Kata Hijau Sigaran Jiwa

Seni Budaya | Minggu, 30 Juni 2019 - 13:39 WIB

Kata Hijau Sigaran Jiwa
Suasana bincang puisi dan proses pembacaan puisi.Kunni masrohanti/riau pos

BAGIKAN



BACA JUGA


Selalu saja ada yang menarik untuk ditulis menjadi puisi indah: Sigaran Jiwa hulu kata bermula.

(RIAUPOS.CO) -- Mereka yang haus puisi,  sangat terlihat ketika kata demi kata,  baris demi baris dalam sebuah puisi dibacakan.  Ada yang penasaran ketika bagaimana proses menulis puisi dibicarakan. Di tengah hamparan sawah yang hijau,  Sigaran Jiwa Siak Sri Indrapura,  haus dan rasa ingin tahu itu terobati. Remaja,  anak-anak muda,  orangtua dari berbagai profeai dan usia,  sengaja datang untuk mendengarkan segala uraian dalam bincang puisi ringan yang dilaksanakan di sana, Ahad (23/6).

Bersama penyair dan Presiden Penyair Perempuan Indonesia (PPI)  Kunni Masrohanti dan penyair muda Indonesja Muhammad De Putra,  perbincangan tentang puisi itu berlangsung hangat. Banyak pelajar yang bertanya tentang banyak hal seputar puisi. Mulai dari untuk apa menulis puisi hingga dari mana puisi harus mulai ditulis.


Rurun, salah seorang pelajar SMA di Siak,  kerap kali melontarkan pertanyaan. ''Ingin rasanya membuat kegiatan sastra atau puisi,  tapi tak banyak teman. Komunitas juga tak ada.  Kalau gerak sendiri,  nanti dibilang sok hebat.  Jadi tidak percaya diri. Bagaimana harus bersikap?  Apa yang harus saya perbuat?'' tanya Rurun dalam forum Bincang Puisi yang dilaksanakan di kedai kopi Sigaran Jiwa tersebut. Sedang di kanan kirinya,  banyak pengunjung hingga ke ujung lokasi yang duduk di pondok-pondok,  fasilitas permainan hingga menara pantau yang tinggi.

Kunni,  dengan jelas memaparkan,  segala sesuatu harus dimulai dengan sikap percaya diri dan berani. Harus dimulai.  Selagi tidak dimulai,  sebesar apapun niat dan keinginan untuk berbuat,  tidak akan pernah terwujud.  Kunni menyarankan Rurun untuk mengajak teman-temannya yang mau dan suka sama puisi untuk sering berkumpul,  mencari tempat yang asyik,  membaca dan membincangkan puisi.  Tidak perlu banyak,  tapi mau.  Kunni juga menyarankan agar Rurun membuat komunitas kecil dan sering berkumpul dengan komunitas lain serta menghadiri kegiatan-kegiatan sastra yang dilaksanakan di Siak sebagai tempat terdekat dengan rumahnya.

''Kami di kampung,  tidak seperti di kota. Suasana dan semangat bersastra di sini juga beda dengan di kota, '' kata Rurun lagi.

 '' Tidak ada alasan.  Biarpun di kampung,  apalagi di sini ada signal,  akses internet gampang,  tidak ada yang sulit,  asal mau. Kalau bingung mau berbagi dan diskusi tentang puisi,  bisa dengan saya langsung atau  De Putra atau yang lainnya.  Yang penting semangat dan mau memulai. Saya juga dari kampung,  tapi bergerak, insyaallah bermanfaat, '' jawab Kunni lagi.

Tidak hanya dari Siak,  Bincang Puisi pagi menjelang siang itu juga dihadiri komunitas dari Bengkalis dan Pekanbaru serta anak-anak sekolah dan guru. Tidak hanya komunitas sastra,  tapi juga komunitas lain seperti komunitas motor,  fotografi,  pencinta lingkungan,  pariwisata dan lainnya.  

Sebagai penyair muda Indonesia yang sudah sampai ke Eropa dan berbagai daerah di Indonesia karena puisi,  Muhammad De Putra,  lebih banyak berbagi tips bagaimana agar mau menulis puisi dan semakin faham dengan puisi.  Dia juga banyak betbagi cerita bagaimana dia bisa 'terbang' kemana-mana dengan jalan puisi.  

''Bisa bersemangat itu juga ada sebabnya.  Menurut saya,  berkomunitaslah.  Dengan berkomunitas,  di sana kita bisa saling sharing,  bertanya,  berdiskusi sehingga semangat yang lemah ketika ada kawan untuk bercerita,  jadi semangat. Komunitas itu penting. Satu lagi.  Sekarang zaman medsos,  semua sudah bermedsos.  Manfaatkan medsos itu untuk berkarya. Banyak lomba puisi yang bisa kita peroleh dari medsos,  manfaatkan itu,  semangat dan ikuti. Jangan malu dan yang penting mau. Ruang diskusi juga banyak dan bisa diikuti di medsos.  Manfaatkan itu, '' kata Tata pula.

Bincang puisi yang dilaksanakan anak-anak muda di Siak  yang dimulai sekitar pukul 10.00 ini baru betakhir menjelang pukul 13.30. Cukup lama. Meski peserta yang duduk di tempat ngopi terbuka itu silih berganti,  tapi Kunni dan De Putra selalu mengajak pengunjung dengan pengeras suara, yang ada di sekitar lokasi Sigaran Jiwa untuk bisa aktif mendengarkan.  Maka,  kata dan puisi di kawasan ini terasa semakin sejuk dan hijau. ***

Laporan Fedli Aziz

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook