HELAT seni pertunjukan musik nostalgia slow rock Melayu yang ditaja WOY Band bekerjasama dengan Riaupos.co pada malam Ahad (12/3) di Anjung Seni Idrus Tintin menjelma menjadi tempat berhimpun para penggemar dalam sebuah ruang yang kiranya layak disebut sebagai ruang rindu.
Bagaimana tidak? Sepanjang pertunjukan berlangsung, ratusan penonton yang memenuhi tribun pertunjukan dari berbagai usia, berbagai daerah di Riau ini duduk di tempatnya sembari mengikuti bait lagu demi lagu yang dilantunkan penyanayi dengan sebanyak 16 lagu slow rock Melayu era 80-90-an malam itu. Mereka turut bersenandung, bertepuk tangan bahkan ada yang sampai terpekik karena hafalnya lagu-lagu yang dilantunkan tersebut.
Hal itu membuktikan ada rindu yang terobati. Ada celah dan ruang-ruang yang selama ini terabaikan, barangkali saja sebuah kenangan, yang kemudian melalui acara nostalgia slow rock Melayu, kesemuanya dapat terobati, dapat bernostalgia bersama-sama.
Sejatinya acara yang digelar malam itu memanglah menawarkan tontonan kepada pengunjung untuk bernostalgia, mengingat momen, mengokah kenangan dari lagu-lagu yang pernah popular di eranya, lagu-lagu slow rock itu dulunya sangat dekat di hati masyarakat di kawasan ASEAN
Manajer WOY Band, Eriyanto Hadi didampingi promotor acara, Raja Isyam Azwar, mengatakan, dari semula dirancang acara ini untuk masyarakat penggemar lagu-lagu slow rock Melayu. Dalam kemasan acara yang disusun dan dirancang jauh hari sebelumnya berpijak pada konsep seni pertunjukan yang tidak semata-mata konser band tetapi adalah seni pertunjukan.
“Kami menyediakan ruang bernostalgia bagi penonton lewat tembang lagu dan juga teater komedi serta hal-hal lain yang mendukung guna memanjakan penonton untuk bernostalgia,” ujar Eriyanto yang diaminkan juga oleh Raja Isyam Azwar.
Tak heran, jika sepanjang pertunjukan, pengunjung tidak hanya menikmati tembang lagu yang dibawa oleh WOY Band tetapi juga penonton terpingkal-pingkal ketawa menyaksikan teater komedi yang diperankan oleh Ridwan Matan, Asma Aini (mahasiswa FIB Unilak) dan Fera (Alumni AKMR).
Lebih jauh dijelaskan Redaktur Senior Riau Pos itu, dulu, semasa era 80-an dan 90-an, lagu-lagu slow rock dengan kekuatan bahasa Melayu sempat menguasai kancah musik tanah air dan negeri jiran Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Di kawasan ini, terutama di kawasan Riau Pesisir dan kepulauan, musik-musik ini sangat digemari. Di mana-mana simpang, di pepak-pepak warung, di tiap-tiap rumah, anak muda ketika itu duduk memeting gitar sembari menyanyikan lagu-lagu slow rock itu atau mereka minimal menikmati alunan lagu yang dipopulerkan oleh kelompok band dari negeri jiran tersebut.