Penyakit Ancam Korban Banjir Riau

Riau | Sabtu, 31 Desember 2011 - 10:38 WIB

Penyakit Ancam Korban Banjir Riau
TERENDAM: Sebuah oplet terendam saat air masih menggenangi kawasan Perumahan Witayu, Rumbai, Jumat (30/12/2011).foto: cf1/said mufti/riau pos

TELUK KUANTAN (RP)- Banjir yang melanda tujuh kabupaten di Riau berangsur surut. Meski demikian, penyakit yang rentan menyerang warga korban pasca banjir mesti harus diwaspadai.

Seperti di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), daerah yang terparah akibat banjir merendam 10 kecamatan, ancaman penyakit pasca banjir mulai diwaspadai.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kini mereka dihadapkan dengan persoalan kesehatan karena lingkungan yang tak sehat. Apalagi selama tiga hari, sekurangnya 6.186 rumah terendam di Kuansing.

‘’Sebaiknya petugas kesehatan sudah terlihat aktivitasnya memantau kondisi kesehatan warga yang terkena banjir dan terlebih kondisi anak-anak,’’ ujar Kepala Desa Sukaping Kecamatan Pangean, Kuansing, Marwan SP, Jumat (30/12).

Sukaping, lanjutnya, termasuk kondisi yang terparah. Banjir juga lama merendam rumah-rumah warga, tentu mereka ada masalah kesehatannya. Masyarakat juga perlu bantuan medis gratis atau pelayanan kesehatan murah.

Pantauan Riau Pos, Jumat (30/12), kondisi Sungai Kuantan sudah surut sekitar 2-3 meter. Namun ada beberapa rumah di Desa Pulau Ingu, Kecamatan Benai yang masih terendam sedikit karena air mengendap. Tentu ini membahayakan karena kondisi air jauh dari bersih. Seorang warga, Jandri menyebut, masyarakat bisa dengan mudah kena penyakit kulit, seperti gatal-gatal, kadas dan kudis.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kuansing, dr H Djasmuddin Djalal MKes mengatakan, pihaknya akan menyiagakan petugas kesehatan di tingkat desa pasca banjir. Yang perlu diwaspadai adalah penyakit kulit dan diare pada anak-anak. ‘’Karena anak-anak asyik bermain saat air tergenang,’’ ujarnya.

Data Korban

Pemkab Kuansing melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) tengah mendata masyarakat yang terkena banjir.

‘’Kita menghitungnya jiwa, kalau KK nanti tak pas,’’ Kadisosnaker, Tarmis SPd MM. Pihaknya berharap data kongkret dari pihak kecamatan. Tingkat kesusahan korban juga beda.

‘’Kadang ada satu hari rumahnya terendam, ada juga yang dua atau tiga hari. Ini akan kita bedakan bantuannya,’’ Tarmis.

Banjir terakhir melanda 461 rumah di 9 desa di Kecamatan Cerenti. Menurut Camat Cerenti Drs Martono, banjir sudah mulai surut dan tak lagi merendam rumah warga, hanya sebagian pekarangan. Pihaknya berharap, ada bantuan segera, berupa beras dan air bersih.

Dipengaruhi Pasang Surut

Banjir yang melanda Kota Pekanbaru di enam kecamatan sudah mulai surut. Seperti di Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya, serta di Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Lima Puluh. Jika awalnya ketinggian mencapai 80 Cm kini sudah 40 Cm hingga hanya sebatas tumit orang dewasa.

Pantauan Riau Pos, Jumat (30/12) di beberapa titik banjir di Kota Bertuah, warga yang sempat mengungsi ke tenda-tenda sebagian sudah mulai kembali ke rumah. Beberapa tenda pengungsi sudah kosong. Jalan yang sebelumnya terendam juga sudah terlihat.

‘’Tidak turun hujan beberapa hari ini juga berpengaruh. Tapi ini sementara sifatnya, karena bagaimanapun pasang surut air Sungai Sail ini berpengaruh,’’ ujar Ardi Manurung, salah seorang warga Kelurahan Rejosari. Jika air Sungai Sail meningkat, air akan membanjiri perumahannya dan sebaliknya. Kondisi ini terjadi karena permukaan air dengan batas lahan perumahan tidak tinggi.

Hal serupa terjadi pada korban banjir di Kelurahan Tanjung Rhu yang sudah menenggelamkan 238 KK. Perumahan yang berbatasan langsung dengan pinggiran Sungai Sail itu juga airnya sudah mulai turun. Banjir menurut warga di sana sebab terjadinya pendangkalan sungai serta tak adanya tanggul.

‘’Sungai ini sudah dangkal, sebelumnya belum pernah separah ini banjirnya. Tapi beberapa hari ini sudah mulai turun dan karena warga kami mayoritas Nasrani, mereka memilih bertahan untuk merayakan Natal di rumah. Tapi jika air sungai mulai naik saja, bisa saja banjir lagi,’’ terang Robert Simatupang.

Di Kelurahan Meranti Pandak dan Perumahan Witayu Rumbai, meski hujan tak turun, ketinggian air Sungai Siak belum surut.

Hingga kini banjir masih tinggi walau ada penurunan. Warga juga tak terlalu banyak yang mengungsi dan memilih bertahan di rumah karena beberapa memang berupa panggung. Sementara warga yang rumahnya terendam memilih mengungsi ke tetangga atau saudara.

‘’Ini tak bisa diprediksi kapan surutnya, karena hingga kini banjir masih tinggi. Mungkin jika tak ada hujan beberapa hari ini dan air Sungai Siak mulai turun, banjir akan turun juga nanti. Harapan kami ke depan pemerintah memiliki program agar daerah kami bebas banjir,’’ harap Arifin, salah seorang warga Meranti Pandak yang mengaku setengah tinggi bangunan rumahnya terendam air.

Inhu Surut

Banjir yang melanda Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) juga mulai surut. Namun, salah seorang warga Kecamatan Peranap, Milli Taufik mengatakan, warga masih mengkhawatirkan banjir susulan. ‘’Karena warga dapat info jebolnya salah satu PLTA di Sumbar,’’ ucapnya.

Kini, sebutnya, warga korban banjir belum menerima bantuan pemerintah maupun pihak lain. Mereka saat ini perlu kebutuhan sehari-hari karena selama banjir tak bisa menakik getah.

Di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), selain merendam tiga daerah langganan seperti Kecamatan Tanahputih, Kecamatan Rantaukopar dan Kecamatan Pujud, banjir juga menggenangi beberapa daerah di Kecamatan Sinaboi. Akibatnya, sekitar 25 Ha lahan pertanian di sana terendam dan dikhawatirkan gagal panen.

‘’Akibat curah hujan tinggi serta pengaruh pasang air laut, Desa Kampungaman di Kepenghuluan Sungaibakau telah terendam. Sedikitnya menggenangi empat RT di sana. Yakni RT 06, RT 07, RT 11 dan RT 13,’’ kata Camat Sinaboi, Basri, Jumat (30/12).

Dijelaskannya, dari 4 RT itu ada 162 rumah dan 535 kepala keluarga (KK). ‘’Halaman dan sebagian rumah di Kampungaman telah terendam.

Lahan yang sedang ditanami palawija maupun holtikultura juga turut terendam. Yang paling banyak ubi kayu. Malah sebagian tanaman sudah mulai rusak,’’ ujar Basri.

Menurutnya, banjir juga menggenangi lahan padi sekitar 25 Ha. ‘’Lahan yang terendam itu tak sekaligus, lokasinya berpencar-pencar. Kita khawatir kalau hujan kembali turun dan ada pengaruh pasang besar, kemungkinan tanaman bisa habis terendam semuanya. Kalau sudah begitu, jelas gagal panen mengancam Sinaboi,’’ kata Basri.

Aementara air yang menggenangi sejumlah daerah langganan banjir di wilayah Rohil seperti Kecamatan Tanahputih, Kecamatan Rantaukopar dan Kecamatan Pujud, kondisinya masih bertahan.(j/eko/kas/rpg/sah)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook