Empat Kabupaten di Riau Banjir

Riau | Selasa, 27 Desember 2011 - 09:53 WIB

Empat Kabupaten di Riau Banjir
Seorang nenek berjalan mengarungi banjir sambil membawa cucunya di Desa Pauh Angit, Kecamatan Pangean, Kuantan Singingi, Senin (26/12/2011).(Foto: juprison/riau pos)

PEKANBARU (RP) - Intensitas curah hujan dalam sepekan terakhir yang cukup tinggi mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Riau.

Yakni Kabupaten Kampar, Kuantan Singingi (Kuansing), Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Di Kuansing, 9 kecamatan direndam banjir. Ketinggian air antara 50 Cm hingga 1,5 meter. Data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kuansing, sudah 6.156 rumah yang terendam air akibat meluapnya Sungai Kuantan.

Hingga pukul 22.00 WIB tak ada tanda-tanda air akan surut. Malah, daerah yang sebelumnya tak banjir, kini mulai tergenang.

Data yang dihimpun Riau Pos, Senin (26/12), di Kecamatan Kuantan Hilir, banjir merendam 19 desa.

Yakni Desa Tanjung Putus, Pengalihan, Danau, Lumbok, Pelukahan, Pulau Baru, Tanjung, Pulau Kulur, Pulau Beralo, Sungai Soriak, Kampung Tongah, Pulau Madinah, Kepala Pulau, Pulau Kijang, Banuaran dan Pasar Usang.

‘’Sebagian besar ada di Kuantan Hilir seberang. Diperkirakan 1.000 rumah warga yang terendam,’’ kata Camat Kuantan Hilir, Arlis.

Di Kecamatan Pangean, menurut Camat Novrion, dari data yang diterimanya dari masing-masing kepala desa, ada sekitar 1.512 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam air dari 11 desa yang terendam. ‘’Sebagian besar ada di tepi Sungai Kuantan,’’ katanya.

Di Kecamatan Kuantan Mudik, ada sekitar 20 desa yang terendam. Di Kecamatan Inuman, 7 desa terendam. Menurut Camat Inuman, Mastur, diperkirakan ada sekitar 542 KK yang rumahnya terendam.

Di Kecamatan Cerenti, banjir sudah merendam perkebunan warga di Desa Pulau Jambu dan Sikakak. Di Kecamatan Benai, banjir merendam rumah warga di Desa Tanjung, Desa Pulau Tongah, Pulau Ingu serta Talontam. Hingga tadi malam, di Kenegerian Siberakun dan Simandolak, banjir sudah sampai selutut orang dewasa.

Di Kecamatan Kuantan Tengah, banjir merendam rumah warga di Desa Pulau Kopuang Sentajo, Pulau Baru Kopah, dan Munsalo Kopah. Dari informasi perangkat desa pada Riau Pos via pesan singkat, ada sekitar 150 KK yang rumahnya terendam.

Di Kecamatan Gunung Toar, dari 9 desa yang digenangi air, sekitar 545 KK yang rumahnya terendam dengan ketinggian bervariasi. Di Kecamatan Hulu Kuantan, air merendam sekitar enam rumah warga di Desa Lubuk Ambacang. Aparatur kecamatan setempat mulai waswas terhadap rumah warga dan jalan di Desa Tanjung yang terancam rubuh ke sungai.

‘’Karena menyisakan beberapa meter saja dari tepi Sungai Kuantan,’’ kata Camat Hulu Kuantan, Akhyan Armofis.

Menurut Sekcam Singingi Hilir, Budi Asrianto, hujan yang tak kunjung henti membuat Sungai Singingi meluap. Akibatnya, sekitar 15 rumah warga terendam banjir di Desa Sungai Paku dan 10 rumah di Desa Petai Kecamatan Singingi Hilir.

Pantauan Riau Pos, air tak hanya menggenangi halaman rumah warga di sekitar sungai, tapi juga sudah melintasi jalan kabupaten. Di Desa Pulau Ingu Kecamatan Benai, ratusan rumah yang berada di tepi Sungai Kuantan terendam air.

Meski tak ada warga yang mengungsi, sejumlah ternak terpaksa diungsikan. Kendaraan warga juga harus diparkir di sepanjang jalan desa. Pasalnya rumah mereka sudah digenangi air dengan ketinggian mencapai satu meter.

Kondisi sama juga dialami desa yang tak jauh dari Pulau Ingu ke arah hilir, yakni Desa Pauh Angit Kecamatan Pangean. Air sudah mulai mengalir di jalan kabupaten dengan ketinggian 50 Cm, tepatnya di Dusun Marabunta.

Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dissosnaker) Kuansing, Tarmis SPd MM mengakui, jumlah ini akan bertambah, karena masih ada beberapa desa yang berpotensi dan belum melaporkan rumah terendam. Pihaknya juga mendirikan posko di Kota Telukkuantan dan di tiap kecamatan yang terkena banjir.

‘’Seluruh bantuan kita salurkan ke posko dan posko-posko kecamatan yang menyalurkan ke desa-desa,’’ katanya.

Jalan Putus

Tarmis menambahkan, banjir membuat jalan terputus di beberapa tempat. Seperti halnya di Pucuk Rantau, Kecamatan Kuantan Mudik dan di Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan.

Di dua desa di Kecamatan Pangean, yakni Desa Pulau Rengas dan Desa Sukaping, jalan menuju jalan kabupaten juga putus. Sekarang, ratusan KK di sana terisolasi.

‘’Desa sekarang sulit dijangkau,’’ ujar Kepala Dusun dari Desa Pulau Rengas, Surdianto di sela mengangkut bantuan banjir dari Pemkab. Riau Pos coba menelusuri jalan dari Desa Talontam Kecamatan Benai menuju Desa Pulau Kopung, namun terkendala kedalaman air.

Tinjau Korban Banjir

Bupati Kuansing H Sukarmis langsung meninjau lokasi banjir. Pertama di Desa Koto dan Desa Pulau Kopuang Sentajo Kecamatan Kuantan Tengah.

Sekda Kuansing Drs H Muharman MPd juga meninjau sejumlah lokasi banjir di Kenegerian Kopah Kecamatan Kuantan Tengah. ‘’Mereka sangat prihatin dengan banjir yang menimpa warga,’’ kata Kabag Umum Setda Kuansing, Hendra AP MSi.

Sekda Kuansing, Drs H Muharman MPd mengatakan, jika banjir tak kunjung surut, pihaknya akan melapor ke Pemprov Riau. Pihaknya juga telah menyiapkan beras untuk para korban.

Diakuinya, ada beberapa desa yang terputus sehingga tak bisa terjangkau akses transportasi. Seperti di Desa Sangau, Kuantan Mudik dan Lubuk Ambacang di Hulu Kuantan serta desa-desa lainnya di bagian hilir.

Ratusan Hektare Sawah Terendam

Banjir juga merendam ratusan hektare sawah warga yang baru selesai ditanam. Pantauan Riau Pos, di Desa Tebing Tinggi Simandolak Kecamatan Benai, air sudah menggenangi sawah seperti lautan. Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Talontam dan Desa Benai Kecil Kecamatan Benai.

Di Koto Sentajo, Muaro Sentajo dan Pulau Kopuang Sentajo, banjir juga merendam ratusan hektare sawah.

‘’Padi yang baru kami tanam beberapa hari lalu sudah terendam. Entah kapan air akan surut, sepertinya terus meninggi,’’  ujar Arman salah seorang petani yang ditemui di Desa Talontam Benai.

Di Kecamatan Pangean, masyarakat yang masih menyemai padi di sepanjang tepi Sungai Kuantan harus merelakan benih padinya digilas air. Diperkirakan, ratusan hektare semaian padi di Kecamatan Pangean terendam air.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Ir Hardison MP melalui Kabid Produksi, Anida, belum bisa memastikan karena tengah menunggu laporan dari masing-masing petugas di lapangan.

Sejauh ini, sudah dua kecamatan yang melaporkan kondisi sawah yakni Hulu Kuantan dan Pangean. Dari laporan sementara dua kecamatan itu, 25 Ha padi yang sudah ditanam warga beberapa pekan lalu di Hulu Kuantan, terendam.

Di Kecamatan Pangean yang masyarakatnya tengah menyemai padi, sekitar 53,7 Ha air ditambah tanaman-tanaman lainnya seperti ubi kayu 3,15 Ha, timun 0,25 Ha, kacang panjang 0,52 Ha dan pitulo/gambas 0,1 Ha.  

Bantuan Berdatangan

Pemkab Kuansing sendiri telah menyalurkan sekitar 1.500 kotak mie instan plus air mineral pada ribuan korban banjir. Bantuan itu tak hanya datang dari Pemkab.

