Bahasa Melayu Harus Sering Digunakan dalam Penelitian

Riau | Senin, 30 Desember 2013 - 10:30 WIB

PEKANBARU (RP) — Bahasa Melayu yang digunakan lebih dari 300 juta jiwa penduduk di Asia Tenggara seharusnya lebih sering digunakan, baik dalam bertutur maupun dalam penulisan penelitian.  

Demikian jelas Ketua LP2M UIN Suska Riau Husni Thamrin MSi saat membuka Pertemuan Cendekia Muslim Asia Tenggara yang digelar di Hotel Ibis, Ahad (29/12).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Husni, kalangan cendikiawan muslim berperan penting dalam mengembangkan bahasa Melayu, sebab kalangan cendikiawan itu bisa menyampaikan penelitiannya dalam bahasa Melayu. Selain itu, dalam menyampaikan pikirannya bisa mengubah bahasa asing ke dalam bahasa Melayu.  

‘’Misalnya mengucapkan mindset dengan ungkapan minda atau beberapa istilah asing lainnya. Di sinilah pentingnya para cendekiawan itu mengembangkan bahasa Melayu,’’ paparnya.

Dalam pada itu, Rektor UIN Suska Riau Prof Dr HM Nazir Karim menjelaskan kemajuan penelitian yang telah dikembangkan UIN Suska Riau.

‘’Dari tahun ke ke tahun penelitian UIN Suska terus mengalami kemajuan, baik dari jumlah dana maupun jumlah penelitinya,’’ ujarnya.

Nazir juga mengoreksi kebijakan pusat (Jakarta) yang mengharus seminar ini dilaksanakan di luar gedung UIN, padahal kualitas gedung UIN itu sama dengan hotel, tetapi karena itu sudah anjuran pusat, terpaksalah panitia melaksnakaan di luar gedung UIN. ‘’Itulah ketentuan pusat, kalau tak diikuti, nanti bisa tak cair dananya,’’ papar Nazir.

Sementara itu, sejarawan dan arkeolog dari UIN Syarif Hidayatullah Prof Budi Sulistiono MHum menjalaskan bahwa UIN Suska seharusnya menjadi penggerak dalam membangun kebudayaan Melayu.

‘’Riau ini gudangnya naskah dan arkeologi di nusantara, baik Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunai, Thailand dan lainnya, pusatnya ya di Riau,’’ paparnya.(jrr)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook