FESTIVAL SUBAYANG-BIO

Sore Ini Puluhan Peserta Ikuti Pacu Bagalah

Riau | Sabtu, 30 Maret 2019 - 12:35 WIB

Sore Ini Puluhan Peserta Ikuti Pacu Bagalah
PACU BAGALAH: Salah satu kegiatan yang mewarnai Festival Subayang-Bio tahun ini adalah Pacu Bagalah yang menarik minat wisatawan. (FOTO PANPEL FOR RIAU POS)

KAMPAR (RIAUPOS.CO) -- Sungai Subayang, Kamparkiri Hulu, Kabupaten Kampar, sore ini bakal penuh sesak. Puluhan peserta Pacu Bagalah akan memenuhi sungai tersebut. Sedangkan tepiannya, dipastikan akan dipadati pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Riau dan luar Riau.

Helat Pacu Bagalah di Desa Gema ini, merupakan salah satu rangakaian kegiatan dalam Festival Subayang Bio yang dilaksanakan mulai hari ini hingg besok sore.
Baca Juga :Belum Selesai Diperiksa, Wulan Guritno Minta Izin

‘’Sudah banyak tamu-tamu dari luar yang menghubungi panitia dan memastikan diri mereka hadir dalam kegiatan Festival Subayang-Bio ini. Ada yang dari Siak, Pelalawan, Sumbar, Jakarta bahkan luar negara. Mereka ingin melihat seperti apakah bentuk festival ini. Salah satu rangkaian kegiatan yang paling dinanti pengunjung  adalah Pacu Bagalah,’’ jelas ketua panitia yang juga Ketua Genpi Kampar, Dody Rasyid Amin.

Dijelaskan Dodi, Festival Subang-Bio yang dilaksanakan setiap tahun ini mengusung konsep tradisi kekinian. Banyak seni budaya tradisi yang dihadirkan dan dibawakan oleh para orangtua. Begitu juga dengan berbagai kegiatan untuk anak-anak muda seperti komunitas dan kelompok-kelompok seni yang ada, termasuk sekolah-sekolah. Dengan melibatkan banyak pihak, festival yang dilaksanakan Genpi Kampar dan Bengkel Seni Rantau Kampar Kiri (RKK), diharapkan akan dihadiri ribuan pengunjung.

Untuk Pacu Bagalah, ini unik. Pacu Bagalah adalah lomba mengayuh perahu dengan tidak menggunakan dayung, tapi dengan galah (kayu panjang). Perahu atau sampai atau piaw, merupakan satu-satunya moda transportasi di Sungai Subayang ini. Saat musim kering, sungai menjadi dangkal.

Perahu atau sampan kandas. Perahu tidak bisa didayung. Saat inilah, sampan digalah agar tetap bisa berjalan. Kebiasaan masyarakat sejak nenek moyang ini merupakan tradisi yang tidak bisa dilupakan. Agar tetap diketahui banyak orang, agar tetap terpelihara, maka pacu bagalah dihadirkan dalam sebuah festival dalam bentuk perlombaan.

Ada puluhan perahu yang agar berlomba. Satu perahu diisi dua orang.(kun)

Editor: Eko Faizin









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook