BANJIR KAMPAR MELUAS

Ribuan Warga Kuansing Terisolasi

Riau | Rabu, 28 Desember 2011 - 09:51 WIB

Ribuan Warga Kuansing Terisolasi
Seorang kakek menggendong cucunya di dalam sampan untuk mencari tempat yang lebih tinggi, di Desa Sukaping Pangean karena tempat tinggalnya direndam banjir, Selasa (27/12/2011). (Foto: Juprison/Riau Pos)

PEKANBARU (RP)- Banjir yang terjadi di sejumlah kabupaten/kota di Riau belum menunjukkan tanda-tanda reda, malah sebaliknya makin meluas. Di Kabupaten Kampar, jumlah kecamatan yang dilanda banjir bertambah.

Jika sebelumnya hanya dua, kini jadi enam. Sementara di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), banjir menyebabkan ribuan warga di empat kecamatan terisolasi karena tingginya debit air dan terputusnya jalan.  

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pantauan Riau Pos, Selasa (27/12), kondisi terparah ada di Desa Pauh Angit, Desa Sukaping, Desa Pulau Rengas dan Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean, Kuansing.

Desa-desa itu tak bisa lagi dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Untuk bisa ke sana, masyarakat harus menggunakan sampan dengan waktu yang cukup lama.

Warga juga banyak yang mengungsi ke rumah saudara di tempat yang lebih tinggi, seperti Desa Pasarbaru dan Desa Koto, Kecamatan Pangean. Banyak masyarakat meninggalkan rumah beserta isinya

dan mengungsi dengan membawa anak balita. Mereka ada yang dijemput keluarga dan ada yang mengungsi sendiri. ‘’Terpaksa kami tinggalkan rumah dengan segala isinya demi menyelamatkan anak yang masih kecil,’’ ujar salah seorang ibu tumah tangga, Yusni.

Jalan yang tergenang air ada sepanjang kurang lebih 5 Km dan hanya bisa dilewati dengan jalan kaki. Kepala Desa Pulau Rengas, Lion Miskanto mengaku tak bisa keluar dari desa. ‘’Mau ke Telukkuantan, jalan putus. Kami tak bisa ke mana-mana akibat banjir terus naik,’’ katanya.

Tak hanya 12 desa di Pangean yang tak bisa dijangkau kendaraan roda dua dan roda empat. Desa Tebing Tinggi, Desa Pulau Ingu dan Desa Tanjung Simandolak, Koto Simandolak dan Pulau Kalimanting juga demikian.

Jandri (27), salah seorang warga Desa Pulau Ingu mengaku terkepung di kampungnya. ‘’Mau ke Telukkuantan, terhambat di Desa Tebing Tinggi Simandolak, karena kondisi air sangat dalam. Mau ke Pangean atau Baserah, jalan juga putus di Pangean,’’ katanya.

Menurut Camat Benai, Andika Pratama, masyarakat di empat desa itu tak bisa menjangkau Kantor Camat dan sebagainya. Di Benai, 14 desa dan 650 kepala keluarga (KK) rumahnya terendam air.

Camat Pangean, Novrion SSos mengakui, banyak desa yang tak bisa dijangkau. Harus menggunakan kendaraan air, seperti perahu, pompong dan sebagainya. Dari 14 desa, 12 sudah terendam. Berdasar data yang dihimpunnya dari masing-masing desa, ada sekitar 1.842 KK yang rumahnya terendam.

Di Inuman, dari 10 desa yang terendam air, hingga Selasa (27/12), kata Camat Inuman, Mastur, ada sekitar 853 KK yang rumahnya terendam. ‘’Jumlahnya bertambah dari Senin kemarin, karena memang debit air tambah tinggi,’’ katanya.

Kondisi cukup parah juga dialami 19 desa di Kuantan Hilir. Sekitar 2.505 KK yang rumahnya terendam air. Sebagian besar ada di tepi Sungai Kuantan, seperti Kepala Pulau, Kampung Tongah, Lumbok, Pengalihan, Pulau Kulur dan Pulau Beralo.

‘’Mereka kesulitan menjangkau ibukota kecamatan,’’ kata Sekcam Kuantan Hilir, Jon Hendri SSos.

Akibat meluapnya Sungai Singingi, banjir juga menerpa 44 rumah di Desa Tanjung Pauh Kecamatan Singingi Hilir. Sekcam Singingi Hilir, Budi Asrianto menaksir kerugian yang dialami masyarakat mencapai Rp50 juta.

Banjir juga merendam kebun karet dan sawit masyarakat.

Banjir Kiriman

Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) Kuansing, Tarmis SPd MM mengatakan, banjir yang tak kunjung surut, seperti di Benai, Pangean, Kuantan Hilir dan Inuman merupakan banjir kiriman hulu Sungai Kuantan.

Karena dari laporan Kecamatan Kuantan Mudik, banjir di sana sudah surut sekitar 1 meter.

Menurutnya, ada daerah-daerah yang putus jalur transportasi. Yakni ribuan KK di Kecamatan Pangean, Benai dan Kuantan Hilir yang terisolasi. Pihaknya akan memperhatikan daerah-daerah ini dan berharap bantuan yang ada nanti akan diprioritaskan di sana.

Kekurangan Bantuan

Bantuan berupa mie instan dan air mineral yang diberi Pemkab Kuansing, Senin kemarin, masih dinilai kurang oleh para korban banjir. Pasalnya, selama banjir masih merendam rumah dan jalan putus, mereka tak bisa berbuat banyak. Mereka berharap bantuan dan uluran tangan semua pihak.

‘’Bantuan yang kami terima ini tak cukup lagi,’’ ujar Epi, warga Dusun Marabunta Pangean.

Menanggapi hal itu, Kadissosnaker Kuansing, Tarmis mengatakan pihaknya siap menyalurkan bantuan beras dan sarden. Diakuinya, tingkat kesusahan para korban banjir berbeda.

Pertama, mereka terkena banjir, tapi rumahnya tidak. Kedua, terkena banjir dan rumah mereka juga kena. ‘’Kerugian yang mereka alami tak sama,’’ jelasnya.

4.238 Ha Sawah Terendam

Banjir yang melanda Kuansing, juga merendam sekitar 4.238 Ha sawah masyarakat yang sudah ditanami padi. Musibah ini juga merendam sekitar 194,5 Ha lahan persemaian atau benih padi yang siap tanam.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Ir H Hardison MP, melalui Kepala Bidang Produksi, Anida mengatakan, data itu dihimpun dari seluruh kecamatan. ‘’Namun bukan berarti gagal panen,’’ katanya.

Jika sudah lebihi empat hari terendam, baru bisa dikatakan gagal tanam. ‘’Kita sama-sama berharap air tak merendam sawah dalam waktu yang terlalu lama,’’ katanya.

Berbagai jenis tanaman juga terendam. Seperti sekitar 75 Ha kebun jeruk manis di Desa Pulau Kopuang Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah dan sayuran serta umbi-umbian.

Banjir Kampar

Di Kabupaten Kampar, selain Kecamatan Gunung Sahilan, Kampar Kiri, empat kecamatan yang dilanda banjir adalah Kecamatan Kampar, Kampar Timur, Rumbio Jaya dan Tambang.

Camat Kampar Syamsuardi Ali, Selasa (27/12) mengatakan, di Kecamatan Kampar tercatat empat desa yang terendam banjir. Yaitu Desa Penyasawan, Desa Pulau Sarak, Desa Pulau Jambu dan Desa Tanjung Rambutan. Akibatnya, 177 rumah dan 500 Ha lahan pertanian terendam.

Menurut Camat Tambang, Jamilus, daerah yang direndam banjir adalah Desa Parit Baru dan Desa Palung. 150 rumah dan 150 Ha lahan sayur terendam serta jalan menuju Desa Gobah putus.

Di Kecamatan Kampar Timur, dua desa sudah digenangi air yaitu Desa Pulau Rambai dan Desa Sei Tarap. Di Kecamatan Rumbio Jaya hanya Desa Teratak yang direndam banjir.

220 Rumah di Rohil Terendam

Di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) setakat ini banjir sudah merendam 220 rumah di Kecamatan Pujud. Juga di Rantaukopar dan Tanah Putih. Meski demikian, masyarakat masih memilih bertahan di rumah yang telah terendam dengan menggunakan pangkin.

‘’Dari tiga kecamatan yang masuk kategori langganan banjir, sampai kini hanya Pujud yang telah memberi laporan tertulis,’’ ujar Kepala Dinas Sosial Rohil, H Said Zen SE.

220 rumah yang terendam di Kecamatan Pujud tersebar di empat kepenghuluan. Di Kepenghuluan Airhitam; 25 rumah, 6 kelas SD, 3 kelas MTs, 3 kelas gedung MDA serta 5 Ha tanaman cabai. Di Kepenghuluan Sungaitapah; 15 rumah yang terendam, 12,5 Ha lahan cabai, 5 Ha lahan mentimun, 10 Ha lahan semangka dan 2 Ha lahan kacang panjang.

Di Kepenghuluan Tanjungmedan; 80 rumah terendam. Di Kepenghuluan Kasangbengsawan; 100 rumah terendam.

Said menjelaskan, berbagai upaya penanggulangan sudah disiapkan. Di antaranya segera mengirim tenda darurat sebagai tempat pengungsian.

‘’Hanya sampai kini kita belum dapat laporan tentang warga yang mengungsi. Biasanya, masyarakat di sana memilih tetap bertahan di atas pangkin yang dibuat di dalam rumah,’’ katanya. Semua laporan yang masuk di kantor Dinas Sosial tetap ditindaklanjuti. Salah satu di antaranya membuat disposisi dan melapor ke Pemkab Rohil.

Di wilayah Kecamatan Rantaukopar, genangan air juga terasa perlahan. Sebagian masyarakat khususnya di daerah aliran sungai seperti di Sekapas dan Rangau, belakangan telah membuat pangkin di dalam rumahnya.

‘’Ini karena air sudah ada yang masuk ke lantai rumah. Kini, ada sekitar 10 rumah yang terendam,’’ kata Camat Rantaukopar, M Nasir.

Hal senada diungkapkan Camat Tanahputih, H Jabil Syamsuddin. ‘’Beberapa daerah di wilayah Kecamatan Tanahputih sudah ada yang terendam. Umumnya di daerah aliran sungai. Hanya rumah masih belum tersentuh,’’ katanya.

Mengungsi ke Tenda

Sementara itu, banjir yang melanda Kota Pekanbaru, khususnya di Perumahan Witayu, Kelurahan Sri Meranti sejak Sabtu lalu hingga kini belum surut. 28 KK terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian yang dibangun Palang Merah Indonesia (PMI) dan swadaya masyarakat.

Dari lima RT yang terendam banjir, yang terparah adalah RT 5 dan RT 3 dengan ketinggian air di atas satu meter. Afrizal (45) warga RT 05 mengatakan, ketinggian air naik secara tiba-tiba saat ia dan ketiga anaknya sedang tidur.

Akibatnya , dia tak sempat menyelamatkan barang berharga seperti sepeda motor, kulkas, televisi. Hanya beberapa helai pakaian yang sempat dibawa.

Kondisi yang cukup memprihatinkan juga dialami Merlina (28) dan suaminya Anto (32). Dengan beralaskan tikar seadanya, mereka tidur dengan ketiga anaknya yang masih berusia di bawah 10 tahun.

Merlina juga tak sempat menyelamatkan barang berharga, karena pada Sabtu dini hari ia dan suaminya sibuk menyelamatkan anaknya ke atas pelampung yang telah diberi papan sambil menunggu pagi.

Meski telah terendam sejak Sabtu, beberapa warga masih coba bertahan di rumah masing masing. Karena belum ada tenda-tenda penampungan untuk mereka tinggal.

Menurut Susi (21), tenda baru didirikan pada Ahad malam. Namun karena hujan terus turun, lokasi tenda ikut terendam air. Baru pada Senin pagi mereka membangun tenda yang lokasinya tak jauh dari tenda semula.

Diakui Susi, sampai kini belum ada bantuan dari pemerintah, baik Pemko Pekanbaru maupun instansi pemerintah lainnya. ‘’Hanya beras 1 Kg dan enam mie instan per KK yang kami terima hari ini, itupun dari swasta,’’ ujarnya.

Saat Riau Pos tiba di lokasi Selasa (27/12) sore, tak tampak adanya dapur umum maupun MCK. Pengungsi memenuhi kebutuhannya dari memasak sisa-sisa beras dan lauk pauk yang mereka miliki. Lokasi di sekitar tenda pengusi juga becek dan lembab.

Dari dua tenda yang didirikan hanya satu yang menggunakan penerangan lampu listrik. Sedang satu tenda yang dihuni 13 KK hanya menggunakan penerangan lampu minyak.

Dua hari tinggal di lokasi pengungsian membuat anak anak mulai terserang penyakit seperti ISPA dan flu. Namun hingga berita ini diturunkan tak tampak ada tenda medis di lokasi pengungsian.

Warga mengharapkan pemerintah secepat mungkin menurunkan bantuan, karena sebagian besar mereka mulai kekurangan bahan makanan. Warga juga berharap ada solusi dari musibah yang terus menimpa mereka tiap tahun.

9 Kecamatan Terancam

Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Daerah Indragiri Hulu (Inhu), Drs H Hazairin MA mengimbau warga di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) untuk waspada.

Sebab sejak beberapa hari belakangan, sejumlah daerah di Kabupaten Kuansing terendam banjir. Sehingga ancaman banjir kiriman dari sana tetap terjadi di Kabupaten Inhu.

