PAMERAN FOTOGRAFI MAHASISWA FIKOM UIR

Melihat Fotografi sebagai Seni

Seni Budaya | Minggu, 22 Januari 2023 - 11:24 WIB

Melihat Fotografi sebagai Seni
Kurator pameran yang juga dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universi­tas Islam Riau, Syamyatmoko SSn MSn (baju hitam) ketika berbincang dengan Rektor UIR Prof Dr H Syafrinaldi (kanan) dan akademisi UIR lainnya saat pembukaan Pameran Foto Show Don’t Tell di Galeri Hang Nadim, Pekanbaru, Jumat (13/1/2023). (ISTIMEWA)

Mahasiswa Fikom UIR mengadakan pameran fotografi sebagai tugas akhir mata kuliah mereka. Sebuah upaya membangun dunia seni foto yang sering luput dari perhatian.

RIAUPOS.CO - BERTAJUK Show Don’t Tell, mahasiswa Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Riau (UIR), menyelenggarakan pameran fotografi yang berlangsung 13-25 Januari 2023, berlangsung di Galeri Hang Nadim (GHN), Kawasan Purna MTQ, Pekanbaru. Lebih 300 foto --yang semuanya karya mahasiswa angkatan 2021 (smester III) Fikom UIR—yang dipamerkan. Dan semua foto tersebut objeknya adalah Kampus Madani UIR di Jl Kaharudin Nasution, Bukitraya, Pekanbaru.


Banyaknya foto yang dipamerkan merujuk pada jumlah mahasiswa angkatan 2021 di FIkom UIR yang mengambil mata kuliah Fotografi Dasar yang diampu oleh Syamyatmoko SSn MSn, yang juga menjadi kurator dalam pameran ini. Karya yang dipamerkan merupakan tugas akhir mata kuliah tersebut dan yang juga menjadi penilaian untuk ujian akhir smester (UAS). Selain pameran foto, kegiatan juga diisi acara workshop fotografi,  stand up comedy, acoustic perfomance, solo song, dll.

Kepada Riau Pos, Syamsyatmoko menjelaskan, sebagai tugas akhir mata kuliah yang diampunya, secara umum mahasiswa dituntut untuk merepresentasikan persepsi mereka selama ini terhadap kampus ke dalam sebuah media komunikasi, yaitu fotografi. Tidak ada batasan khusus atas persepsi yang mereka rasakan, namun tetap dikunci dengan berbagai teknik dasar fotografi yang meraka pelajari dalam mata kuliah tersebut.

Dijelaskannya lagi, hasil akhir dari mata kuliah ini adalah mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam komunikasi visual tentu berkenaan dengan fotografi. Meski mata kuliah ini tidak dirancang khusus untuk menjadikan mereka seorang fotografer handal, namun  tujuan utamanya adalah  meningkatkan kemampuan mahasiswa berkomunikasi dengan media visual.

“Dalam pandangan saya, masih banyak foto yang secara umum belum memenuhi standar kualitas foto yang baik, namun tetap harus diapresasi karena ada sekitar 30% karya foto sudah cukup layak pamer dan memiliki kualitas,” kata Syamyatmoko, Jumat (20/1/2022).

Menurutnya, mahasiswa yang boleh memamerkan karya foto mereka harus memenuhi minimal 80% dari tugas praktikum fotografi, barulah tugas akhir mereka dapat dikurasi dan dinilai layak atau tidak. Juga ada beberapa mahasiswa yang harus remedial, jadi sebenarnya mereka melewati proses yang cukup panjang dan berat.

Capaian yang diinginkan dalam pameran ini adalah para mahasiswa harus mampu mennerjemahkan sebuah gagasan/ide untuk mengomunikasikan sesuatu dalam bentuk karya fotografi. Hal itu agar mereka terbiasa merancang sebuah konsep.

 “Saya memahami, yang membuat karya itu mahal adalah konsepnya, didukung dengan kemampuan eksekusi visualnya (teknik dan kepekaan estetika, red),” ujarnya lagi.

Moko –begitu alumni S-1 dan S-2 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini dipanggil-- merasa puas dengan apa yang disajikan mahasiswa, karena dia tahu persis perjalanan meraka sampai ke titik tersebut cukup berat. Menurutnya, semakin ke depan representasi karya visual di Pekanbaru jauh meningkat secara kualitas, hal ini tentu berkaitan dengan adanya GHN sebagai ruang pamer publik yang representatif sehingga dia merasakan karya-karya yang terpajang semakin terdongkrak secara presentasi.

“Harapan terbesar saya terkait pameran ini adalah meningkatnya apresiasi terhadap karya-karya visual oleh masyarakat Pekanbaru secara luas sehingga akan menambah pengalaman serta literasi seni visual khususnya bagi generasi muda kita, agar muncul bibit kreator visual unggulan yang memiliki daya saing,” tutur lelaki yang sering menjadi kurator dalam banyak pameran, terutama semasa pendidikan di Yogyakarta, tersebut.

Tentang perkembangan dunia fotografi di Riau, Moko menjelaskan, sebagian besar fotografer di Riau sudah mumpuni, hanya genre atau pun pandangan mereka terhadap fotografi masih terlalu sempit. Misalnya, lokakarya fotografi yang paling diminati masih didominasi oleh foto wedding/pre-wedding, padahal untuk fotografi komersil sendiri masih banyak cabang yang cukup menjanjikan. Belum lagi jika membahas keindahan mereka selalu terpatri dengan bentuk-bentuk foto yang berlatarkan keindahan alam. Padahal, sebenarnya keindahan itu bisa dirasakan dan diwujudkan dengan banyak cara pandang.

“Layaknya wanita, ada yang cantiknya tampak secara wujud, ada juga cantiknya dari dalam (inner beauty), dan foto pun seperti itu adanya, secara visual tampak biasa saja. Namun jika kita menilai isi atau pun wacana yang dibawanya baru kita bisa merasakan keindahan dari foto tersebut,” ulas lelaki kelahiran Tembilahan, 38 tahun lalu tersebut.

***


PAMERAN ini dibuka langsung oleh Rektor UIR, Prof Dr H Syafrinaldi SH MCL di GHN, Jumat (13/1/2023). Hampir semua petinggi UIR datang dalam acara tersebut, seperti Wakil Rektor I Dr Syafhendry MSi, Wakil Rektor II Dr Firdaus AR SE MSi AK CA, Dekan Fikom Dr Muhd AR Imam Riauan SSos MI Kom, Kaprodi Fikom Dr Fatmawati SIP MM, dan lainnya.

Syafrinaldi merasa bangga dan sangat mengapresiasi pameran foto yang dilakukan oleh para mahasiswanya. Menurutnya, pameran ini adalah kegiatan positif dan menarik, karena dunia fotografi adalah sebuah dunia seni yang tak semua orang bisa melakukannya. Dia berharap para mahasiswa yang terlibat dalam pameran ini tidak berhenti berkarya sampai di situ saja, tetapi terus dikembangkan.

“Saya berharap kegiatan ini bisa menginspirasi generasi muda untuk mengembangkan ilmu fotografinya kelak menjadi salah satu kekuatan ekonomi kreatif,” kata Syafrinaldi.

Kepala GHN, Furqon LW, mengatakan, pameran ini menjadi kepingan puzzle yangg mengisi ruang kosong ekosistem seni rupa. Menurutnya, ruang-ruang tersebut harus terus diisi oleh para seniman rupa agar ekosistem terus terbangun. Selama ini, ruang pamer GHN banyak diisi pameran para seniman rupa seperti lukis, kriya, sketsa, dan sebagainya. Dengan adanya pameran fotografi ini, semakin meluaskan genre seni yang mengisi ruang GHN tersebut. “Sebagai pengelola GHN, kami merasa senang mendapatkan kawan untuk bersama-sama membangun ekosistem seni rupa di Riau,” kata Furqon.

Beberapa mahasiswa yang ikut memerkan karyanya mengaku bangga mereka bisa menggelar pameran bersama secara “kolosal” tersebut. Hal ini diakui oleh Fandi Setiawan dan Luthfi Azizan yang ditemui Riau Pos di ruang pameran GHN, Jumat. Meski pameran ini merupakan tugas akhirnya sebagai mahasiswa yang mengambil mata kuliah Fotografi Dasar, namun keduanya senang karena tak semua foto yang bisa dipamerkan seperti yang dilakukan mahasiswa Fikom UIR tersebut.

“Dunia fotografi itu menyenangkan karena bisa mengekspresikan objek yang kita inginkan dan memindahkannya dalam bentuk gambar. Ini sebuah proses seni tidak semua orang bisa melakukannya. Seperti apa pun hasilnya,” ujar Fandi yang diamini oleh Luthfi.

Hampir semua foto yang dipamerkan dalam Show Don’t Tell tersebut mengambil objek di kampus mereka sebagaimana tema yang dibuat, yakni pandangan mahasiswa terhadap kampusnya. Meski beberapa foto secara estetika dan teknik pengambilan masih relatif sederhana, tetapi beberapa tema yang dipilih cukup baik. Misalnya beberapa foto memotret tentang budaya kebersihan yang masih belum dilakukan secara benar oleh mahasiswa dengan banyaknya sampah yang justru dibuang di dekat tong sampah; sampah yang dibuang sembarangan di waduk;  kritik terhadap mahasiswa yang menggunakan handphone saat berkendara sepeda motor; kegamangan mahasiswa antara idealisme dan skripsi; dan beberapa tema lainnya yang lumayan menggelitik.***

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook