MADAH POEJANGGA

Menjaga Sebuah Komitmen

Seni Budaya | Minggu, 06 Desember 2015 - 09:37 WIB

Menjaga Sebuah Komitmen
MUSIKALISASI : Musikalisasi yang dibawakan oleh siswa-siswa SMU N 8 saat acara Madah Poedjangga, di lantai 1 Graha Pena Riau, Sabtu (5/12/2015) malam. CF2/MIRSHAL/RIAU POS

Aktivitas menulis adalah merupakan sebuah pilihan. Lebih jauh dalam prosesnya akan menjadi sebuah komitmen yang harus terus dijaga. Oleh karenanya, ada berbagai kiat dan cara bagi penulis dalam hal ini penyair untuk tetap menjaga daya tahan atau konsistensinya dalam hal terkait dengan proses menulis.

Hal di atas menjadi tema di acara Malam Madah Poedjangga tajaan Riau Televisi, Sabtu (5/12) di lantai satu Gedung Graha Pena Riau. Tema itu kemudian dikupas oleh dua orang pembicara yang merupakan sastrawan asal Riau, Hang Kafrawi dan Bambang Karyawan.

Kedua narasumber dalam kesempatan itu memaparkan beberapa hal terkait dengan bagaimana kiat dan cara untuk tetap memiliki daya tahan dalam menulis terutama puisi. Dikatakan Bambang Karyawan menulis baginya sebuah pilihan. Ketika sudah memilih untuk menulis, menghasilkan karya-karya yang bagus, membagikan pengalaman dan kisah kepada pembaca, maka kemudian tinggal lagi bagaimana seorang penyair menjaga komitmennya itu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Tentu saja, untuk mempertahankan sebuah komitmen, akan ada yang harus kita korbankan, semisal waktu, energi, bahkan materi. Jadi saya kira, konsekuensi kitalah yang paling penting untuk diperahankan,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Bambang, sebagai penulis sudah seharusnya mencari dan mendekati hal-hal yang terkai dengan kepenulisan. Seperti yang dilakukannya selama ini, bergabung dengan komunitas-komunitas sastra, cari teman yang paham dengan sastra,  ikut serta dalam setiapada  acara diskusi sastra. “Kesemua itu juga saya kira bisa memacu adrenaline kita untuk tetap terus menulis,” ujar Bambang.

Demikian juga yang disampaikan narasumber lainnya, Hang Kafrawi. Menulis itu adalah sebuah perjuangan melawan kelupaan, melawan kemalasan. Katanya, menjadi suatu kewajaran kalau misalnya seorang penyair tiba-tiba tidak pernah lagi terbaca karyanya.

Karena secara individu, barangkali sang penyair mangalami kebuntuan, tetapi kemudian, dikemukakan Dosen FIB Unilak itu, biasanya disaat buntu seperti itu, sanga penyair mengumpulkan energi, berkontemplasi yang kemudian berikutnya menghasilkan karya yang baru dan bagus. “Nah, ini yang selalu saya perhatikan.

Banyak penulis kita seperti itu dan itu wajar karena menulis bukan saja persoalan banyaknya karya tulisan tetapi juga berkualitas atau tidak karya yang dihasilkan. Saya yakin, sebuah karya yang bagus, pastilah akan memiliki daya tahan yang lama pula termasuk daya tahan penulisnya,” ujar seniman budayawan Pilihan Sagang 2014 itu.

Tampil sebagai bintang tamu malam itu, siswa SMA Negeri 8 Pekanbaru. Sebuah kolaborasi puisi dipergelar sekelompok siswa-siswi itu sebagai pembuka, di mana karya itu sebelumnya pernah mendapatkan prestasi juara 1 lomba Kolaborasi Puisi tingkat SMA se-Riau beberapa minggu yang lalu. Puisi yang mereka kolaborasikan adalah sebuah karya Ediruslan Pe Amanriza berjudul Reformasi.

Disebutkan salah seorang guru pembina dari siswa-siswi itu, Dra Hj Amelia Yanti, bahwa di SMA N 8 pekanbaru, anak-anak tidak hanya belajar ilmu eksak tetapi dalam program kurikuler, selalu diberi materi-materi terkait minat dan bakat anak termasuk seni budaya. “Dan kami melihat, adanya keseimbangan yang didapat oleh anak didik kami. Prestasi di ilmu eksak tetap bagus, demikian juga prestasi yang mereka raih di bidang seni budaya,” ujarnya. (rul/jef)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook