ESAI SASTRA

Minat Baca Makin Ditantang

Seni Budaya | Minggu, 27 Desember 2015 - 01:15 WIB

Kalau tidak hanya sekedar mengerjakan LKS dan mencapai implikasi pembelajaran yang diharapkan, sejauh mana pula perpustakaan dapat berfungsi. Adakah perpustakaan sekolah telah dibina? Secara kasat mata, perpustakaan yang ada pun sebagian besar masih berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku, itu pun dengan koleksi terbatas. Tak heran kalau Kepala BPAD Riau, Yoserizal Zen sendiri selalu mengeluh bahwa perpustakaan belum menjadi pusat pelayanan intelektual. Gedung Perpustakaan Soeman Hs, secara fisik malah menjadi ikon Asean yang modern, tetapi pelayanannya masih konvensional.

Lihat pula kualitas guru yang mengajar, belum semuanya mencapai standar, apalagi membandingkannya sebagai insan intelektual. Tidakkah mereka juga sebagaimana umumnya kita semua, memikul predikat sebagai warga yang minat bacanya masih belum menggembirakan?

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Di sisi lain, betapa pun hebatnya pemerintah sekarang berkoar-koar sebagai pengusung Trisakti yakni politik berkedaulatan, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian sendiri, masih menempatkan minat baca sebagai unsur sampingan. Ironis sekali terlihat ketika Mendikbud Anies Baswedan dalam ucapan awalnya sebagai Mendikbud di depan Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia, Desember 2014, menyebutkan reformasi pendidikan Cina yang antara lain menekankan minat baca sebagai langkah strategis. Sayangnya, hal serupa tidak terlihat pada langkah strategis pendidikan Indonesia.

Terlepas dari hal itu, hampir kom pak pula orang mengatakan bahwa minat baca Indonesia yang rendah berkaitan dengan tradisi di negeri ini pula. Pertama, jelas bahwa tradisi mengandalkan lisan, bukan tulisan sebagai subjek keterbacaan. Kedua, sebagian besar keluarga Indonesia tidak membiasakan kegiatan membaca. Terlalu jauh untuk menanyakan perpustakaan keluarga, tetapi pasti jugalah kiranya bahwa sebagaimana guru di atas, bukankah keluarga di Indonesia juga merupakan bagian dari warga Indonesia yang minat bacanya rendah tadi?

Makin Banyak Penyebab

Penyebab-penyebab di atas boleh dikatakan akan mengukuhkan penyebab lainnya. Sistem pendidikan yang ada misalnya, memperkuat posisi minat baca yang rendah, sedangkan minat baca tersebut, memperburuk mutu pendidikan. Gabungan keduanya, akan melahirkan sebab baru lagi yang berkait kelindan dengan sebab-sebab lain. Celakanya, penyebab baru pun berdatangan, sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di tengah kondisi minat baca maupun mutu sumber daya manusia tadi.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook