Kempang di Suatu Senja
kemana harus dituju. marcusuar bisu.
kempang membawa kita begitu jauh.
ujung tanah jantan ini telah tak tampak.
barangkali berputar ke merbau atau
ketapang yang gamang.
dimanapaun mike masih dapat bergeming.
laut tentu menyimpan mimpi selain
asinnya. senandung gelombangnya
akan menciptakan puisi yang menemanimu
mengarungi pulang.
tujulah di hati yang gegap. genggam dada
dan tegak kepala. kempang di senja
bersatu pada laut adalah bisikannya pada
air, keruh pesisir, seperti juga hatimu.
(2015)
Golek Sagu
dua kayu sejajar terkapit tubuh sagu.
kau seperti mengendali formula satu.
tapi itu sagu gambaran peluh melayu.
watan berpijak dari pangan itu, katamu.
cukup menampung kenyang sepinggan
direda sedikit seruput kopi dari sisa hari.
sagu yang kau golek itu bagai mendulang
marwah. gelindingnya kau namakan gagah.
isinya kau namakan sanggah. lalu sisanya
hanya harapan segala yang lewat bahwa
dua batang kayu setia pada genggamanmu
untuk menggolek sagu.
(2015)
Riki Utomi, alumnus Prodi. Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UIR. Sejumlah karyanya pernah dimuat dalam media massa Suara Merdeka, Lampung Post, Banjarmasin Post, Serambi Indonesia, Padang Ekspres, Sumut Pos, Babel Pos, Kendari Pos, Inilah Koran, Majalah Sabili, Haluan Kepri, Batam Pos, Haluan Riau, Koran Riau, Metro Riau, Riau Pos dan beberapa bulletin. Bukunya yang telah terbit Mata Empat dan Sebuah Wajah di Roti Panggang. Tinggal di Selatpanjang.