Hasil pantauan Kesbangpol Inhu melalui tim Satgas pada Selasa (27/12) pagi, ketinggian air di Sungai Indragiri atau Batang Kuantan mencapai 5,95 M di atas ambang normal. Untuk itu, Pemkab Inhu menyatakan status siaga untuk Sungai Indragiri.

Dari 14 kecamatan yang ada di Inhu yang dinilai rawan banjir ada 9 terutama yang di DAS Indragiri. Sembilan kecamatan itu di antaranya, Kecamatan Batang Peranap, Kecamatan Peranap, Kecamatan Rakit Kulim, Kecamatan Kelayang, Kecamatan Sungai Lala, Kecamatan Pasir Penyu, Kecamatan Rengat Barat, Kecamatan Rengat dan Kecamatan Kuala Cenaku.

‘’Intensitas curah hujan cukup tinggi dan sejumlah daerah di Kuansing sejak beberapa hari lalu sudah terendam banjir. Akibatnya, akan ada banjir kiriman dari kabupaten tetangga itu,’’ ujarnya.

Menurutnya, untuk antisipasi banjir, 15 personel Satgas ditambah sejumlah pegawai Kesbangpol Inhu akan selalu memonitor debit air Sungai Indragiri.

‘’Masing-masing camat sudah diminta melapor kondisi terbaru terkait banjir. Bahkan Camat Batang Peranap yang berada paling hulu Sungai Indragiri melapor belum terjadi banjir,’’ ujarnya.

Tiap kali terjadi banjir di Kuansing, setidaknya tiga hari berikutnya sudah akan merendam sejumlah daerah di DAS Indragiri di Inhu.

Tujuh Pompa Banjir Dioptimalkan

Penanggulangan banjir yang terjadi di beberapa titik di Pekanbaru jadi skala prioritas Pemerintah Provinsi Riau. Untuk itu, Pemprov bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera Tiga Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

Salah satu upaya nyata yang dilakukan adalah mengoptimalkan tujuh pompa banjir di beberapa titik rawan. Beberapa petugas juga disiagakan selama 24 jam untuk melihat kondisi banjir dan kenaikan air.

‘’Kita tak bisa menghentikan banjir, tapi kita bisa mengantisipasi dan meminimalisirnya,’’ kata Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Tiga Kementerian PU, Ainur Rofiq.

Dia mengakui, penanggulangan banjir sedikit terkendala karena keterbatasan peralatan berupa pompa banjir. Untuk itu pada 2012, pihaknya sudah merancang pembangunan dua sektor baru dilengkapi pompa banjir berskala besar.

‘’Kini ada tujuh pompa banjir yang terbagi di empat sektor. Kita masih perlu dua sektor lagi di wilayah Rumbai Pesisir dan Payung Sekaki. Dengan dua sarana itu diharapkan banjir dapat diantisipasi secara optimal,’’ tuturnya.

Menurutnya, program penanggulangan selama ini dilakukan Pemko untuk mengatasi luapan Sungai Siak. Karena itu, perlu diatasi secara menyeluruh dan terpadu melibatkan seluruh aspek.

Soal kondisi stasiun banjir saat ini, dia menjawab tujuh pompa banjir dalam kondisi baik. Tiga pompa banjir di sektor satu di Kecamatan Senapelan. Satu di sektor dua Kecamatan Lima Puluh, dua di sektor tiga Kecamatan Rumbai dan satu di Kecamatan Rumbai Pesisir.

Dikatakannya, dua sektor baru itu perlu dana mencapai Rp500 miliar. Alokasinya diperlukan untuk melengkapi penanggulangan banjir yang baru berjalan 70 persen untuk pompanisasi dan 40 persen untuk pembangunan tanggul.

‘’Dengan progres 2012 dapat melengkapi kekurangan yang ada,’’ imbuhnya.

Kepala Dinas PU Riau, SF Hariyanto mengatakan, langkah koordinasi terus dilakukan. Ini jadi kesungguhan perhatian Pemprov dalam menanggulangi banjir di Pekanbaru. Hanya, salah satu masalah yang masih ditemui adalah tingkah masyarakat yang membuka pintu air untuk aktivitas sehari-hari. Sehingga air kembali masuk ke perumahan warga.

‘’Jadi meski pompa banjir dihidupkan terus, takkan optimal. Untuk itu kita harap masyarakat berpartisipasi dengan tidak membuka pintu air, sehingga alat kita dapat bekerja maksimal untuk mengeluarkan air ke Sungai siak,’’ tuturnya.(rdh/j/sah/cf1/kas/rpg/rio)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook