NOSTALGIA SLOW ROCK MELAYU

Berhimpun di “Ruang Rindu”

Seni Budaya | Minggu, 20 Maret 2016 - 00:10 WIB

Berhimpun di “Ruang Rindu”

Hal ini dapat pula dipahami, karena secara emosi, negeri yang berbahasa ibu Melayu ini, sudah barang tentu  sangat dekat dengan bahasa yang digunakan dalam syair atau lirik-lirik tersebut. Selain itu, tentu saja media televisi, radio ketika itu bagi warga yang tinggal di dekat semananjung Melaka ini, lebih mudah menikmati siaran-siaran dari negari jiran Malaysia ketimbang negara Republik Indonesia. 

Kini, walau sudah melampaui jarak waktu berkisar 25 sampai 35 tahun, musik jenis ini masih kekal di ingatan banyak orang. Ianya tak semata jadi ingatan bagi orang-orang yang masih berusia remaja dan berjiwa muda di era sezaman dengan popularitas lagu-lagu tersebut, tetapi juga masih petah dilantunkan oleh generasi muda masa kini.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Malam itu, para personil WOY Band yang digawangi oleh Jefri Sagu sebagai vokalis, Matrock alias Zalfandri Zaenal (Bass), Ieam Sagu (Gitar), Iwan Landel (gitar), Deni Matan (drummer) Itoy Sagu (drummer), dan Ridho Pot (keyboard). Ditambah dengan penyanyi undangan Benny Riau dan Siska Mamiri. Mereka semua tampil dengan kostum dan penampilan tidak biasanya. Mengenakan rambut palsu, cenala ketat, beserta ragam aksesoris layaknya personil band di era 80-90an.

Tidak hanya pada masing-masing personil, panggung juga ditata dalam nuansa tahun 80-90an. Trap-trap yang disusun sedemikian rupa, di antara trap utama, tempat alat musik drum terletak, terlihat aneka kertas kilat warni-warni serta lampu kelap-kelip yang menghiasi sepanjang trap. Selai itu, tersedia pula trap kecil untuk pemain musik lainnya. Di sanalah, para personil menggelar lagu demi lagu dari kumpulan-kumpulan yang popular di era 80-90an (Wings, Search, BPR, Black Rose, May, Gersang, XPDC, Mega dan Ella).

Serasa Kembali Muda

Lantunan lagu yang digelar, tata cahaya menyimbah panggung, pola tingkah para pemain musik yang sedaya upaya meniru gaya para personil band di era 80-90an, bait-bait lagu yang masih melekat di telinga para pengunjung, menjadikan suasana malam itu seperti kembali di eranya.

Hal itu diakui oleh salah seorang pengunjung yang merupakan penggemar berat lagu slow rock dari negeri jiran Malaysia, Rully Sufriadi. Katanya tak dapat dipungkiri, kegembiraan dan semangat muda tiba-tiba kembali menyala setelah menyaksikan para personil Band Woy di acara nostalgia slow rock Melayu.

Katanya, betapa tidak, lagu-lagu lawas itu dulu memang menjadi lagu pavorit semasa masih duduk di bangku sekolah. Di kampung, setiap petang menjelang, apabila memagang gitar, tidak ada lagu lain yang dimainkan kecuali lagu-lagu slow rock dari negeri Jiran Malaysia.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook