DARI PERINGATAN WORLD DANCE DAY 2019

Tanda dan Jejak Batin

Seni Budaya | Minggu, 19 Mei 2019 - 10:16 WIB

Tanda dan Jejak Batin

Koreografer, penari, dan sesepuh Pusat Latihan Tari (PLT) Laksemana SPN Iwan Irawan Permadi mengilustrasikan bahwa tari merupakan tanda dan jejak bathin masyarakat, yang dituangkan dalam bentuk yang sangat pribadi. Pernyataan itu kerap dilontarkan tokoh tari Riau satu ini dalam berbagai kesempatan.
 
(RIAUPOS.CO) -- TARI, sebagai ekspresi kreatif acapkali mencerminkan situasi masyarakat sekitarnya. Pencarian bahasa baru dalam gerak pada dasarnya merupakan pencarian dari masyarakat akan perubahan. Kerinduan pada sesuatu yang baru, dan keperluan untuk merespon persoalan-persoalan.

Masyarakat tari saat ini mempunyai rasa peduli dan cinta terhadap dunianya, dalam hal ini tanggung jawab pada keberlangsungan kehidupan seni tari itu sendiri.


Pada peringatan tari se-dunia 2019 lalu, Iwan Irawan menyatakan,  peringtan Hari Tari Dunia di Pekanbaru ini sebagai ajang berkumpulnya para seniman tari unuk menumbuhkembangkan potensi budaya yang ada. Para seniman tari menunjukan keunggulannya di bidang tari, kreativitas, pencarian/proses penciptaan karya karya tari baru untuk memperkaya khasanah tari di Riau dan untuk Indonesia.

Seniman tari memerlukan komitmen, kesetiaan pada bidangnya, kreativitas, pengelolaan yang tangguh, loyalitas, dan tidak gampang menyerah dalam melakukan setiap penciptaan karya tarinya.

Selain penciptaan karya tari baru peringatan Hari Tari Dunia ini juga untuk menumbuhkan kebersamaan, menjalin kesetaraan, toleransi, membuka komunikasi, silahturahmi para seniman tari, dan yang terpenting membentuk sebuah jaringan berkesenian yang positif. Karena kesenian tidak dipertahankan, tapi diperjuangkan.

Pada 29 April ini dunia merayakan Hari Tari Internasional, atau Hari Tari Sedunia. Perayaan ini dipromosikan oleh Dewan Tari Internasional (the International Dance Council/CID), sebuah lembaga nonprofit yang memayungi berbagai bentuk tari di seluruh dunia. Lembaga ini berdiri pada 1973, berada dalam naungan Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan UNESCO, dan bermarkas di Paris, Prancis.

Hari Tari Sedunia diperingati setiap tanggal 29 April. Tanggal ini dipilih untuk mengenang kelahiran Jean-Georges Noverre (1727-1810), seorang pencipta tari balet modern berkebangsaan Prancis. Noverre dikenal dengan karya fenomenalnya berjudul 'Lettres sur la danse et les ballets' yang diterbitkan pada 1760 dalam usia 33 tahun.

Peringatan ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran bersama tentang pentingnya tari bagi masyarakat. Dan yang terpenting dengan adanya Peringatan Hari Tari ini bisa memacu lebih banyak munculnya karya  karya tari baru yang berkualitas tanpa melepaskan atau memisahkan diri dari ruh, elemen, dan nafas tradisi.

Perkembangan seni tari saat ini telah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan yang diwarnai aneka ragam pergeseran serta perubahan para seniman tari terus berproses dan bergulat dengan penciptaan karyanya, yang umumnya menawarkan inovasi baru.

Pengembangan seni tari yang berorientasi pada nilai  nilai tradisi merupakan indikasi bahwa seni tradisi tidak mengalami stagnasi. Pelestarian yang dilakukan adalah wujud kebanggaan dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Semangat yang boleh jadi akan tetap mengarah pada pengaktualisasian nuansa tradisi, hingga kearah kebebasan berekspresi sebagai tolak ukur kekuatan kreatifitas individu.

Sebagai seniman tari ia tidak melihat tradisi dan modernisasi, sebagai dua hal terpisah. Baginya tugas seorang seniman tari adalah memodernisasi tradisi melalui proses kreatif, bukan meniru, meminjam, mencangkok, atau menjadi bayang  bayang seni budaya bangsa lain. Seorang seniman tari harus rajin melakukan ziarah bathin guna mencermati diri sendiri, agar memungkinkan tradisi mengalir bebas dalam kehidupan kita.

Dengan adanya Peringatan Hari Tari Internasional ini seniman tari dituntut untuk terus mengolah kreatifitas, mempertajam kepekaannya, memperdalam renungan, pemikiran dan wawasan.

Biarlah tubuh menjelma atau menjadi apapun yang diinginkannya. Biarlah tubuh bergejolak untuk menikmati perasaan dan emosi. Semua adalah keniscayaan yang membuka segala kemungkinan, bagi proses kontruksi, rekontruksi maupun dekontruksi tubuh.

Biarkan tubuh itu bergerak dengan bebas dan mengalir diantara peradaban empat sungai besar di Riau.

SELAMAT HARI TARI
SELAMAT BERGERAK
MENARILAH DENGAN HATI.
***

 

Laporan Fedli Azis, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook