Tiga siswi SMAN 1 Sungai Apit, Kabupaten Siak, telah menerbitkan novelnya. Sebuah nyala api literasi yang diharapkan terus dihidupkan meski berada jauh dari perkotaan.
RIAUPOS.CO - DUNIA penulisan novel di kalangan remaja atau siswa di Indonesia belakangan ini berkembang dengan pesat. Banyaknya aplikasi novel dan grup-grup menulis daring di media sosial, menjadi salah satu yang mendorong perkembangan tersebut. Aplikasi seperti Wattpad adalah salah satu yang paling banyak melahirkan novelis remaja. Meski tak berhonor, namun pembaca aplikasi ini sangat banyak. Yang menarik, banyak remaja memposting karyanya di aplikasi ini tiba-tiba menjadi terkenal karena karyanya dibaca jutaan orang. Juga banyak dari karya itu yang akhirnya diangkat ke layar film yang membuat penulisnya mendapatkan honor yang lumayan fantastis.
Salah satunya adalah Erisca Febriani. Gadis asang Lampung itu menulis novel Dear Nathan saat SMA. Novel itu mendapat sambutan luar biasa di Wattpad dan akhirnya difilmkan yang dibintangi Jeffri Nichol dan Amanda Rawles. Setelah itu dia menulis beberapa novel lagi yang merupakan skuel Dear Nathan, seperti Hello Salma, Thank You Salma, Kisah untuk Geri, dll. Sukses Erisca dan remaja lainnya membuat banyak remaja yang tertarik menulis novel untuk aplikasi. Tidak hanya Wattpad, aplikasi lain seperti Kwikku, Novelme, NovelToon, Storial, NovelPlus, Cabaca, Innovel, GoodNovel, WebNovel, NovelPlus dan lainnya juga kebanjiran penulis, dan tentu juga pembaca. Beberapa aplikasi tersebut ada yang gratis alias tak memberi honor penulisnya, tetapi banyak yang memberi peluang pengarangnya bisa memperoleh pendapatan yang lumayan besar.
Yang menarik, para penulis novel remaja tersebut tidak hanya mereka yang tinggal di kota besar atau ibu kota provinsi dan kabupaten. Banyak dari mereka yang tinggal di kecamatan, atau bahkan desa. Salah satunya di Sungai Apit, Kabupaten Siak. Di SMAN 1 Sungai Apit, ada tiga siswinya yang saat ini sudah menerbitkan novel. Mereka adalah Sri Mulyani (Euphoria), Putri Hidayatur Rizki (Syerra’s Life Story), dan Hafara Nurisra (The Greatest Lover). Ketiganya memiliki pengalaman masing-masing hingga akhirnya bisa menulis dan menerbitkan novel perdana mereka. Namun, dukungan sekolah yang sangat besar membuat mimpi mereka menerbitkan novel menjadi kenyataan.
Sri Mulyani (kanan) dan Putri Putri Hidayatur Rizki foto bersama dengan novel masing-masing di SMAN 1 Sungai Apit, Siak, belum lama ini. (HARY B KORIUN/RIAU POS)
***
PERKEMBANGAN teknologi informasi yang semakin maju membuat Sri Mulyani merasa sangat terbantu dalam mengembangkan bakatnya. Sekat antara kota dan desa yang di masa lalu begitu jauh, kini tak ada lagi. Internet telah membuat semua orang bisa berkreasi dalam bidang yang diinginkan, termasuk dalam penulisan fiksi novel ini.
Sri Mulyani bercerita, awalnya sejak dari SD ia sangat senang membaca buku-buku cerita dongeng atau legenda Indonesia dan juga cerita fabel. Setelah menginjak masa MTs, ia mulai mengenal apa itu aplikasi Wattpad. Ia mengaku, dari sana dia mengenal novel dan mulai membaca cerita novel dari aplikasi itu. Dia juga senang karena di sekolah saya menemukan beberapa novel dan membacanya hingga selesai. Menurutnya, membaca novel-novel itu merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Semenjak itu gadis 17 tahun ini membaca novel atau cerita dari genre apa pun kecuali horor yang memang tidak disukainya.
Hingga kini sudah banyak novel yang dibacanya. Antara lain Bumi (Tere Liye), Thanks You Salma (Erisca Febriani), Ranah 3 Warna (Ahmad Fuadi), Big Brother Complex (Primadonna Angela), Moonlight Waltz (Fenny Wong), Galaxy (Poppy Pertiwi), Love in Blue City (Irene Dyah), My Boy is a Hacker (Black Shadow), dll. Semenjak ia menyukai novel, Mulyani sudah tertarik ingin menulis novel. Dia pernah pernah menulis di Wattpad tetapi tidak dipublikasikan, dan juga membuat beberapa cerpen untuk konsumsi pribadi dan belum terpikir untuk membukukannya.
Awal mula dia belajar menulis novel saat bergabung dengan sebuah komunitas menulis yang dijumpai di Facebook. Komunitas itu juga merupakan komunitas yang baru dibangun. Dari komunitas itu para anggotanya saling belajar. Komunitas itu akhirnya bekerja sama dengan penerbit untuk membuat iven nulis novel bersama. Para anggotanya dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk membuat novel dengan genre bebas dalam waktu 3 bulan. Awalnya, kata mantan Ketua OSIS SMAN 1 Sungai Apit ini, banyak rintangan yang dihadapi, seperti dalam penyatuan ide cerita, membuat outline, dan menulis cerita tersebut hingga selesai karena memang itu adalah komunitas menulis online di mana anggota komunitas itu merupakan orang-orang dari seluruh bagian Indonesia.
Kepala SMAN 1 Sungai Apit, Masdar SPd MM (kanan) saat bersama koleganya dalam sebuah acara di Pekanbaru, beberapa waktu lalu. Masdar selalu mendukung kegiatan positif para siswanya.. (ISTIMEWA)
“Namun, hasil dari kerja sama yang baik dan konsisten dalam menyelesaikan novel tersebut maka terciptalah sebuah novel berjudul My Boy is a Hacker dengan nama kelompok kami yaitu Black Shadow,” jelas Sri Mulyani kepada Riau Pos, Kamis (19/11/2022).
Kemudian pada tahun 2020-2021 saat pandemi Covid-19 mengharuskan pelajar dan mahasiswa belajar di rumah, dia diajak oleh guru MTs 2 Siak, Robiatul Adawiyah --guru bahasa Indonesia yang sangat mencintai sastra-- untuk ikut menjadi anggota komunitas menulis bernama KMO Indonesia. Di komunitas itu ia dan teman-teman lainnya diberi materi kepenulisan beragam, termasuk tentang ejaan, cara memasarkan buku secara mandiri dan masih banyak lagi materi menarik lainnya. Sri Mulyani mengaku dua komunitas yang diikutinya sangat bermanfaat bagi proses belajarnya.
Proses itu yang membuatnya akhirnya menyelesaikan novel tunggalnya, Euphoria. Secara garis besar, novel ini merupakan cerita anak sekolah atau remaja dengan berbagai permasalahan keluarga, pertemanan, dan percintaan. Di novel ini ia juga banyak menyelipkan peran seorang single parent dan belajar ilmu parenting dalam perkembangan anaknya menuju masa remaja. Seorang ibu yang berjuang sendiri membesarkan dan menafkahi keluarga dan juga menjunjung tinggi derajat hidupnya dalam masalah keluarga, serta keputusan yang ia ambil sebagai seorang single parent.
“Novel ini sebenarnya mengandung plot twist yang saya tidak mau dan tidak akan pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun sebelum ia membacanya sendiri. Dan plot twist ini adalah rahasia dari novel ini yang secara tak langsung saya jaga,” ujarnya tentang novel yang dia selesaikan selama 40 hari tersebut.
Sri Mulyani bersyukur, Kepala Sekolah SMAN 1 Sungai Apit sangat mendukung dirinya dalam proses penerbitan novel ini dengan memberikan bantuan biaya secara keseluruhan sehingga ia tidak terbebani biaya dalam penerbitan novel ini. Semua guru di sekolahnya juga memberikan afirmasi positif kepada dirinya.
Siswa-siswi yang tergabung dalam Komunitas Literasi Ukiran Aksara foto bersama para guru pendamping dan instruktur pelatihan menulis di SMAN 1 Sungai Apit, Kabupaten Siak, baru-baru ini. (SMAN 1 SUNGAI APIT UNTUK RIAU POS)
“Saya sangat ingin serius dalam bidang penulisan novel, karena saya merasa masih banyak kurang dalam ilmu kepenulisan. Saya ingin belajar lebih giat lagi tentang ilmu kepenulisan dan banyak membaca buku nonfiksi maupun fiksi yang lebih bersifat tidak karya sastra populer,” ungkap anak kedua dari dua bersaudara ini.
Selain dukungan dari sekolah, Sri Mulyani juga mendapat dukungan penuh dari keluarganya dalam mengembangkan bakatnya dalam penulisan fiksi ini. Sang ayah, Tarsono Renggo, mengaku bangga dengan apa yang sudah dilakukan oleh sang anak. Dia berharap bisa terus mendukung kegiatan positif ini.
“Sebagai orang tua, yang bisa saya lakukan adalah mendukung, mendorong, dan memberi kebebasan kepadanya untuk terus berkreasi di bidang yang dia cintai itu,” jelas Tarsono yang juga pegiat lingkungan ini kepada Riau Pos, belum lama ini.
Hampir sama dengan Sri Mulyani, Putri Hidayatur Rizki, yang telah menerbitkan novel Syerra’s Life Story, mengaku mulai menyukai membaca novel sejak duduk bangku SMP. Novel pertama yang ia baca itu dari Tere Liye, Si Anak Cahaya. Dari situ, rasa suka dan minatnya membaca novel semakin bertambah. Terlebih lagi dia mengenal cerita-cerita yang terdapat di aplikasi Wattpad. Putri juga banyak membaca novel dari pengarang muda Indonesia, baik di Wattpad maupun dalam bentuk buku. Tak hanya novel, ia juga senang membaca kumpulan cerpen dari berbagai pengarang dunia.
“Rasa ketertarikan saya menulis novel itu semenjak saya duduk di bangku SMA. Itu terjadi ketika saya mengikuti komonitas menulis nasional,” jelas Putri.
Dijelaskannya lagi, belajar cara membuat naskah novel, cerpen, dan lain-lain berasal dari komonitas menulis yang ia ikuti kurang lebih dua tahun yang lalu. Dari situ ia mendapatkan bimbingan secara online hingga ia dapat menerbitkan novel pertamanya, yakni Syerra’s Life Story yang menceritakan tentang kisah hidup seorang gadis bernama Syerra dengan segala suka-dukanya. Dia menyelesaikan novel tersebut selama dua bulan, sudah termasuk revisi dan self editing.
Putri mengucapkan terima kasih atas dukungan pihak sekolah yang membiayai penerbitan novelnya. Karena dengan dukungan yang kuat dari kepala sekolah dan guru-gurunya, ia bisa berada hingga ke titik ini. Menurutnya, pihak sekolah selalu memberikan dukungan dan apresiasi terhadap kami yang gemar menulis.
“Saya ingin mengembangkan bakat dan minat saya dalam dunia sastra, karena walaupun saya sudah berhasil menerbitkan satu buku tunggal, menurut saya masih banyak kurangnya. Saya terus dan terus berusaha agar terus bisa berkembang dapat menjadi penulis dengan kualitas baik di masa datang,” jelas gadis 18 tahun tersebut.
***
KEPALA SMAN 1 Sungai Apit, Masdar SPd MM, mengaku bangga dengan karya-karya yang sudah dilahirkan para siswanya dalam bidang literasi dan bidang lainnya. Menurutnya, karya-karya itu adalah momentum yang baik dan harus menjadi contoh siswa lainnya agar ikut berkarya dan berprestasi. Sebagai kepala sekolah, dia akan terus mendorong dan mendukung kegiatan apa pun yang dibuat siswanya asal itu positif.
Masdar menjelaskan, pada awalnya dia dan tim literasi sekolah mendata siswa-siswi yang mempunyai bakat untuk menulis novel, cerpen, dan puisi. Setelah mereka terdata dengan baik pihaknya menyampaikan bahwa mereka akan dibuatkan satu program workshop menulis.
Setelah mereka serius ingin mengikuti workshop tersebut kami menghubungi narasumber untuk berpartisipasi pada workshop penulisan novel, puisi, cerpen. Pada tahun 2021 dicanangkan tahun literasi di SMAN 1 Sungai Apit.
“Dalam setiap kesempatan memberikan sambutan dan kegiatan siswa saya selalu menyampaikan pentingnya menulis. Karena dengan menulis mereka mengenal dunia dan dunia mengenal mereka. Memberikan motivasi kepada siswa-siswi secara terus-menerus adalah suatu keharusan agar mereka termotivasi dalam menulis,” jelas Masdar, Rabu (9/11).
Secara pribadi maupun sebagai kepala sekolah, Masdar sangat senang melihat para siswa bisa menulis dan karya mereka dibukukan. Dia ingin itu menjadi motivasi bagi siswa-siswi yang lain. Semua itu, katanya, tidak terlepas dari dukungan dana sekolah, yakni BOSnas, kerja keras tim literasi sekolah, dan pemateri pada workshop tersebut, karena pemateri telah menunjukkan kemampuannya dalam membimbing siswa-siswi sehingga bisa menulis novel .
Lebih lanjut Masdar menjelaskan, belajar literasi bagi siswa sangat penting karena dengan menulis mereka harus membaca. Dengan membaca mereka memiliki wawasan berpikir yang mumpuni. Menurutnya, hal itu didukung oleh beberapa pendapat atau teori bahwa setiap manusia memiliki talenta sesuai dengan bakat dan minat. Dalam hal ini, kata dia, sekolah harus jeli melihat bakat dan minat siswa siswi tersebut. Di sekolahnya, ada psikotes untuk mengetahui bakat dan minat mereka pada awal mereka menginjakkan kaki di sekolah. Psikotes ini sangat penting untuk memetakan bakat dan minat siswa-siswi. Dengan demikian pihak sekolah tidak terlalu sulit untuk mencari bakat dan minat mereka karena data dari tim psikolog digunakan untuk mengawali pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Di SMAN 1 Sungai Apit, kegiatan literasi di sekolah didukung oleh sarana dan prasarana, seperti perpustakaan digital yang membuat siswa-siswi bisa dengan tenang dan nyaman. Kemudian juga dibuat pojok baca di setiap kelas serta di setiap sudut atau ruang yang kosong di sekolah. Dengan perpustakaan digital siswa-siswi bisa mengakses buku-buku digital secara mudah.
“Sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan literasi kami persiapkan jauh-jauh hari. Alhamdulillah, pada tahun 2021 sekolah kami ditunjuk sebagai Sekolah Penggerak Nasional. Sejak itu pula kami bertekad untuk berbuat yang terbaik untuk para siswa dan sekolah kami,” jelas Masdar lagi.
Masdar selalu menjelaskan kepada siswanya agar terus belajar. Dalam dua tahun terakhir ini pihaknya membangun sarana dan prasarana untuk kegiatan literasi tersebut. Dia selalu memberikan pemahaman bahwa sekolahnya berada di pelosok desa yang tidak terkenal. Hanya dengan prestasi, kata Masdar kepada para siswanya, sekolah akan dikenal orang. Termasuk dalam bidang literasi seperti menulis cerpen, novel, dan puisi ini.
“Saya selalu sampaikan, walaupun kami berada di desa, tapi kemampuan harus kemampuan kota. Caranya bagaimana? Menulis. Dan sekolah akan memfasilitasi kegiatan tersebut. Workshop menulis cerpen dan novel yang kami canangkan dua tahun terakhir terasa sekali manfaatnya. Mereka merasa terbimbing dengan baik sehingga mereka berani membukukan karya mereka. Mereka juga mendirikan komunitas literasi, yakni Literasi Ukiran Aksara. Nyala api literasi ini harus terus dihidupkan,” jelas Masdar mengakhiri.
Salah seorang guru yang juga pembimbing literasi di SMAN 1 Sungai Apit, Marlina SPd, juga bangga dengan karya-karya yang dihasilkan siswanya. Sebagai guru Bahasa Indonesia, katanya, dia terus memberikan motivasi kepada siswa-siswi untuk menumbuhkan minat menulis sedini mungkin. Dia terus mengajak siswa-siswi dengan cara mengaplikasikan kehidupan sehari-hari dalam dunia fiksi, baik cerpen maupun novel.
Untuk meningkatkan kompetensi menulis diri siswa, pihaknya mengadakan program salah perlombaan penulisan karya fiksi (cerpen, novel, dan puisi ), dan mengikutsertakan para siswa dalam lomba kreatif penulisan fiksi di ajang kabupaten, provinsi maupun nasional. Juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam penulisan fiksi. Selain itu juga memberikan bimbingan pelatihan menulis fiksi secara bertahap setiap pekan dengan mendatang narasumber yang berkompeten.
“Saya bangga karena memiliki siswa yang berprestasi dan berkompeten dalam menulis dengan menghasilkan sebuah karya. Menurut saya, menulis novel itu tidak gampang, dan ketika ada siswa yang bisa melakukannya, itu sebuah prestasi besar,” kata alumni FKIP Bahasa Indonesia Unri ini.
Menurutnya, belajar literasi itu penting bagi siswa karena bisa menumbuhkan sikap budi pekerti luhur kepada siswa-siswi melalui bahasa; meningkatkan ilmu pengetahuan serta wawasan membaca dan menulis siswa; memotivasi rasa ingin tahu siswa dan memicu mereka untuk berpikir kritis; dan meningkatkan kreativitas siswa dalam menciptakan dan menghasilkan sebuah karya.
Marlina berharap seluruh siswa di sekolahnya aktif di bidang yang ditekuni masing-masing. Bagi siswa yang sudah menghasilkan karya literasi seperti novel ini, di ingin mereka terus belajar lebih baik lagi di masa depan dan menghasilkan karya tanpa berhenti.
“Bagi yang belum selesai karyanya, saya berharap mereka terpacu dengan karya teman-temannya yang sudah selesai,” jelas wanita kelahiran Tanjungbatu, Kepulauan Riau ini.***
Laporan HARY B KORIUN, Siak