Titik Api Menurun Dratis

Riau | Minggu, 30 Juni 2013 - 12:11 WIB

Titik Api Menurun Dratis
Kabut asap cukup tebal menyelimuti Pekanbaru sebelum operasi penanggulangan kebakaran lahan/hutan dilakukan. Foto: Defizal/Riau Pos

PEKANBARU (RP) - Menginjak hari ke-10 pelaksanaan penanggulangan bencana asap di Riau, beberapa indikator dari kebakaran lahan dan hutan menunjukkan postif.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, pantauan titik api baik menggunakan satelit NOAA maupun satelit Terra/Aqua MODIS menunjukkan titik api berkurang.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Titik api dari NOAA pada Sabtu (22/6) ada 92 titik api, Minggu (23/6) ada 154 titik,  Senin (24/6) ada 265 titik, kemudian Selasa (25/6) turun drastis 54 titik, Rabu (26/6) ada 6 titik, Kamis (27/6) ada 19 titik, Jumat (28/6) ada 7 titik dan Sabtu (29/6) ada satu titik. Hal ini berpengaruh pada jarak pandang yang menunjukkan tebal tipisnya asap di udara.

"Sebelum operasi pemadaman asap yaitu tgl 21/6 rata-rata jarak pandang kurang dari 100 m. Namun sejak 26/6 hingga sekarang jarak pandang mencapai 1-10 km di beberapa derah di Riau," paparnya dalam rilis elektronik yang diterima redaksi, sesaat lalu (Minggu, 30/6).

Begitu pula indeks kualitas udara juga menunjukkan peningkatan kualitas udara. lanjut Sutopo. Jika 20/6 indeks kualitas udara di Duri 1.048 SPI (Standard Pollution Index) dan Dumai 688 SPI yang artinya berbahaya. Sebab nilai 300-500 SPI tergolong berbahaya. Tapi pada 29/6 di Duri 98 SPI, Dumai 78 SPI, Singapore 59 SPI, Kuallumpur 48 SPI dan Selangor 44 SPI. Artinya tergolong baik dan sedang. Baik jika < 50 SPI dan sedang 51-100 SPI.

Upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan masih terus dilakukan. Di darat masih dikerahkan 15 SSK Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana dan 1.122 pasukan organik untuk memadamkan kebakaran di darat. Di udara operasi dilakukan dengan pemboman air dan hujan buatan. Ini semua perlu didukung semua pihak agar tidak ada yang melakukan pembakaran kembali. Apalagi ancaman kebakaran makin tinggi seiring dengan makin keringnya musim kemarau pada Oktober nanti, demikian Sutopo.(wid/rmol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook