Riau Pos.co - Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UNIN Suska) Riau Hajar Hasan MA dalam mempertahankan desertasinya di hadapan tim penguji mengungkap adanya perbedaan penetapan arah kiblat dan waktu salat menurut H Abdurrahman Ya'kub dan dan hisab medern.
''Ternyata setelah saya kaji dan teliti secara ilmiah, ada perbedaan diantara keduanya,'' kata Hajar Hasan beberapa saat lalu (Kamis 31/5) di auditorium UIN Suska Riau, Km 15,5 Panam, Pekanbaru.
Dengan mengambil contoh Kota Pekanbaru, Hajar memaparkan bahwa terdapat perbedaan sebesar 5 derajat 48' dalam penetapan arah kiblat Kota Pekanbaru antara H Abdurrahman Ya'kub dengan perhitungan Hisab Modren.
Sedangkan menurut hisab modern ujar Hajar Hasan, arah kiblat Pekanbaru 66 derajat 12' diukur dari titik utara ke barat atau 23 derajat 48' diukur dari titik barat ke utara (titik kiblat). Azimut kiblat Pekanbaru 270 derajat 00' + 23 derajat 48'= 293 derajat 48' diukur dari titik utara, timur, selatan, barat dan titik kiblat.
''Dari kedua metode hisab tersebut, terdapat perbedaan 5 derajat 48','' katanya lagi.
Hajar Hasan juga memaparkan soal penetapan waktu salat untuk Kota Pekanbaru serta penetapan awal bulan Kamariah.
Konsentrasi pemikiran H Abdurrahman Ya'kub terhadaap perkembangan ilmu falaq papar Hajar Hasan terlihat antara lain pada penetapan araah kiblat, waktu salat dan awal bulan khamariah dengan hisab. Selain itu juga menetapkan tinggi matahari pada waktu Isya yakni -17 derajat di bawah ufuk barat, waktu subuh -19 derajat di bawah ufuk timur
Metoda penetapan awal bulan kamariah berbeda dengan metoda hisab modern, tapi hasilnya ujar Hajar Hasan sama. ''Hal-hal semacam ini merupakan ilmu yang sangat diperlukan masyarakat banyak, karena menyangkut aktivitas kehidupan sehari-hari. Saya berharap, hasil desertasi ini tidak hanya terhenti sampai di sini, tapi bisa lebih berkembang dan bisa dimanfaatkan banyak orang,'' kata Doktor Hajar Hasan lagi.
Hajar Hasan menegaskan pembahasan ilmu astronomi ini sebenarnya telah dilakukan jauh sebelum masehi. Bahkan sejumlah pakar-pakar astronomi barat pun pada dasarnya berkiblat pada peristiwa alam sebelum kenabian. ''Dari hasil kajian yang saya lakukan, pembicaraan masalah astronomi sudah dimulai sejak Nabi Ibrahim yang mencari hakekat tuhan.Peristiwa Alam
Dalam pada itu Salah seorang tim penguji, Prof Dr H Susiknan Azhari MA menyatakan, hasil kajian tentang alam semesta dan ilmu falaq yang dilakukan Hajar Hasan ini merupakan ilmu sangat berharga dalam dunia pendidikan dan kehidupan peradaban manusia. Sebab, paparnya, hingga saat ini tidak banyak peneliti di negeri ini yang berminat mengupas soal ilmu perbintangan atau angkasa luar ini.
''Sebagai contoh, pada bulan Juni 2012 ini saja manusia akan dikabari dengan berbagai fenomena alam, kejadian luar biasa, seperti akan adanya transit venus, gerhana, hingga masuknya perhitungan bulan Ramadan dan banyak peristiwa alam lainnya. Semua itu merupakan peristiwa penting yang harus mendapatkan perhatian secara ilmiah dan kajian keagamaan,'' katanya saat memberikan tausiah usai pengukuhan gelar Doktor kepada Hajar Hasan.(ril)