LUKI, PENJELAJAH 500 KOTA ASAL PEKANBARU

Kena Malaria Tropika Sampai Disekap Separatis Maluku

Riau | Sabtu, 29 Juni 2013 - 10:00 WIB

Kena Malaria Tropika Sampai Disekap Separatis Maluku
Luki (paling kanan) didampingi perwakilan Honda Doni Marpaung dan Jhon Hendri saat tiba di Pekanbaru, Kamis (27/6/2013). Foto: HENDRAWAN/RIAU POS

Laporan HENDRAWAN, Pekanbaru

Aksi yang dilakukan Luki (33) memang sedikit gila. Enam tahun mengelilingi Indonesia sampai Maluku dan Papua, menikah di perjalanan dan menumpuk berbagai kenangan di motor yang dikendarai.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hanya si buah hati yang membawanya pulang kembali ke kota asalnya, Kamis (27/6).

Perawakannya tidak begitu tinggi, malah sedikit kurus. Motor yang dikendarainya lebih cocok disebut gerobak barang bekas berjalan. Motor Tiger itu terparkir aneh di halaman showroom Honda PT Capella Dinamik Nusantara Pekanbaru, Kamis (27/6) siang. Sejumlah karyawan pun melihatpenuh tanda tanya terhadap kendaraan yang tertutupi berbagai pernik aneh ini.

Tertempel di sana, kain lusuh, botol bekas, spanduk, surat-surat, tengkorak binatang, dua bendera merah putih pudar dan banyak lagi bila bisa disebutkan satu persatu.

Motor ini juga jadi memanjang ke belakang dan menjadi jauh lebih berat dari motor Honda Tiger 2000 biasa. Motor ini memang penuh dengan berbagai kenangan dari penjelajahannya yang tidak kurang lagi 50 Kota/Kabupaten di Indonesia.

Syarifuddin Lukito atau akrab dipanggil Luki, pria asal Kota Pekanbaru kelahiran 14 Januari 1980 ini menyebutkan, mulanya motor ini hanya terpasang bendera merah putih.

Namun, seiring banyaknya kota yang dikunjungi, pernak-perniknyapun semakin banyak dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga enam tahun.

Luki mencatat, sejak dia meninggalkan Pekanbaru, dia menghitung telah mengendarai motor ini selama enam tahun empat belas hari per Kamis (27/6).

Penjelajahan Luki, menurut penuturannya, merupakan aksi kampanye damai ke seluruh Indonesia dan membawa semangat masional pemuda hingga ke pelosok-pelosok Indonesia.

‘’Saya mencoba menggelar kampanye damai mewakili Riau ke seluruh Indonesia, ini bertolak dari masih banyaknya gejolak di Indonesia. Ini berangkat dari semangat bangsa Indonesia yang merdeka bukan karena TNI, polisi atau Soekarno. Tapi kemerdekaan ini datang dari semangat pemuda, saya mencoba membangkitkan itu dengan membawa pesan damai ke seluruh Indonesia dengan mengendarai sepeda motor,’’ ungkap Luki saat memulai penjelajahannya pada 13 Juni 2007 lalu.

Perjalanannya ini bukan tanpa resiko atau tantangan. Banyak kenangan yang tidak bisa Luki lupakan selama perjalanannya. Mulai dari hadangan para preman di jalanan, sampai pertaruhan hidup mati.

Yang paling kuat diingat Luki adalah ketika terserang penyakit malaria tropkca saat melewati Flores dan ditahan separatis saat singgah di Maluku.

Tantangan terberat Luki memang di tanah Papua yang paling banyak separatis bersenjata dan alamnya yang keras. Namun saat di Flores, Luki kena penyakit mematikan bernama malaria tropika.

Tidak tanggung-tanggung, perjalanan Luki harus terhenti sampai sepekan di Flores. Dari diagnosa dokter, Luki bisa dikatakan sudah kena stadium empat.

‘’Kalau sudah stadium empat biasanya penderita akan gila, tapi syukurlah saya selamat dan bisa melanjutkan perjalanan,’’ kata Luki dengan rambt kriwil sebahunya. Tapi yang paling menegangkan bagi ayah satu anak ini adalah saat disekap separatis Republik Maluku.

‘’Kenapa kau bawa bendera Indonesia, di sini Republik Maluku, kata mereka,’’ ungkap Luki menirukan orang-orang yang menyekapnya pada 2009 itu. Luki ditahan seharian akibat dia tidak mendengarkan peringatan pemerintah setempat.

Akhirnya, Luki bebas melalui bantuan Koramil di daerah itu, sebuah pembebasan dengan senjata. Syukur, Luki tidak terluka.

Uniknya, perjalanan Luki di berbagai daerah selalu ditandai dengan pertemuannya dengan pemerintahan setempat. Minimal wakil bupati atau wakil walikota.

Beberapa gubernur-pun sempat ditemuinya selama perjalanan. Bagi Luki ini penting, selain menyampaikan pesan damai dan semangat nasional pemuda, tanda pernah datang ke pemerintah setempat sering kali memudahkannya di tengah perjalanan berikutnya.

Dari berbagai pernik yang menempel, sebagian besar adalah surat-surat tanda dia pernah berkunjung di sebuah daerah. Kenangan ini dimasukkannya dalam botol bekas dan menyangkutkannya di motor.

Karena penuhnya motor, berbagai kenangan di perjalanannya juga memenuhi leher, dua pergelangan tangan sampai jaket yang dikenakannya.

Gayanya mengingatkan pada pengendara moge Harley Davidson yang banyak di film-film Amerika.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook