(RIAUPOS.CO) -- HARI Teater Dunia (Hatedu) tahun ini, terutama di Riau terbilang menggembirakan. Palingtidak ada empat perayaan antara 27 Maret hingga 29 Maret lalu. Para pekerja teater benar-benar bersukaria menyambut “Hari Raya” mereka dengan menggelar berbagai acara di tempat masing-masing.
Hatedu tahun ini dibuka mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unilak dengan menggelar berbagai agenda di kampus mereka pada pagi 27 Maret. Sedang malam harinya, perayaan berlangsung pula di sekretariat Suku Seni Riau pimpinan Marhalim Zaini. Tepat pada 29 Maret, pekerja teater Kota Pekanbaru dan pekerja teater Kota Rengat sekitarnya juga menggelar berbagai karya dan diskusi kreatif sebagai tanda perayaan tersebut.
Perayaan Hatedu di Rumah Suku Seni Riau boleh dikatakan cukup menarik. Marhalim Zaini selaku Kepala Suku mengatakan, tema tahun ini, dibuat lebih spesifik yakni, “Teater dan Lingkungan”. Pada diskusi malam itu, menghadirkan tiga narasumber dari kalangan seniman dan praktisi lingkungan. Lebih menarik lagi kata Marhalim, peserta diskusi yang hadir juga ramai dan berasal dari berbagai kalangan baik utusan komunitas teater independen, kampus, juga mahasiswa berbagai kampus di Pekanbaru.
Tema yang diusung kali ini semakin meyakinkan semua yang hadir bahwa teater dan lingkungan adalah dua sisi yang sangat seksi untuk dibaca dan dikaji. Lalu, setelah diskusi yang berlangsung alot dan bernuansa persahabatan itu, tercetus satu keinginan kuat untuk melakukan pekerjaan rumah. Azam yang mereka inginkan adalah bagaimana orang-orang teater bersepakat untuk mengangkat tema ekologi dalam karya mereka. Gerakan itu dikerjakan secara masif sehingga lambatlaun melahirkan kesadaran bagi semua kalangan akan pentingnya menyelamatkan alam Riau yang sudah porakporanda ini.
“Teater berbasis ekologi sudah dilakukan kawan-kawan di Selembayung dan diundang dalam berbagai perhelatan. Selain itu, dua nomor karya saya bersama Suku Teater juga melakukan pembacaan atas ekologi seperti “Dilanggar Todak” dan “Suku Laut”. Sebaiknya, kita kerjakan gerakan ini secara masif dengan menggelar festival secara berkala dengan tema Teater Ekologi,” ulas Marhalim usai diskusi.
Sementara itu, Jumat (29/3) malam, berbagai komunitas teater berkumpul dan merayakan Hatedu di Kompleks Bandar Serai (purna MTQ) Pekanbaru. Selain menggelar pertunjukan dari berbagai komunitas dan personal, mereka juga menggelar diskusi dengan menghadirkan narasumber seperti budayawan Riau Al azhar dan lainnya. Hatedu yang mereka laksanakan terlaksana berkat kerja sama pekerja teater Pekanbaru sekitarnya dan Dinas Pariwisata Riau dalam agenda Panggung Seni Kreatif di laman Riau Creative Centre.
“Kita memang harus bergembira dan merayakan Hatedu setiap tahunnya agar teater kian dikenal bahkan dipercaya masyarakat sebagai kontrol sosial, bersifat meng-edukasi, serta mampu menghibur dengan cara yang bernas,” ungkap kordinator Hatedu Bambang Wahyu Jatmiko.(fed)