TEMBOK SUNYI YANG TAK PERNAH MATI

Malam Ini Taman Madah Poedjangga Diresmikan

Seni Budaya | Sabtu, 17 Oktober 2015 - 10:25 WIB

Malam Ini Taman Madah Poedjangga Diresmikan
TAMAN PUISI: Dua pekerja memasang batu marmer bertuliskan puisi para penyair di Taman Puisi Madah Poedjangga di kompleks Graha Pena Riau, Jumat (16/10/2015). Malam ini, Taman Madah Poedjangga akan diresmikan.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bukan tembok biasa. Berwarna. Batu di atas batu. Batu marmer komposit merah, putih dan biru menempel di atas liuk lekuk batu mural. Di atasnya, terpatri penggalan beribu kata. Sungguh, batu sunyi tapi tak pernah mati.

Tidak terlalu besar. Panjangnya hanya 17 meter dan tinggi sekitar 4 meter. Terletak di salah satu sudut antara bangunan Riau Televisi (Rtv)  dan Graha Pena Riau di Jalan Soebrantas, Pekanbaru. Seperti tersembunyi. Tidak terlihat dari jalan besar. Tapi, ini bukan tembok biasa. Apalagi di atasnya tertulis Madah Poedjangga. Di sanalah 28 prasasti menempel tidak beraturan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ribuan kata (madah) terpatri di atas batu prasasti tersebut. Itulah penggalan kata puisi karya

para pujangga (penyair) Riau dari masa ke masa. Bukan hanya penyair yang masih muda, tapi juga mereka yang telah tiada. Tanaman-tanaman kecil yang tumbuh di antara batu-batu dan kilau cahaya lampu di atasnya, membuat tembok ini semakin hidup. Hamparan kecil rumput hijau dan derai air yang mengalir di salah satunya, juga membuat sudut berupa taman ini terus bernyanyi.

Penggalan puisi karya Soetardji Calzoum Bachri di atas batu berwarna putih kekuningan mengisi ruang kosong di bagian kanan atas tembok ini. Sepenggal kata, membuat siapa saja yang mendekat untuk membacanya. Begitu juga dengan batu-batu yang lain. Di sanalah penggalan puisi penyair lainnya terpatri. Selain Soetardji, ada Herlela Ningsih, Ramon Damora, Hafney Maulana, Fakhrunnas MA Jabbar, Sobirin Zaini, Ibrahim Sattah (alm), Jefry Almalay, Marhalim Zaini, Kunni Masrohanti, Hasmiruddin Lahatin Aisyah, Asrizal Nur, A Aris Abeba, Husnu Abadi, Hang Kafrawi, Kazzaini Ks, Temul Amsal, Tien Marni, Taufik Efendi Aria, Eddy Ahmad RM, Armawi KH, Syafruddin Saleh Sai Gergaji, Edi Ruslan Pe Amanriza (alm), Yoserizal Zein, Idrus Tintin (alm), Taufik Ikram Jamil dan Murparsaulian.

Orang-orang mengungkap bahagia dan lukanya dengan cara yang berbeda. Begitu juga dengan para pujangga. Kata adalah modal bagi mereka. Modal untuk beraksi dan modal untuk mengkritisi. Tak heran jika mantan Presiden Amerika Serikat (AS), John F Kennedy pernah berkata, ‘’Jika politik bengkok, puisi akan meluruskan.’’

Ada mimpi di dalam tembok puisi itu. Juga ada apresiasi yang tak tersembunyi. 28 penyair yang terpatri namanya di batu-batu itu sudah pasti orang pilihan dari mereka yang belum terpilih. Satu keinginan; mereka dikenang dengan karya-karyanya dan terus berkarya hingga akhir hayatnya.

‘’Masih ada pujangga lain selain 28 pujangga yang kami prasastikan nama dan karyanya dalam taman Madah Poedjangga ini. Ini baru awal. Saya berjanji, selagi saya ada, saya akan menambah nama dalam prasasti itu setiap tahunnya,’’ ungkap penggagas Taman Madah Poedjangga, Rida K Liamsi.

Jumlah pujangga sebanyak 28 orang itu juga disesuaikan dengan momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober. Disandingkan pula dengan bulan bahasa yang jatuh pada bulan ini. Di dalam sumpah pemuda itu juga termaktub, bahasa satu bahasa Indonesia. Pada bulan ini jugalah Riau menyumbangkan bahasanya sebagai bahasa Indonesia.

Lahirnya taman Madah Poedjangga bukan bermula dari sebuah keinginan yang tiba-tiba. Gagasan itu sudah mengendap di benak Chairman Riau Pos Group ini sejak lima tahun silam. Tepatnya saat Rida melakukan perjalanan di salah satu kota di Eropa. Gairah bersastra penuh warna di Kompleks kebudayaan bernama Men Hai Temple, menyentak-nyentak di ingatannya. Lalu, dibawa pulang dan lahirnya Madah Poedjangga yang sudah lama diimpikan.

Seperti di sudut-sudut Men Hai Temple yang dipenuhi dengan aktivitas seni, sastra dan budaya, Madah Poedjangga juga akan begitu. Tempat ini akan menjadi kafe. Kafe itu bernama Kafe Puisi Madah Poedjangga. Setiap Sabtu malam, kegiatan sastra akan meramaikan taman ini. Di sinilah sastra dan budaya Riau didiskusikan. Di sini jugalah puisi dibacakan dan musik dimainkan. Bahkan di kawasan taman inilah bermacam-macam buku puisi bisa didapatkan, tepatnya di toko buku puisi.

‘’Siapa saja boleh memanfaatkan taman Madah Poedjangga ini. Makanya kawasan ini dikelola Yayasan Sagang dan juga Rtv. Kegiatan yang dilaksanakan akan disiarkan di Rtv melalui program Malam Madah Poedjangga. Sebuah program apresiasi untuk sastra dan budaya Riau. Bentuknya seperti kafe. Ada diskusi, ada makanan, ada hiburan dan ada toko buku puisi. Buku-buku puisi bisa dibeli di sini. Sifatnya santai karena ini taman. Seperti di Men Hai Temple Korea itu. Taman dan tembok puisinya tak pernah sunyi, tak pernah mati. Madah Poedjangga juga harus begitu,’’ jelas Rida yang juga pendiri dan pembina Yayasan Sagang ini.

Keterbatasan yang membuat Taman Madah Poedjangga tersebut baru bisa terwujud saat ini. Salah satunya keterbatasan tempat. Rida mengaku sengaja menyediakan lapangaan terbuka di antara Graha Pena Riau dan Rtv untuk membangun taman ini. Alasannya, taman ini juga bisa disebut plaza. Rida sendiri tidak tahu pasti perkembangan taman ini nantinya. Hal yang pasti baginya, taman dengan tembok puisi ini dibangun sebagai apresiasi bagi para pujangga Riau yang harus terus berkembang dan lebih baik.

Diresmikan

Malam ini, Taman Madah Poedjangga akan diresmikan. Seluruh penyair Riau diundang, terlebih mereka yang namanya terpatri di tembok puisi. Presiden penyair Indonesia Soaterdji Calzoum Bachri asal Riau juga akan datang dari Jakarta bersama penyair asal Riau yang sudah menetap di luar Riau. Dipastikan 100 tamu undangan akan memenuhi kawasan taman ini.

Selain peresmian, malam ini juga akan digelar diskusi sastra bersama Soetardji dan penyair Riau lainnya. Dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh para penyair, tari puisi dan musikalisasi oleh mahasiswa Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) serta masih banyak lainnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook