Lebih lanjut, Ismardi mengatakan, sesuai dengan SOP, Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru juga telah menutup sekolah tersebut untuk menggelar tatap muka. Tapi, terlebih dahulu memindahkan siswa dan guru yang tidak terkena Covid-19 dan siswa yang positif.
Hingga kemarin, Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru bersama Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan Satgas Covid-19 tengah melakukan upaya tracing ke sekolah tersebut agar dapat mengetahui darimana asal penularan Covid-19 pertama terjadi.
Saat ditanyakan terkait penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sejumlah sekolah di Kota Pekanbaru, Ismardi memastikan penerapan PTM akan tetap berlangsung dan tidak akan terganggu akibat adanya klaster sekolah yang terjadi di salah satu sekolah swasta.
“PTM akan tetap jalan. Hanya mereka saja yang kami lakukan penutupan sementara. Sekolah lain tetap menerapkan PTM terbatas dengan lebih memperketat protokol kesehatan agar tidak ada kasus baru di sekolah muncul lagi," ujarnya.
Omicron Menular 500 Persen Lebih Cepat
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan peringatan tentang menyebarnya variant of concern (VOC) dengan kode B.1.1.529. Varian yang diberi nama Omicron tersebut ditemukan di Afrika Selatan berdasar hasil penelusuran genomik.
WHO menuangkan peringatan tersebut dalam WHO’s Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution (TAG-VE). Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa berdasar data-data awal yang tersedia, varian itu memiliki kecepatan transmisi 500 kali lipat dibandingkan varian asli Wuhan. "Sebagai perbandingan, varian Delta punya kecepatan 100 kali dari varian asli Wuhan," kata Dicky, Sabtu (27/11).
Dari berbagai varian yang dites di lab-lab genomik di dunia, Omicron diketahui merupakan VOC pertama yang langsung ditetapkan dalam kelompok VOC. Berbeda dengan varian lain–termasuk Delta– yang sebelumnya selalu melalui tahapan variant of interest atau variant under investigation (VUI). "Karena kecepatan penularan varian Omicron sangat ekstrem. Walaupun ini baru data awal, sudah cukup untuk meningkatkan kewaspadaan kita," kata Dicky.
Dia menyebut varian itu mampu menaikkan tingkat kepositifan (positivity rate) dari 1 persen menjadi 30 persen hanya dalam waktu tiga pekan. Kurang dari dua pekan sejak ditemukan, Omicron sudah bisa mendominasi 70 persen kasus positif di Afrika Selatan. Saat ini 90 persen kasus PCR yang positif di ibu kota Afsel adalah infeksi Omicron.
Yang mengkhawatirkan lagi adalah kemampuan varian itu menular lewat udara. Laporan dari Hongkong, salah seorang turis yang baru melancong dari Afsel terdeteksi membawa Omicron. Saat menjalani karantina di sebuah hotel, pasien tersebut menularkan kepada tamu hotel di seberang kamarnya.
Penularan diduga terjadi saat pasien karantina itu membuka pintu kamar untuk mengambil makanan. Dengan jeda waktu yang tidak terlalu lama, seorang tamu di kamar yang berhadapan juga membuka pintu untuk mengambil makanan. "Ini membuktikan penularan bisa melalui udara di lorong hotel. Ini artinya peringatan, kalau kedatangan pelancong dari luar negeri, walaupun PCR-nya negatif, harus karantina setidaknya tujuh hari. Kemudian, sirkulasi udara diperhatikan," katanya.
Masa karantina tujuh hari harus menjadi standar. Pada hari kelima dan keenam, dilakukan tes PCR dengan memperhatikan gejala. Untuk pencegahan, memang bisa diambil opsi menutup pintu penerbangan, tapi mitigasi yang paling penting adalah penguatan surveilans di pintu masuk perbatasan. "Waspada harus. Takut jangan, apalagi panik," jelas Dicky.