SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Bupati Kepulauan Meranti Drs H Irwan MSi berkesempatan menjadi narasuber (keynote speaker) pada acara Gelar Pangan Nasional yang ditaja oleh Kementerian Pertanian Badan Ketahanan Pangan RI di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta pada Jumat (27/7) lalu.
Pada kegiatan dalam rangka sosialisasi dan promosi untuk mendorong percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumber daya yang dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian RI Ir Syukur Iwantoro, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI Dr Riskiyana Sukandi Putra MKes, Ketua GAPMMI Ir Adi Lukman Irwan menyarankan pada pemerintah pusat untuk memasukkan sagu sebagai komoditas pangan strategis nasional.
Di hadapan Sekjend Kementerian Pertanian, selain mengapresiasi kegiatan tersebut, Irwan berharap melalui kegiatan dapat menyosialisasikan pangan lokal khususnya sagu. Sehingga masyarakat Indonesia mengetahui jika ternyata ada komoditi pangan asli Indonesia yakni sagu yang nilai gizinya tidak kalah dari padi atau gandum.
“Semoga ke depan dapat ditempatkan sebagai komoditas pangan strategis alternatif nasional. Apalagi saat ini untuk mengembangkan sagu tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah daerah penghasil sagu saja. Tetapi harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat melalui Kementrian Pertanian. Apalagi sagu sebagai salah satu pangan alternatif yang tersedia melimpah di Indonesia belum mendapat tempat di negerinya sendiri.
Seperti diinformasikan Drs Irwan MSi, yang juga Ketua Forum Komunikasi (Fokus) Kabupaten Penghasil Sagu Seluruh Indonesia (Kapasindo) tersebut, potensi sagu Indonesia sangat besar. Bahkan dari catatannya, Indonesia adalah sumber penghasil sagu terbesar di dunia.
“Dari seluruh potensi sagu di dunia 5,5 juta hektare ada di Indonesia, tersebar di Papua 4 juta hektare dan di 67 Kabupaten lainnya. Salah satunya berada di Kabupaten Kepulauan Meranti,” jelas Irwan.
Dari keseluruhan itu, yang tergarap dengan baik baru dilakukan di Kepulauan Meranti dan beberapa kabupaten/kota saja. Bahkan di kabupaten yang dipimpinnya Irwan mengatakan, jika pihaknya telah berhasil menempatkan sagu sebagai komoditas ekspor andalan. Saat ini kabupaten termuda di Provinsi Riau itu telah berhasil menghasilkan tepung sagu kering berkualitas tinggi hingga 3.000 Ton per tahun untuk diekspor ke manca negara yang dihasilkan oleh PT Nasional Sagu Prima (NSP) dan masyarakat.
“Sagu Meranti dikirim ke Jepang, Singapura, Malaysia dan ke Cirebon untuk mencukupi kebutuhan sagu nasional. Dan ada juga pengusaha lokal yang mengekspor sagu basah ke negara tetangga Malaysia dan Singapura, serta Cirebon,” tambahnya.
Namun, sejauh ini kendala yang dihadapi, diungkapkan Irwan, masih kecilnya pasar sagu di Indonesia dan dunia . Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan petani sagu beralih ke komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan. Apalagi harga tepung sagu kering di Kepulauan Meranti hanya berkisar Rp5.500 per kilogramnya atau jauh lebih murah jika dibandingkan dengan beras.
“Untuk itu kami memandang sangat perlu campur tangan pemerintah terutama pemerintah pusat untuk memberikan rangsangan kepada para petani sagu. Sehingga mereka lebih bersemangat mengembangkan pangan alternatif ini di Indonesia. Karena sagu sangat layak menjadi alternatif menggantikan beras,” paparnya.
Apalagi lahan padi atau beras dari waktu ke waktu terus menurun. Begitu juga produksinya sehingga diperkirakan dalam beberapa tahun kedepan pasokan beras di Indonesia lambat laun akan memasuki fase krisis. Karena itu mulai saat ini pemda yang didukung oleh Pemerintah Pusat sudah harus memikirkan sagu sebagai alternatif pengganti beras. Menurut Irwan, sagu sebagai komoditas asli Indonesia dengan potensi yang melimpah harus didorong perkembangannya.
Ia juga mengajak semua pihak untuk mendukung sagu sebagai pangan yang sehat dan bergizi tinggi dengan mensosialisasikannya kepada seluruh rakyat Indonesia, hingga kedepannya nanti dihasilkan berbahai jenis makanan yang terbuat dari olahan sagu dan yang terpenting dapat diterima luas oleh lapisan masyarakat Indonesia.
“Khusus Meranti, kami sudah berhasil mendapatkan Rekor MURI sebagai daerah yang sukses menciptakan menu berbahan dasar sagu terbanyak di Indonesia, yakni 369 variasi. Saya kira ini perlu disosialisasikan agar rakyat Indonesia tahu bahwa sagu bisa dikembangkan dan bisa dijadikan bahan makanan layaknya beras ataupun gandum,” ulasnya.
Salah satu masukan terpenting dalam rangka mengembangkan sagu dan meningkatkan kesejahteraan petaninya, Irwan berharap pemerintah pusat melalui Perum Bulog turut membeli komoditas sagu layaknya beras.
Jika pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian bisa menggandeng Bulog, Irwan meyakini kesejahteraan petani sagu akan meningkat. Hal ini sekaligus memberikan rangsangan bagi mereka untuk terus mengembangkan sagu agar tidak kalah saing dibanding beras, gandum, jagung, kedelai dan lainnya. “Besar harapan kami sebagai daerah penghasil sagu agar pemerintah pusat berkenan memasukan sagu sebagai komoditas pangan nasional. Sehingga sagu dapat menjadi pangan alternatif nasional yang mampu mendukung ketahanan pangan di republik ini dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Irwan.
Di sisi lain, dalam kegiatan tersebut, Irwan sebagai Ketua Fokus Kapasindo juga melakukan MoU pengembangan pangan lokal dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan, Ketua Asosiasi Petani Organik, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) disaksikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian RI Ir Syukur Iwantoro.
Pada kesempatan itu juga dilaksanakan Gerakan Cinta Makanan Nusantara, dengan tujuan konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang dan aman harus menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dalam mewujudkan SDM yang berkualitas, gerakan itu juga untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap pangan lokal khususnya bagi generasi muda sehingga dapat meningkatkan kualitas pangan mereka menjadi generasi muda berkualitas di masa depan.(ifr)