EKSISTENSI PASKI RIAU

Membangun Dunia Komedi dengan Serius

Seni Budaya | Minggu, 25 Desember 2022 - 10:50 WIB

Membangun Dunia Komedi dengan Serius
Para peserta Musyawarah Daerah PaSKI Riau foto bersama dengan Kepala Dinas Kebudayaan Riau Drs Yoserizal Zen di Pekanbaru, belum lama ini. (PASKI UNTUK RIAU POS)

Di masa lalu Riau memiliki pelawak-pelawak yang disegani secara nasional seperti Otong Lenon, Udin Smekot, atau Fachri Smekot. Kini, upaya untuk melahirkan pelawak atau komika Riau ke panggung nasional terus dilakukan dengan serius.

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru


DUNIA hiburan di Indonesia tak pernah kering melahirkan bakat-bakat terbaiknya. Termasuk bidang hiburan yang membuat orang tertawa dan bahagia, yakni lawak. Selain disebut seniman komedi, kini istilah lebih baru sudah muncul, yakni stand up comedy yang pelakunya disebut komika. Jika dulu dunia lawak identik dengan grup yang anggotanya lebih satu orang, komika adalah lawak panggung tunggal.

Pelawak, seniman komedi, atau komika adalah profesi yang selalu mendapat tempat di mana pun. Dunia televisi kita hari ini juga banyak membuat program hiburan komedi. Yang menarik, banyak artis yang sebelumnya tak dikenal sebagai komedian, kini malah terjun dan sukses sebagai komedian. Mereka antara lain Andre Taulany atau Ayu Ting Ting yang sebelumnya dikenal sebagai penyanyi. Juga beberapa nama lainnya.

Karena begitu besar peluang komedian bisa menjadi profesi yang menjanjikan, maka organisasi khusus yang mewadahi bidang ini, kemudian dibentuk. Wadah ini diharapkan bisa menjadi tempat bagi siapa pun yang ingin berkarya di bidang komedi bisa tersalurkan dengan baik dengan azas adil dan semua punya peluang asal bekerja keras.

Berawal dari inisitif Tarzan Srimulat, yang saat itu menginginkan dibentuk sebuah organisasi yang mewadahi pelawak/komedian di Indonesia. Karena di masa sebelumnya, di masa Orde Baru, jika jadi pelawak dan ingin tampil di televisi, haru melalui ini dan itu, sementara mereka ingin meninggalkan hal itu dan membebaskan pelawak berkarya seluas-luasnya dan di mana saja. Kemudian Tarzan menghubungi Miing Bagito dan disambut baik.

Dan lewat perjuangan mereka, pada 20-21 April 2005, berkumpul sekitar 300 pelawak di Hotel Kartika Candra Jakarta. 21 April disepakati terbentuklah PaSKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia), organisasi seniman pelawak/komedian seluruh Indonesia. Sebelumnya banyak masukan dan kritikan dari  banyak seniman komedi, jangan hanya pelawak, tetapi juga komedi yang lain. Misalnya musisi komedi, pembaca puisi komedi, tari komedi seperti Didik Ninik Towok, badut, dll, mereka ingin bergabung. Akhirnya nama PaSKI disepakati.

“Artinya siapa pun yang punya kait kelindan dengan komedi dapat bergabung di PaSKI. Kemudian dibentuk pengurus PaSKI pusat. Ketua pertamanya Indro Warkop, sekretaris Miing Bagito,” ujar Ketua Terpilih PaSKI Riau, Ahmad Benny Joniaman, kepada Riau Pos, Selasa (20/12/2022).

Menurut lelaki yang kesehariannya dipanggil Bens Sani ini, Riau menjadi daerah istimewa bagi PaSKI.  Ketika itu almarhum Otong Lenon (Yohazar) hadir dalam pertemuan itu, dan pulang membawa surat mandat untuk membentuk PaSKI Riau. Riau merupakan daerah yang membentuk pengurus daerah/provinsi pertama. 5 Juni 2005, dilantik Pengurus Daerah PaSKI Riau. Ketuanya Otong Lenong, sekretaris Udin Smekot, Bendahara Fachri Smekot. Bens Sani menjadi salah satu ketua bidang. Otong kemudian mengumpulkan orang-orang yang punya kait kelindan dengan dunia komedi, yang punya niat bersama membangun komedi di Riau. Selama lima tahun, lelaki yang dikenal dengan beberapa filmnya seangkatan Ateng dan S Bagio ini bekerja keras membangun dan melahirkan para komedian Riau.

Lima tahun setelah itu, 2010, Fachri Smekot menggantikan Otong Lenong sebagai Ketua PaSKI Riau selama dua periode (2010-2020), dan Bens Sani menjadi sekretaris. Harusnya deminsioner pengurusan yang laman pada 2020. Karena pandemi corona, baru diadakan musyawarah daerah pada 2022 dan Bens Sani menjadi ketua yang dipilih secara aklamasi untuk periode 2022-2026. Jika sebelumnya masa bakti pengurus lima tahun, sekarang di AD/ART diubah menjadi empat tahun.

PaSKI Riau, jelas lelaki kelahiran Palembang 46 tahun lalu ini,  pernah mendapatkan penghargaan sebagai PaSKI daerah terbaik di Indonesia karena dianggap paling aktif. Sering menyelenggarakan workshop komedi yang difasilitasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ketika itu dengan mentor dari para pelawak nasional. Pernah juga mengadakan Comedi Expo yang menghadirkan pelawak lokal dan nasional. Ada sembilan pelawak nasional yang diundang pada 2015 di Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT). Pernah menyelenggarakan Lomba Lawak Riau 2005. Juga kegiatan stand up comedy yang bekerja sama dengan beberapa pihak dan diselenggarakan di mal-mal yang ada di Pekanbaru. Pernah juga bekerja sama dengan Riau Pos.

***

DUNIA komedi, kata Bens Sani, berbeda misalnya, dengan musik, yang bisa setiap hari muncul bibit baru. Di Riau sendiri, setelah era Otong Lenon ke generasi Udin dan Fachri Smekot, jaraknya tidak jauh. Tetapi dari Udin dan Fachri Smekot ke generasi berikutnya, perlu waktu 10 tahun baru muncul grup Nyanyah (Fahmi, Abrar dkk) yang muncul di Audisi Pelawak Indonesia (API) di TPI sebagai juara kedua. Sayangnya Nyanyah saat ini sudah tidak eksis lagi. Setelah itu muncul grup Puan (pelawak perempuan). Lalu muncul grup Pengat dari Siak yang bisa menembus sebuah lomba tingkat nasional, yakni juara 3 Olimpiade Lawak PaSKI 2020. Satu-satunya di luar Jawa yang masuk hitungan secara nasional ketika itu

Untuk mengembangkan dunia lawan di Riau, PaSKI membentuk tiga korwil (koordinator wilayah) di kabupaten. Yakni Siak, Kampar, dan Kuansing. Hingga kini mereka selalu aktif melakukan kegiatan, dan tidak muncul hanya saat ada kegiatan. Mereka terus-menerus dengan konsisten membangun dan mengembangkan diri dalam dunia komedi. Di tiga daerah itu, banyak seniman komedi yang berani mengatakan bahwa komedi adalah pekerjaan mereka. Sebagai profesi. Di daerah lain tetap terus dipantau. Ada beberapa grup komedi atau lawak yang muncul, tetapi kemudian hilang.

“Sekarang di pengurusan baru, akan kami kembangkan lagi korwilnya. Sudah dijajaki, beberapa kabupaten lainnya akan segera dibentuk. Sebenarnya banyak kegiatan yang berhubungan dengan komedi. Hanya saja selama ini memang kurang sarana, termasuk lomba, untuk mengaktualisasi diri mereka di dunia komedi,” jelas Bens Sani lagi.

Bens ingin Riau kembali memiliki komedian seperti  Otong Lenong di masa lampau, dengan sekitar 7 judul film layar lebar yang hampir semua judulnya memakai judul “Otong” di depannya. Misalnya Otong Minta Kawin, dan lainnya.  Sejak tahun 1978 Otong sudah tampil di layar lebar. Itu di masa Ateng, Benyamin S, Ishak, S Bagio dan lainnya sangat terkenal. Udin Smekot juga bermain di beberapa produksi televisi, termasuk menjadi ngkongnya Gusur dalam serial Lupus. Fachri sendiri karena posisinya PNS, memilih menetap di Riau. Saat ini Riau memiliki komedian seperti Megi Irawan yang bermain di beberapa sinetron, seperti Tuyul dan Mbak Yul, Eyang Mami Van Mounelen, dll. Juga beberapa nama lainnya.

Setelah dirinya terpilih menahkodai PaSKI Riau empat tahun ke depan, salah satu program unggulan yang akan dilaksanakan dan mengembangkan adalah Komedi Kampus. Sejarah komedi dari kampus bisa dilihat dari Warkop yang muncul dari UI, Patrio dari Universitas Pancasila, Cagur dari IKIP Jakarta/UNJ, atau Bajaj yang lahir dari salah satu universitas swasta di Jakarta. Di Riau, Paski ingin mengembangkan hal itu dengan mencari komedian di kampus-kampus di Riau secara bergilir. Baik grup maupun perorangan/stand up comedy. Nanti akan diseleksi untuk jenjang yang lebih tinggi, misalnya tingkat nasional.

Mengapa anak-anak kampus, jelas Bens, harapannya mereka punya wawasan yang lebih luas dan cerdas yang memungkinkan mereka melawak juga dengan cerdas. Jika lawakan mereka mengkritik sesuatu, mereka paham apa dan siapa yang mereka kritik dengan cara yang cerdas dan tidak salah kritik. Local content harus terjaga, karena itu kekuatan komedian asal daerah. Tetap harus bangga dengan identitasnya, jangan kemudian kalau sudah di tingkat nasional malu pakai bahasa daerahnya. Padahal komedian lainnya dari Medan atau Padang, mereka dengan logat daerahnya malah berhasil dan jadi ciri khas.

Menyikapi maraknya stand up comedy, PaSKI Riau pernah melakukan lomba stand up comedy, dan ramai peminatnya. Para lebih militan dan rutin mengadakan banyak kegiatan di kafe-kafe bersama komunitasnya. Ada juga yang ikut kegiatan di tingkat nasional dan menjadi juara, misalnya Faqih Maulana yang sempat tembus di acara yang diselenggarakan Kompas Tv.

PaSKI Riau ingin membangun kualitas komedi para pelawak/komika dengan melakukan workshop untuk seni peran dan penulisan naskahnya. Ke depan juga akan bicara soal manajemen, soal memilih materi, kostum, dll. PaSKI Riau juga merencanakan akan menyelenggarakan diskusi atau sharing dengan pelawak-pelawak nasional, bisa lewat Zoom/virtual. Bens sudah menjajaki dengan menghubungi beberapa pelawak nasional seperti Indro, Miing, Jarwo Kwat dll, dan mereka siap membantu. Yang dari luar dunia komedi juga akan diundang, misalnya tentang manajemen organisasi, soal perlindungan asuransi, manajemen kontrak, dll.

“Dengan  tagline ‘Komedi Riau Naik Kelas’, intinya mengembalikan dunia komedi Riau ke tempat yang pernah dirintis oleh para senior. Saya mengajak anak-anak muda yang sedang merintis atau sudah eksis di dunia komedi ini untuk sama-sama bergabung dan bergerak,” kata Bens.

Di era serba digital sekarang, para pelawak dan komika bergerak lewat dunia maya, lewat media sosial mereka masing-masing seperti Youtube, Instagram, dll. Merka mendapatkan perhatian yang lumayan bagus dari netizen. Dan ada yang sudah bisa hidup dari sana. Itu yang terus didorong oleh PaSKI Riau. Wak Zoel, Megi Irawan, Faqih dll sudah mendapatkan pendapatan dari sana.

“Media sosial yang akhirnya bisa menjadi pintu masuk. Banyak bintang tamu televisi nasional yang mengajak komedian daerah. Ini celah yang bagus untuk menerobos ketatnya persaingan di televisi nasional. Yang harus dipahami, para komedian daerah jangan minder berhubungan dengan pelawak nasional,” ujar Bens.

***

ZULKARNAIN Al Idrus yang lebih dikenal sebagai Wak Joel, salah seorang komedian dari Siak,  berharap di tangan Bens Sani, PaSKI Riau bisa menciptakan lapangan kerja bagi pelaku komedian di Riau sehingga komedi bisa menjadi pekerjaan dan industri bagi pelakunya. Menurutnya hal ini penting karena dunia komedi yang marak di televisi tetapi agak senyap di masyarakat umum. Termasuk di Riau. Lelaki yang juga salah satu peronel Pengat ini mengaku masih terus berkomedi dengan segala cara karena dia tak bisa meninggalkan dunia komedi yang sudah digelutinya. Bersama beberapa temannya, termasuk di Pengat, dia masih aktif memproduksi film-film pendek komedi yang diunggah di Youtube. Dengan  serial Jokes Wak Malay yang diproduksi oleh Pengat Production atau rumah produksi lainnya, Wak Joel terus berkarya. Film-film pendek komedi yang diproduksinya mendapat tanggapan lumayan ramai para netizen di Youtube.

“Karena takdir yang menggiring saya untuk menjadi komedian, semoga jalan ini bisa menjadi amal ibadah buat saya dan buat teman-teman komedian lainnya,” jelas Wak Joel kepada Riau Pos, Jumat (23/12).

Secara nyata, grup Pengat memang sudah “istirahat”, namun dia yakin suatu saat akan bangkit kembali dalam bentuk sajian yang berbeda. Media sosial, katanya, menjadi salah satu pilihan untuk berkiprah kembali. Untuk saat ini pengat mengistirahatkan diri dari dunia komedi, tapi tidak untuk para personilnya. Katanya, personil Pengat masih sering muncul jika ada angka-angka.

“Karena kita berpikir jika membuat orang tertawa, keluarga di rumah harus lebih dulu tertawa. Untuk wadah bisa macam-macam tergantung permintaan dari si pemilik angka-angka inginnya seperti apa. Mungkin terkesan agak sombong, namun sebenarnya kami ingin memberikan pemahaman bagi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat, bahwa kita adalah komedian, bukan badut dan orang gila,” katanya sambil berseloroh.

Lelaki yang juga pegawai pemerintah di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Siak ini menjelaskan bagaimana dia dan kawan-kawannya di Pengat pernah menemukan masa “jaya”. Ketika menjadi juara 3 Olimpiade Lawak PaSKI  tersebut, ada yang menarik dan menepis keraguan selama ini, bahwa bahasa Melayu susah diterima atau dimengerti pada ajang lomba tingkat nasional. Ternyata tidak, bahasa dan logat Melayu menjadi warna baru dalam komedian Indonesia. Kata Wak Joel, Indro Warkop dan Pandji Pragiwaksono yang bertindak sebagai juri pada waktu itu mengakui hal tesebut.

Tentang dunia komedi di Siak, katanya,  sebenarnya baik-baik saja, buktinya hampir di seluruh iven acara dan helat yang dilaksanakan tak terlepas dari sajian komedi. Hanya saja porsinya sudah berkurang dan apresiasi terhadap para komedian masih jauh dari apa yang diharapkan.

Melihat perkembangan dunia komedi di Riau hari ini, katanya, sebenarnya banyak yang ingin masuk dan terlibat dalam dunia komedi, namun sayang anak-anak muda di Riau masih belum bisa memilih dan memilah, terutama dalam hal konsep. Secara bergurau, banyak yang belum paham apakah ia ingin menjadi komedian, badut, atau orang gila. Karena sama-sama ingin ditertawakan, namun nilainya pasti berbeda.

“Semoga ke depan muncul para pelaku komedian di Riau yang lebih bermartabat, dengan sajian komedi yang berkualitas, tidak sekadar hiburan, tidak sekedar untuk ditertawakan, tetapi bisa memberikan pesan moral bagi penikmatnya. Agar para komedian lebih diperhitungkan, dan juga bisa memberikan pemikiran terhadap pembangunan daerah. Saya yakin komedi bisa menjadi jalan keluar yang jenius dalam menghadapi isu-isu yang berkembang pada hari ini. Sebab bagi yang mengerti, sebenarnya komedi bisa mencubit tanpa menimbulkan rasa sakit,” jelas Zulkarnain mengakhiri.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook