ESAI SASTRA

Minat Baca Makin Ditantang

Seni Budaya | Minggu, 27 Desember 2015 - 01:15 WIB

Kedahsyatan teknologi komunikasi dan informasi yang menjadikan kita hanya sebagai konsumen, antara lain disebabkan kondisi minat baca maupun mutu sumber daya manusia. Pada pertengahan tahun 1960-an, jumlah pesawat televisi di Indonesia hanya sekitar 36.000 unit, kini sekitar 60 juta unit.  Data di atas dibarengi dengan suburnya stasiun televisi.

Sejak tahun 1963, Indonesia dijejal dengan satu saluran televisi yakni TVRI (Orde Lama), baru pada tahun 1990-an (Orde Baru), stasiun televisi pemerintah itu bergandengan dengan RCTI, kemudian disusul TPI, dan SCTV, lalu melonjak drastis melebihi angka300 stasiun dengan label nasional dan lokal sejak 1998 (Era Reformasi). Demikian juga jumlah sambungan internet di Indonesia yang saat ini memiliki 60 juta lebih pengguna internet. Selain itu, pesatnya pertumbuhan komunikasi mobile, tercatat 270 juta pengguna ponsel.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Secara khusus harus dicatat bahwa televisi menempati posisi khusus dalam kanal arus informasi masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari survei Nielsen Audience Measurement yang direlease 21 Mei 2014. Dilakukan tahun 2012, survei itu menunjukkan bahwa televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul internet (33%), radio (20%), surat kabar (12%), tabloid (6%), dan majalah (5%). 

Ketika dilihat lebih lanjut, ternyata terdapat perbedaan yang sangat menarik antara pola konsumsi media di kota-kota di Jawa bila dibandingkan dengan kota-kota di luar Jawa. Konsumsi media televisi lebih tinggi di luar Jawa (97%), disusul oleh radio (37%), internet (32%), koran (26%), bioskop (11%), tabloid (9%) dan majalah (5%).

Sayangnya, isi (konten) siaran televisi amat memprihatinkan. Penelitian Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Mei-Juni 2015 memperlihatkan bahwa nilai indeks kualitas program siaran secara keseluruhan adalah 3,27, padahal program siaran akan di sebut baik kalau mempunyai sekor indeks minimal 4. Siaran anak-anak termasuk berada pada posisi standar terendah dengan hanya meraih skor 2,87. Sedang kan siaran yang melampaui skor minimal adalah religi (4,23) dan wisata/budaya (4,06).

Peran Mubaligh

Patut diakui bahwa berbagai pihak telah berupaya untuk meningkatkan minat baca. Asma Nadia dan Gola Gong misalnya, membuat rumah baca di berbagai tempat terutama di kawasan masyarakat tidak mampu. Tidak sedikit pula pemikiran menganainya muncul seperti memiliki daftar buku yang direkomendasi seseorang untuk dibaca, menyediakan waktu khusus, bahkan menyi sihkan uang belanja untuk membeli buku walaupun entah kapan waktu untuk membacanya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook