Laporan AHMAD YULIAR, Selatpanjang ahmad-yuliar@riaupos.com
Umurnya baru saja 15 tahun. Saat ini dia duduk di kelas 2 SMP. Namun dia telah meninggalkan studi dan sempat membuyarkan mimpinya untuk menjadi dokter lebih kurang sebulan lamanya setelah tidak bersekolah lagi karena tidak adanya biaya dan harus menjaga kedua orangtuanya yang tidak bisa melihat lagi.
Ernita Wati, warga Jalan Pembangunan III, Selatpanjang saat ini hanya menjaga dan membantu memenuhi kebutuhan orangtuanya yang sudah tidak bisa melihat.
Jika anak-anak lain seusianya menikmati masa-masa bersekolah, bermain dan mengikuti berbagai bimbingan belajar, Ernita Wati, malah harus berkutat menjaga ke dua orangtuanya yang sedang sakit.
Gadis manis berusia lima belas tahun itu harus istirahat dari sekolah menengah pertamanya, karena ayah dan ibu Ernita sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya sehari-hari, bahkan untuk bergerak saja tidak bisa kalau tidak dipimpin dan dibantu orang lain.
‘’Saya berhenti kelas 2 MTs (SMP sederajat). Karena kemarin ibu sakit, tidak ada yang menjaga. Jadi saya putuskan untuk berhenti dulu,’’ tutur Ernita Wati, Jumat (25/10) didampingi ayah dan ibunya yang dijambangi di gubuk kecil mereka.
‘’Mau pak, saya sangat mau sekolah lagi,’’ jawab Erni, saat ditanya apakah masih ingin bersekolah.
‘’Tapi nanti kalau saya sekolah siapa yang menjaga mak dan bapak?,’’ tanya Erni kembali. Maklum, Erni adalah anak tunggal.
Ayah Erni, Jefrydin (43) atau lebih akrab disapa Ajis, sudah lama menderita rabun akut hingga saat ini sudah tidak bisa lagi melihat. Bukan hanya itu, Ajis juga mengalami kelumpuhan sehingga ia agak susah bergerak apalagi untuk bekerja.
‘’Kegiatan saya sehari-hari ya seperti ini pak, duduk-duduk saja. Mata saya sudah tidak nampak, badan pun sudah seperti lumpuh,’’ kata Ajis.
Ajis menceritakan, sang anak sengaja memilih berhenti sekolah lantaran ibunya Fatimah (48), terserang penyakit katarak sejak beberapa bulan lalu.
Kalau biasanya Fatimah bisa menjaga suaminya yang sakit, sejak terserang katarak Fatimah tidak lagi bisa. Alhasil, sang anak satu-satunya harus mengambil alih tanggung jawab.
‘’Saya sudah katakan pada Erni agar tetap bersekolah dan tidak perlu menjaga kami. Tapi dia tetap memaksa berhenti sekolah untuk menjaga mak dan bapaknya,’’ ujar Ajis.
Tampaknya pilihan Erni sangat beralasan, semua tugas keluarga kini ia emban. Mulai dari menyiapkan air mandi, menjaga orangtua, memasak dan berbagai keperluan lain orangtuanya.
‘’Tapi kalau memang ada pihak yang mau membantu Erni untuk bersekolah kembali, saya akan berterimakasih. Terutama keperluan uang bukunya pak, itu yang agak berat hingga seratus ribu lebih. Masalah kami biarlah tidak apa-apa, masih bisa pelan-pelan bergerak kalau nanti Erni sedang bersekolah,’’ kata Ajis.
Senada dengan ibunya, Fatimah, ia sangat berharap sang anak satu-satunya tetap melanjutkan sekolah dan tidak bersusah payah mengurus ke dua orangtuanya.
‘’Cukuplah kami saja yang bodoh dan tidak sekolah. Tapi dia harus sekolah, biar pandai dan jadi orang senang nantinya,’’ kata Fatimah berlinang air mata.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga ini mengharapkan belas kasihan dari saudara dan warga sekitar rumahnya. Rumah warisan orangtua yang ditempati keluarga Ernita saat ini sudah reot dan hampir rubuh.
Rumah kayu dengan ukuran sekitar 6x6 meter ini hanya menggunakan atap daun yang telah bocor. Lantai-lantai rumahnya juga sudah banyak berlubang. Kita harus berhati-hati saat melangkat di rumah ini, jika tidak ingin terjatuh.
‘’Kalau hari hujan semuanya basah pak, untuk tidur kami harus berdempetan di tempat yang tidak terkena hujan,’’ keluh Fatimah.
Tidak ada kamar di rumah ini, dapurnya pun menyatu dengan rumah tempat mereka tidur. Karena memang rumah ini hanya terdiri dari satu ruangan saja. ‘’Kadang saya sedih melihat Erni harus tinggal dengan kondisi rumah seperti ini,’’ katanya lagi.
Kabag Humas Jadi Orangtua Asuh
Melihat kondisi miris keluarga kurang beruntung tersebut, Kepala Bagian Humas Setdakab Kepulauan Meranti, Ery Suhairi SSos, menawarkan diri untuk menjadi orangtua asuh Erni.
‘’Saya yang akan menjamin pendidikannya hingga SMA nanti,’’ kata Ery, yang juga melihat langsung kondisi keluarga ini. ‘’Apapun kebutuhan kamu silahkan jumpai saya langsung,’’ ujarnya sambil memberitahukan alamat rumahnya yang tak jauh dari rumah anak asuh barunya itu.
Bahkan Ery juga mengajak Erni untuk bermain ke rumahnya dan berkenalan dengan anak-anaknya. ‘’Nanti kalau ada waktu main ke rumah sama adek-adek di sana.***