INTERUPSI

Bukan Caleg Sarok-Sarok Kuaci

Riau | Senin, 31 Desember 2018 - 11:23 WIB

Bukan Caleg Sarok-Sarok Kuaci

Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau

ADA tiga elemen penting dalam politik yang saling mendukung tidak terpisahkan satu sama lainnya. Ketiga elemen ini bisa dianalogikan dengan kendaraan roda tiga. Sehebat dan sekuat apa pun mengayuh becak kalau salah satu rodanya kempes di tengah jalan pasti susah mencapai tujuan. Elemen 3D yang dimaksud dalam tulisan ini adalah uang (dana), informasi (data), dan kekuatan (daya).

Ketiganya harus sinergis membentuk satu kesatuan jika mau melaju dengan aman menuju Pemilu 2019. Kalau meminjam teori sistem, keberhasilan suatu sistem sangat tergantung apakah sub-sub sistem yang ada di dalamnya bekerja sebagaimana mestinya. Kalau salah satu sub sistem tidak berfungsi dengan baik, pasti akan mempengaruhi kinerja sub sistem lainnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dalam konteks pemilu, seorang politisi atau partai politik sebagai suatu sistem sangat tergantung kepada tiga sub sistem (dana, data, daya) serta beberapa sub sistem pendukung lainnya. Kalau salah satunya kurang mendukung pasti akan mempengaruhi kinerja sub sistem lainnya. Untuk mengetahui lebih jelasnya bagaimana pentingnya elemen 3D ini dalam proses perjalanan menuju pemilu 2019, berikut deskripsinya.

Pertama adalah dana, paham liberalisme klasik yang mengatakan “uang memperanakkan uang” ternyata sangat dominan dalam dunia politik. Data dan fakta membuktikan selama ini biaya politik sangat mahal. Ada dua alasan pembenar untuk itu. Yang pertama telah terjadi privatisasi partai politik hanya individu atau kelompok tirani modal yang bisa membangun dan membesarkan partai politik.

Sebaliknya partai politik yang tidak didukung pendanaan dipastikan tidak mampu bersaing. Kedua, pemberlakuan suara terbanyak dalam pemilu legislatif jelas membutuhkan dana yang cukup banyak dalam meraih simpati pemilu. Pemilik kursi adalah penanggul suara tergemuk, kursi dewan pemiliknya bukan lagi nomor urut peci atau atas.

Realitas politik seperti itu sememang memberi warning, jangan masuk wilayah pemilu kalau tidak didukung pendanaan kuat, belajar dari perjalanan pemilu betapa banyak caleg akhurnya anti pati pada semua “jenis” parpol meski juga masih ada yang nekat mencoba keberuntungan tapi tak beruntung.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook