KOLOM TAUFIK IKRAM JAMIL

Mendung 2016

Seni Budaya | Minggu, 03 Januari 2016 - 16:24 WIB

WAJAR saja jika mendung bahkan hujan yang menyelimuti Riau sejak jam-jam terakhir meninggalkan tahun 2015, lalu masih berlanjut sampai dua hari setelahnya, membuat hati kawan saya Abdul Wahab tidak dapat dikatakan cerah cemerlang. “Pembawaannya ingin tidur saja, tetapi tidak bisa. Apalagi hujan tanggung ini mengingatkan kemarau yang dekat, sedangkan akibat dari kedua-duanya pada 2015 lalu masih amat terasa, kini tak mustahil segera terulang lagi,” tulis Wahab.

Barangkali, hujanlah yang menyebabkan jam-jam penggantian tahun 2015-2016, terlihat bersahaja. Salah satu pusat keramaian


tahun baru Jalan Diponegoro, Pekanbaru misalnya, masih mudah dilewati dengan mobil pada sekitar pukul 23.00. Letusan mercon dan sembaran cahaya kembang api memang terdengar dan terlihat, tetapi tidak berlarut-larut. Setengah jam pertama tahun 2016 di jalan tersebut meski padat, masih juga bisa dilintasi.

“Mendung selama tiga hari ini, tambah mengingatkan aku terhadap derita ribuan warga Riau terutama di Kampar, Rokan Hulu, Inderagiri Hulu, dan Kuansing, akibat banjir karena curah hujan besar. Padahal belum sebulan siaga darurat kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) daerah kita dicabut yang dampaknya juga mereka rasakan. Sifat derita yang berbeda amat jauh, tetapi muncul dalam waktu amat dekat,” tulis Wahab.

Ikut mendunglah hati Wahab ketika ia teringat bahwa hanya dalam hitungan minggu lagi, Riau akan bebas dari banjir, tetapi memasuki musim kemarau yang berpotensi Karhutla. Boleh dikatakatan dampak akibat banjir belum terusir semuanya, kini dampak kemarau harus pula dihadapi. Suatu pertukaran keadaan kontras dalam waktu amat dekat yang terjadi berkali-kali dalam rentang waktu hanya beberapa bulan sahaja.










Tuliskan Komentar anda dari account Facebook