Lagi, Asap Selimuti Riau

Riau | Rabu, 28 Agustus 2013 - 09:27 WIB

Lagi, Asap Selimuti Riau
Seorang warga mencari rezeki di tengah kabut asap dengan menjual masker di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru. Foto: Defizal/Riau Pos

PEKANBARU (RP) - Provinsi Riau dilanda kabut asap lagi. Kabut asap tebal akibat pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang sempat hilang pertengahan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri lalu, kembali menyelimuti sejumlah daerah beberapa hari terakhir.

Hasil monitoring satelit NOAA pada Selasa (27/8) pukul 16.00 WIB yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, ditemukan 312 titik panas/api (hot spot) di 10 kabupaten/kota yang diduga penyebab timbulnya kabut asap. Hanya Pekanbaru dan Kepulauan Meranti yang tanpa hot spot.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kabupaten Pelalawan terpantau paling banyak yaitu 174 titik. Disusul Bengkalis 43 titik, Indragiri Hulu 26 titik, Kampar 24 titik, Indragiri Hilir 16 titik, Kuantan Singingi 11 titik, Rokan Hilir 8 titik, Siak 5 titik, Rokan Hulu 3 dan Dumai 2 titik. Sementara untuk Sumatera terpantau 343 titik.

Angka ini lebih tinggi dari pantauan pagi hari pukul 05.00 WIB, yakni sebanyak 297 titik. Saat itu Pelalawan terpantau 151 titik, Indragiri Hulu 54 titik, Indragiri Hilir 29 titik, Bengkalis 23 titik, Kampar 20 titik, Kuantan Singingi 10 titik, Siak 6 titik, Rokan Hilir 2 titik dan Rokan Hulu 2 titik. Dumai, Meranti dan Pekanbaru nol. Sementara itu untuk Sumatera terpantau 407 titik.

‘’Kabut asap yang terjadi ini murni dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa daerah di Provinsi Riau,’’ jelas Staf Analisa BMKG Pekanbaru, Slamet. Untuk jarak pandang pantauan jam per jam, disampaikan Slamet, pada pukul 05.00 WIB itu 2.000 meter. Satu jam kemudian turun menjadi 800 meter dan pukul 07.00 WIB jadi 500 meter. Jarak pandang terbatas justru terjadi pukul 08.00 WIB yaitu 400 meter, pukul 09.00 WIB naik jadi 700 meter dan hingga pukul 12.00 WIB terus naik dan mencapai 1.000 meter.

Dijelaskan Slamet lagi, pertumbuhan titik panas juga didukung musim kering saat ini dan pola angin. Di samping adanya dugaan ada campur tangan manusianya.

‘’Ada juga pengaruh badai tropis Kongrey di laut Cina Selatan, sehingga semua masa udara ditarik ke lokasi badai, membuat cuaca jadi panas dan memudahkan tersulutnya hot spot,’’ jelasnya.

Ketua Kelompok Analisa BMKG, Warih Budi Lestari menambahkan, saat ini BMKG melakukan dua kali monitoring titik panas.

‘’Pagi pukul 05.00 WIB dan petang pukul 16.00 atau 17.00 WIB, jumlahnya meningkat dari pantauan pagi,’’ ujar Warih.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo menyatakan, untuk Sumatera, rekor hot spot terbanyak dipegang Riau, disusul Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

Kondisi ini dipicu musim kemarau dan jumlah ini diprediksi akan terus meningkat karena diprediksi puncak aktifitas pembakaran hutan dan lahan terjadi Oktober .

‘’Oktober adalah puncak dari kebakaran lahan dan hutan di Sumatera. 99 persen akibat dibakar, baik oleh individu maupun kelompok,’’ kata Sutopo kepada Riau Pos di Jakarta, kemarin.

Sutopo menegaskan, penegakan hukum adalah kunci pengendalian pembakaran lahan dan hutan. Pemda, PPNS Kementerian Kehutanan, PPNS Kementerian Pertanian, PPNS KLH dan Kepolisian hendaknya makin meningkatkan pengendalian pembakaran lahan dan hutan tersebut. Jika tidak maka jumlah hot spot makin meningkat.

Dua Helikopter Diturunkan

Untuk mengatasi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau menurunkan dua helikopter. Informasi itu disampaikan Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Kaifi Azmi kepada Riau Pos, Selasa (27/8). Menurutnya, helikopter tersebut sudah turun ke beberapa daerah untuk melakukan bombing water.

‘’Kita sudah turunkan dua helikopter. Satu helikopter ke daerah Pelalawan untuk melakukan bombing water. Sedangkan satu pesawat lagi melakukan pemantauan di titik-titik rawan Karhutla,’’ ungkapnya.

Mantan Kepala Bagian Penerangan Biro Humas Setdaprov Riau itu juga mengatakan selain dua helikopter tersebut, juga terdapat dua helikopter tambahan. Satu helikopter stand by dan satu helikopter lagi dalam kondisi perbaikan.

Saat ditanyakan mengenai langkah penanganan lain, ia mengatakan saat ini proses persiapan hujan buatan sudah mulai digalakkan. Hanya saja pesawat yang akan melakukan hujan buatan masih berada di Palembang.

Menurutnya, proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan diprediksi akan berkurang dalam beberapa hari ke depan. Pasalnya, intensitas bombing water terus dioptimalkan di areal yang terbakar.

‘’Setiap harinya pemadaman dari udara dilakukan sampai 50 kali. Helikopter yang disediakan memang diperuntukkan memadamkan titik-titik api di Riau,’’ ungkap Kaifi yang mengaku terus melakukan koordinasi dengan BMKG dan pemerintah kabupaten/kota se Riau.

Ia menambahkan, proses pemadaman dan antisipasi Karhutla tidak hanya dilakukan saat terjadi karhutla. Pasalnya, helikopter yang tersedia stand by hingga bulan Oktober mendatang.

‘’Kita akan terus pantau. Diprediksi bulan Oktober mendatang sudah memasuki musim hujan,’’ ujarnya Kaifi.

Sementarta itu, sehari sebelumnya, Menteri Kehutanan RI Dr H Zulkifli Hasan meminta aparat kepolisian untuk dapat menindak dengan tegas para pelaku pembakaran lahan dan hutan di Pelalawan. Jika tindakan itu tak dilakukan, kasus Karhutla akan terus terjadi.

‘’Berdasarkan data yang telah kita sampaikan di Provinsi Riau telah ditemukan sebanyak 24 kasus pembakaran lahan dan hutan yang diduga dilakukan dengan sengaja. Namun demikian, saat ini kita masih menunggu hasil pemeriksaan dari pihak kepolisian. Jadi, kita minta pihak kepolisian dapat memproses dan menindak tegas pelaku Karhutla ini dengan hukuman setimpal sesuai dengan pasal 187 KUHP yaitu tentang pembakaran kemudian juncto pasal 170, tanpa ada pandang bulu,’’ ujar Zulkifli Hasan saat melakukan kunjungan kerja di PT RAPP, Senin (26/8) lalu.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pelalawan Ir H Mulyono MBA, Selasa (28/8) menegaskan akibat kabut asap jarak pandang terbatas terutama pagi hari.

‘’Ya, meski semenjak tiga hari lalu Kabupaten Pelalawan nihil hot spot akibat diguyur hujan deras, namun berdasarkan data dari satelit NOAA-18 bahwa pada 26 Agustus kembali muncul,’’ papar Mulyono.

27 Tersangka

Terkait kasus maraknya pembakaran lahan yang mengakibatkan kabut asap beberapa waktu lalu, Polda Riau telah menetapkan 27 orang tersangka. Selain perorangan, satu perusahaan juga jadi tersangka.

Untuk mendalami dugaan pelanggaran yang dilakukan perusahaan, saksi ahli hukum pidana akan didatangkan.

‘’Ada 27 orang tersangka perorangan dan satu perusahaan. Belum ada tersangka baru,’’ ujar Kabid Humas Polda Riau, AKBP Hermansyah SIk, Selasa (27/8).

Untuk terduga perusahaan pembakar lahan, Hermansyah memaparkan, masih mendalami dengan melakukan pemeriksaan saksi ahli.

‘’Kasusnya sudah berlanjut ke tahap penyidikan. Sejauh ini, tersangkanya baru perusahaan. Kalau orangnya belum ada, karena penyidik masih mendalami pemeriksaannya dengan mendatangkan saksi ahli dari UGM,’’ ujarnya sembari menyebutkan saksi ahli didatangkan  28 Agustus ini.

Hermansyah menegaskan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kembali muncul hot spot di Riau. Jika ada terindikasi, katanya, polisi akan tegas menindak pelakunya.

Menurutnya, Karhutla bukanlah semata-mata tanggung jawab kepolisian. Ia mengimbau semua unsur di masyarakat saling bahu membahu.(gus/ali/ilo/fat/egp/rio/yud/amn/*4/esi/fia)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook