PELARANGAN NOVEL

Israel Larang Novel Berlatar Kisah Cinta Palestina-Yahudi

Seni Budaya | Sabtu, 02 Januari 2016 - 00:06 WIB

Israel Larang Novel Berlatar Kisah Cinta Palestina-Yahudi
Dorit Rabinyan dan novelnya, Gader Haya. (GUARDIAN)

BAGIKAN



BACA JUGA


JERUSALEM (RIAUPOS.CO)  - Penulis perempuan Israel, Dorit Rabinyan menjadi buah bibir media negaranya. Itu terjadi setelah Kementerian Pendidikan mencoret buah karyanya, Gader Haya alias Borderlife, dari daftar bacaan wajib siswa. Sebab, karya sastra kontemporer itu berkisah tentang percintaan pemuda Palestina dan perempuan Yahudi.

”Generasi muda cenderung tenggelam dalam romantisme dan biasanya mengabaikan akal sehat mereka. Termasuk tidak memedulikan identitas bangsa,” papar Dalia Fenig, seorang pembaca yang anti-Palestina, dalam surat keberatan yang dia publikasikan lewat harian Haaretz pada Kamis waktu setempat (31/12). Surat itulah yang lantas menjadi pertimbangan kementerian sampai akhirnya mencoret Gader Haya.

Khawatir generasi muda Israel mengadaptasi percintaan lintas bangsa dalam novel Rabinyan, Menteri Pendidikan Naftali Bennett pun sepakat dengan Fenig. Novel yang menyabet Penghargaan Sastra Bernstein itu pun kemudian tidak boleh masuk kurikulum sekolah menengah atas (SMA). Artinya, siswa Israel tidak disarankan membaca novel tersebut.

Sejak kali pertama dirilis pada 2014, Gader Haya memang memicu kontroversi. Kaum konservatif menganggap Rabinyan memberikan pengaruh buruk kepada generasi muda. Sebab, dia menggambarkan kisah asmara sejoli Palestina dan Yahudi. Padahal, ajaran Yahudi tidak mengenal pernikahan lintas keyakinan. Maka, percintaan Yahudi dan non-Yahudi pun haram.

Begitu Gader Haya menjadi bacaan laris, sebagian masyarakat mengkritisi lembaga sensor. Sebab, menurut mereka, tidak seharusnya novel itu lolos. Bennett yang sudah membaca novel tersebut juga mengeluhkan gambaran negatif Rabinyan tentang polisi Israel.

”Dituliskan bahwa polisi itu sadis. Saya tidak bisa membiarkan siswa membaca deskripsi seperti itu,” tegasnya.

Namun, Rabinyan punya alasan tersendiri. Dalam wawancara dengan Army Radio, dia mengaku kecewa dengan kebijakan Kementerian Pendidikan. Pasalnya, apa yang dia deskripsikan dalam karyanya itu adalah sesuatu yang memang ada dan terjadi di dalam masyarakat. Dia hanya mencupliknya ke dalam karya fiksi.

”Latar kisah cinta ini adalah New York. Saya hanya ingin menggarisbawahi sejumlah persamaan dan perbedaan antara tokoh-tokoh utama dalam karya saya dari sudut pandang dunia luar. Di luar Israel,” paparnya.

Dalam bukunya, Rabinyan menghadirkan tokoh utama pria Palestina yang ditahan Israel. Dia menduga, itulah yang membuat pemerintah gusar. (hep/c6/ami)

Sumber: JPG/Guardian/Haaretz

Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook