Ekosistem musik Indonesia menunjukkan perkembangannya. Baik di level nasional, lokal, bahkan di ceruk-ceruk kampung. Karenanya, para musisi berkumpul dan mencetuskan Konferensi Musik Indonesia, 9 Maret 2018 lalu, di Kota Ambon.
----------------------------------------------
(RIAUPOS.CO) - MERESPON itu, Begawai Institute bergotong-royong untuk sebuah perhelatan yang diberi label Begawai Musik 3, Rabu (3/4) di Laman Bujang Mat Syam, komplek Bandar Serai (purna MTQ) Kota Pekanbaru. Tak tanggung-tanggung, helat yang digelar secara swadaya itu melibatkan komunitas musik dari semua genre.
Tak bisa dipungkiri lagi, kawasan itu pun menjadi wadah berkumpulnya masyarakat, terutama para musisi dan seniman lainnya. Musik menyatukan mereka dan Begawai Musik 3 memberi warna cerah di atas kanvas musik Riau, juga Indonesia. Gambaran itu begitu mengharubiru karena pelaksanaannya nyaris tanpa dana memadai, layaknya sebuah perhelatan besar.
Sinergi musisi, komunitas audio (tata suara), dan lighting (tata cahaya) serta pihak yang pendukung penciptaan karya musik menjadi spirit utama lahirnya gagasan helat itu. Masing-masing pihak saling bahu-membahu, mengerjakan tugas sesuai keahlian, dan membiayainya sendiri. Tak ada istilah, “Kopral atau Jendral” membuat gotong-royong itu terasa akrab dan bersemangat. Barangkali, inilah contoh dari istilah, “Ada niat, pasti ada jalan”.
“Begawai Musik 3 ini memang sudah direncanakan secara matang, meski tanpa support dana. Ini bukti, jika kita mau dan kompak semua bisa diwujudkan,” ungkap Benie Riaw.
Pencipta lagu, dan dedengkot grup musik Aku Riau Jr dan D’Sakai itu menambahkan, siapa saja yang punya potensi, mau dan mampu berkontribusi untuk helat yang bersempena dengan Hari Musik Nasional ini. “Salut buat rekan-rekan yang siap bertungkuslumus mewujudkan acara ini,” katanya meyakinkan.
Merespon Isu
Aristofani Yang dipercaya sebagai ketua panitia Begawai Musik 3 menyebutkan, bahwa kerja keras dari hasil persiapan yang lumayan lama menjadi kunci utama helat ini. Selain berazam memperkenalkan geliat bermusik di Riau kepada masyarakat, helat ini juga dijadikan sebagai pengawal Konferensi Musik Indonesia yang dicetuskan Gland Fredly dan kawan-kawan, Maret 2018 di Ambon.
Ada 12 butir kesepakatan yang mereka hasilkan pada konferensi tersebut. Seluruhnya, berupaya untuk lebih mengekalkan seni musik sebagai seni yang perlu dan penting bagi kehidupan, serta pergaulan di Indonesia, dan dunia. Selain itu, tentulah mengharapkan sinergi pemangku kebijakan, pemerintah, juga pihak-pihak yang berkompeten untuk menjadikan musik sebagai warisan utama.
Dalam kesepakatan itu juga dicantumkan untuk membangkitkan musik etnik yang berangkat dari kekayaan lokalitas. Selain kesejahteraan musisi, serta standardisasi nilai pemusik dan karyanya secara nasional. Palingtidak, Riau menjadi satu dari secuil pihak yang langsung merespon positif keinginan besar Gland Fredly dan kawan-kawan tersebut.
“Ya, kita merespon dan langsung mengawal hasil konferensi itu agar tidak hilang begitu saja. Kita harus berkontribusi karena di Riau, aktivitas bermusik kian semarak,” tambah Itok, sapaan Aristofani.
Kali ini, kata Itok, Begawai Musik mendapat respon yang menarik dari Pekanbaru Audio Community (PAC) yang diketuai Fatah P’Sound. Mereka memfasilitasi keperluan konser musik dari sisi sound system. Untuk lighting mendapat support AH lighting dan Dinas Kebudayaan.
Helat kali ini merupakan wujud ekosistem bermusik yang sangat luas. Selain PAC, pemerintah terkait, seperti Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan juga turut andil dalam acara ini.
“Begawai Institute tetap berusaha mempertahankan spirit gotong-royong dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan Begawai Musik akan menjadi festival yang serius dengan menerapkan kaidah penyelenggaan yang profesional,” ulasnya.
Bersempena Hari Musik Nasional 2018, Begawai Institute juga menggelar kegiatan lain seperti klinik drum bersama Yayan Geliga, klinik vokal oleh Siska Mamiri, klinik guitar oleh Eri Bob, nonton film sejarah musik abad 20 oleh Pertemuan Musik, workshop audio system bersama PAC, hingga diskusi buku.
Kasubdit Seni Pertunjukan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Edi Irawan bersedia hadir dan menjadi saksi atas peristiwa tersebut. Bahkan dalam sambutannya, Edi mengatakan, apa yang dilakukan para musisi dan pihak-pihak yang mendukung acara tersebut sebagai upaya luar biasa.
“Saya dengar juga bahwa kawan-kawan melaksanakan ini tanpa dana sama sekali. Wah, saya kita musisi di Riau itu luar biasa. Ini juga sebagai contoh, bahwa musik bisa mempersatukan kita,” katanya.
Dijelaskannya, sebagai fasilitator, Kemendikbud memang akan memberi support kepada semua pihak yang serius memajukan seni Indonesia. Bahkan tahun ini juga, pihaknya akan melakukan upaya untuk mengakomodir butir-butir kesepakatan Konferensi Musik Indonesia l di Ambon. “Mari bersama-sama membangun Indonesia dengan keahlian masing-masing,” pintanya.***
Laporan FEDLI AZIS, Pekanbaru