PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- AMY (25, bukan nama sebenarnya) sedang sibuk pindahan. Ia akan pindah ke tempat kos yang baru.
Barang-barang ia letakkan ke dalam kotak-kotak kardus. Saat mengangkat kardus keluar kamar kosnya, Amy merasa ada sesuatu yang menabraknya.
Karena matanya terhalang kotak kardus, Amy pun berhenti dan melihat apa yang menabrak kakinya.
‘’Oo... kucing tetangga,’’ kata Amy santai melihat kucing berwarna putih abu-abu itu melintas di dekatnya.
Amy pun kembali sibuk mengangkat barangnya.
Beberapa waktu kemudian. Di tempat kos barunya, Amy mendapat panggilan telepon. Dari tetangga kos lamanya.
Tetangganya itu langsung marah-marah ke Amy. Amy pun kaget.
Ternyata ia minta Amy bertanggung jawab atas kematian kucingnya si putih abu-abu.
“Kakak tadi ada nabrak kucing aku kan? Itu tadi adek aku nampak. Katanya kakak nabrak kucing aku. Matanya jadi bengkak. Sekarang kucing itu mati. Kakak harus tanggung jawab,” ujar tetangga Amy itu.
Amy yang merasa bersalah berusaha memberi penjelasan.
‘’Bukan kakak yang menabrak. Kucing itu sendiri yang nabrak kaki kakak,’’ kata Amy.
Tapi sang tetangga nggak peduli. Ia tetap minta Amy tanggung jawab.
Amy mulai emosi. Ia tak yakin kucing itu mati hanya gara-gara menabrak kakinya.
‘’Masa iya bisa sakit separah itu sampai mati. Seperti ditabrak pakai motor aja,” kata Amy sengit.
Sang tetangga tetap tak terima dan terus marah-marah. Amy yang kesal akhirnya menutup sambunungan telepon dan membiarkan tetangganya itu marah sendirian.
‘’Apa iya mati gara-gara aku? Lha cuma kesenggol kaki dan kemarin kucing itu masih bisa jalan,’’ kata Amy pada dirinya sendiri.(ayi)