ESAI SASTRA

Buku dan Dokumentasi Sastra Kita

Seni Budaya | Minggu, 06 Maret 2016 - 00:30 WIB

Oleh Budi P Hatees

JIKA suatu hari berkesempatan ke Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta, mintalah kepada  petugas data dari salah seorang sastrawan di negeri ini. Petugas yang ramah itu akan menyodorkan satu atau dua bundelan. Isinya berupa kliping karya-karya sastrawan bersangkutan yang pernah terbit di koran, tabloid, majalah, atau buletin yang pernah ada di negeri ini.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Arsip-arsip itu dokumen penting. Sejarah apapun ditulis berdasarkan dokumen yang dikumpul.  HB Jassin menulis tentang para sastrawan berdasarkan dokumen-dokumen itu. Para mahasiswa sering ke PDS HB Jassin untuk keperluan riset, juga membaca data-data itu. Kerja PDS HB Jassin hari ini adalah meneruskan kerja HB Jassin.

Kita mengenal Jassin sebagai kritikus sastra. Orang ini telaten membaca, mencatat, dan mengapresiasi setiap karya para sastrawan. Hasil pembacaannya ditulis dalam bentuk esai, dipublikasikan di jurnal-jurnal sastra yang dikelolanya, kemudian diterbitkan ulang menjadi  buku. Banyak nama sastrawan kita temukan dalam buku-buku yang ditulisnya, meskipun kita hanya mengingat sebagian kecil dari nama-nama itu.

Kerja Jassin dalam mendokumentasikan karya sastra banyak dicontoh. Dokumentasi sastra  bisa dengan muda dijumpai di berbagai perpustakaan di negeri ini. Lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi, memperkaya koleksi perpustakaannya dengan bundelan berisi kliping koran.

Beberapa sastrawan pun memiliki kegemaran mendokumentasikan karyanya dengan cara serupa, tidak sedikit pula yang mendokumentasikan karya orang lain untuk kepentingan koleksi pribadi. Saya salut pada sastrawan yang giat mendokumentasikan peristiwa-peristiwa sastra di negeri ini.

Laku mendokumentasikan karya seperti ini menjadi tradisi yang baku di kalangan penggiat komunitas sastra. Para anggota komunitas punya kewajiban membuat kliping karya anggota komunitasnya yang telah terbit di media cetak. Komunitas juga sering mengkliping karya-karya dari sastrawan lain.

Tapi bundelan kliping koran, tabloid, majalah, atau jurnal sastra itu kini tidak berbeda dengan buku sastra di negeri ini. Sebagian besar buku sastra kita, isinya berupa karya-karya sastra (cerpen, sajak, esai, bahkan novel) yang ditulis sastrawan dan pernah disiarkan di media cetak. Cuma, jika bundelan kliping itu menampilkan apa adanya karya sastra yang pernah terbit di media cetak karena fungsinya mendokumentasikan dan mengarsipkan, maka dalam buku-buku sastra yang diterbitkan para penerbit  karya sastra yang pernah disiarkan di media cetak itu sengaja ditulis kembali (rewriting).

Buku sastra kita adalah pemutahiran dari bundelan arsip tentang sastra. Isi buku sastra itu berbeda dengan ketika disiarkan di media cetak. Ada perbaikan data, ada pembaharuan teknik penulisan, dan ada hasil kerja editor yang lebih profesional. Buku-buku itu hasil revisi terhadap karya-karya sastra yang pernah disiarkan media cetak.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook