SENI TARI

Pesan dalam Liuk Tubuh

Seni Budaya | Minggu, 20 Agustus 2017 - 13:17 WIB

Pesan dalam Liuk Tubuh
KILAUAN CAHAYA: Gerard Mosterd pria berdarah Belanda-Indonesia dalam tarian Unfolding dengan kilauan cahaya SAAT pesta tari sempena perayaan ulang tahun Provisni Riau, pekan lalu di Taman Budaya.

Seperti halnya karya-karya seni yang lain, kehadiran sebuah tari juga penuh dengan pesan, pesan yang disampaikan melalui liuk tubuh penarinya. Juga pesan yang lahir dari benak koregografernya.

---------------------------------------------------------------------------------

Baca Juga :Didoakan Berpenampilan Lebih Baik saat Umrah

(RIAUPOS.CO) - LAGI. Masyarakat Pekanbaru lagi-lagi dimanjakan dengan pertunjukan tari yang spektakuler. Bukan sembarang tari karena lahir dan tercipta dari benak-benak koregorafer luar biasa. Mereka adalah SPN Iwan Irawan Permadi (Pekanbaru), Gerard Mosterd (Belanda) dan Ery Mefri (Sumbar). Ketiganya tampil di Taman Budaya Riau pekan lalu karena sengaja diundang Pemprov Riau melalui Dinas Kebudayaan dalam memeriahkan HUT Riau.

Iwan Irawan, mengusung tarian dengan pesan lingkungan. Air Janggi, begitu tari itu diberi nama. Air  Janggi adalah sebuah fenomena badan air, yakni sungai, tasik, selat, dan laut yang terus mengalir tanpa henti. Fenomena ini menggetarkan dan menuntut kehati-hatian manusia dalam melangkah menyusuri kedalamannya.

Karya Tari ini diilhami dari ragam gerak tari zapin yang ada di Provinsi Riau seperti gerak  menongkah yang mempunyai arti ketahanan dalam menghadapi gelombang kehidupan,

gerak gelombang pasang yang memiliki arti kesungguhan dalam melakukan pekerjaan, gerak siku keluang dengan arti kepedulian terhadap lingkungan sekitar nya, gerak pecah delapan dengan arti anjuran untuk mempelajari dan mengetahui berbagai ilmu pengetahuan dalam kehidupan, gerak pusing tak jadi dengan arti berpikir dahulu sebelum melakukan sesuatu., gerak pusing belanak dengan arrti menjauhkan diri dari semua marabahaya dan malapetaka serta gerakan-gerakan zapin bagai air yang terus mengalir.

Lain lagi dengan Gerard Mosterd. Ia merupakan seorang koreografer/produser pertunjukan veteran yang berdarah Belanda-lndonesia. Pada mulanya, terlatih di akademi tari dan musik, Gerard tampil di ranah Global sebagai lulusan Royal Conservatory dengan tarian prominen hasil kolaborasi dengan seniman-seniman pertunjukan yang tenar seperti Lindsay Kemp dan Christopher Bruce. Ia telah menampilkan pertunjukkannya secara ekstensif di Asia Tenggara dan menampilkannya dengan seniman-seniman lokal di teater-teater ternama dan festival-festival. Ia telah bekerja dan menjelajah dunia dengan Gumarang Sakti, Miroto dan Farida Oetoyo. Ia juga menciptakan karya dengan Goenawan Mohamad, Sri Qadariatin, Eko Supriyanto, Jamaluddin Latief dan menjadi pemain dalam film Tjokroaminoto yang dibuat oleh sutradara Garin Nugroho. Sejauh ini, Mosterd telah menciptakan 40 karya independen yang orisinil dan mengembangkan tema-tema lintas budaya terutama terkait Asia dan Eropa.

Kali ini Gerard mengusung tarian berjudul Unfolding yakni karya video teater warna-warni yang berdurasi 20 menit sebuah audio-visual abstrak menegangkan tentang pencarian ingatan tubuh Asia-Eropa . Cahaya, suara, video, teater fisik dan animasi melebur’ dalam gaya orisinil dalam pertunjukan ini. Tarian singkat ini pun menarik perhatian penonton yang hadir malam itu.

    Sangketo Hawa adalah tarian berdurasi 40 menit yang dipersembahkan Nan Jombang Company dengan koreografer Ery Mefry. Sangketo Hawa menceritakan tentang gerak yang tak lagi mampu untuk berbicara, kata-kata tak lagi dapat dipercaya untuk bersuara. Mungkin sedikit berharap irama yang lahir dari  bunyi hati dan dibuat oleh gerakan diri terasa akan dapat menyampaikan Kaba. Berharap kegelisahan Hawa bisa terobati walau sudah sejak lama merasa dipakai oleh setiap yang pernah tak dianggap ada.Gerak yang terasa dan kalau tak salah, pernah dianggap bersengketa.

Persembahan tiga tarian sekaligus dengan bentuk dan pesan yang berbeda dan dari berbeda, amatlah mengesankan. Selain sebagai bentuk apresiasi yang diberikan Pemprov Riau kepada seniman khususnya koreografer, persembahan ini juga diharapkan mampu menjadi cermin bagi koreorafer yang lain, menjadi referensi dalam memperkaya karya.

‘’Koreografer ini sengaja kita datangkan, kita undang. Inilah bentuk apresiasi kita kepada seniman tari khususnya. Semoga bermanfaat, bisa menjadi rujukan juga bagi koreografer yang lain di Riau,’’ ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Riau, Yoserizal Zein.(fiz)

Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook