi kalau kemudian orang-orang bilang macet. Aku punya senjata paling jitu, yaitu naik lah ojek. Dijamin cepat sampai. Tahu sendiri kan? Naik ojek bisa selap-selip,” jelas Marissa.
Kebiasaan itu membuat Marissa sering disebut sebagai ojekers (pengguna ojek) setia. Menjadi ojekers sudah dilakukannya sejak menetap di Jakarta. Terutama jika lalulintas sudah tidak bisa ditoliler lagi.
Saat ditanya apakah tidak risih atau khawatir rias wajah berantakan dan kulit wajah jadi kotor? Marissa menggelengkan kepala sambil tersenyum.
“Ya semaksimal mungkin wajah ditutup supaya nggak terlalu terpapar debu. Sebenarnya naik ojek itu susahnya hanya pas lagi turun hujan. Meski bisa selap-selip tetap aja kebasahan. Jadi, harus berteduh dulu, baru jalan lagi. Belum lagi kalau jalur yang ditempuh ada yang banjir, itu makin susah lagi,” jelas pemain film Janda Kembang, Cowok Bikin Pusing dan Kejar Cinta Javanua ini.
Ia setia naik ojek agar bisa memaksimalkan waktu jika ada undangan di lebih dari dua tempat.
“Memang jarak waktu antara undangan yang satu dengan lainnya tetap ada. Hanya saja, kondisi Jakarta yang lalu lintasnya padat, terkadang tidak dapat diprediksi. Jadi, setiap jadwal aku padatkan saja. Jika memang sudah selesai dan diseling sedikit waktu istirahat atau wawancara, aku langsung jalan lagi. Nggak perlu lah mampir-mampir, meski salah satu acara itu di mall. Aku mending langsung jalan,” tutur gadis blasteran Jerman-Batak ini.
Marissa juga sudah menghubungi supir agar menjemputnya di lobby dan disesuaikan dengan waktu ia jalan dari dalam ke lobby.
Waktunya bisa lebih dihemat sehingga ia atau supir tidak perlu saling menunggu. Selain itu, ia bisa langsung berangkat ke lokasi berikutnya.
Sebagai public figure, Marissa sadar segala tindak tanduknya akan diperhatikan oleh masyarakat luas. Jika baik, pujian bisa menghampiri. Sebaliknya, saat publik
merasakan adanya hal yang kurang berkenan, cercaan yang akan dituai. “Makanya kita juga harus selalu jaga image, menjadi contoh atau idola yang baik,” selorohnya. (rmol)