Tapi juga dibantu sejumlah masyarakat di Kota Telukkuantan. Diperkirakan, sudah 2.000 kotak mie instan yang disalurkan melalui masing-masing camat.     

Di tempat lain, LSM Bina Anak Nagori (BINAR) Foundation juga menyerahkan sekitar 200 kotak mie instan di Kecamatan Kuantan Hilir dan Kecamatan Pangean.

‘’Kami prihatin dengan kondisi yang dialami saudara-saudara kita yang terkena banjir. Mudah-mudahan mereka tabah menjalani cobaan ini,’’ kata Direktur LSM BINAR, Rengga Syahputra.

Di Kampar 11 Desa

Di Kabupaten Kampar, banjir melanda 11 desa di Kecamatan Kampar Kiri dan Gunung Sahilan dan sedikitnya 1.387 rumah warga terendam. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Kampar Kiri.

Menurut Camat Kampar Kiri, Febri Naldi STTP, di kecamatannya ada 7 desa yang terendam banjir yaitu Desa Domo, Desa Padang Sawah, Desa Sungai Liti, Desa Kuntu, Desa Teluk Paman, Desa Teluk Paman Timur dan Desa Lipat Kain Selatan.

‘’Kondisi terparah dialami Desa Kuntu, ketinggian air mencapai 1,5 meter dan memasuki rumah warga,’’ ujarnya.

Banjir juga membuat desa-desa ini terisolasi karena jalan dan jembatan digenangi air. ‘’Setelah Zuhur, dua desa yaitu Kuntu dan Teluk Paman tak bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat karena air sudah lebih selutut,’’ ujarnya.

Banjir, lanjut Febri, terjadi pada Senin (26/12) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Air naik dengan cepat dan bahkan menimbulkan arus sehingga warga segera mengungsikan barangnya ke atas loteng.

Pihak kecamatan segera mendirikan posko banjir. Bekerja sama dengan Puskesmas Kampar Kiri mereka segera memberi bantuan kesehatan bagi masyarakat.

Dari data sementara hingga petang kemarin, 1.151 rumah dengan 1.283 KK dan 5.017 jiwa terendam di Kecamatan Kampar Kiri. 611 Ha lahan perkebunan, 184 lahan pertanian dan 245 lahan peternakan terendam.

Belum ada warga yang mengungsi. Banjir yang sudah terjadi tiap tahun membuat warga waspada, sehingga rumah mereka dilengkapi loteng atau berlantai dua untuk menyimpan barang.

Yang sulit adalah menyelamatkan hewan ternak dan ikan yang banyak lari dari kolam atau keramba. ‘’Kita berharap donatur dapat membantu karena warga akan kesulitan dapat bahan makanan,’’ ujar Febri.

Sekretaris Desa Kuntu Agus Afrianto mengatakan, Kuntu kini sudah terisolasi dari desa lain. ‘’Kami sudah tak dapat ke mana-mana lagi karena jembatan dan jalan juga sudah direndam banjir,’’ ujarnya. Jalan yang ditutup air adalah yang menghubungkan Kuntu dengan Lipat Kain sebagai ibukota kecamatan.

Dari empat dusun di Kuntu, 745 rumah, 3 SD, 1 MTsN, 1 MAS, 1 TK, 2 MDA, 1 masjid, 15 musala, 1 kantor desa, 20 ruko di pasar desa terendam.

Di Kecamatan Gunung Sahilan, banjir sudah terjadi sejak seminggu lalu dan sempat surut. Namun hujan dua hari belakangan membuat banjir kembali naik. Di kecamatan ini, 5 desa terkena banjir yakni Desa Kebun Durian, Gunung Sahilan, Sahilan Darussalam, Subarak dan Desa Sungai Lipai. 236 rumah sudah terendam banjir. Yakni di Desa Gunung Sahilan 86, Sahilan Darussalam 113, Subarak 7, Sungai Lipai 9 dan Kebun Durian 21.

Kecamatan Kampar Kiri Hulu yang kemarin sempat diterjang banjir bandang kini malah tak terendam. Menurut Camat Kampar Kiri Hulu Martius, warganya tak terpengaruh dengan meluapnya Sungai Kampar Kiri karena kecamatan mereka ada di sepanjang Sungai Subayang.

PLTA Buka Semua Pintu Air

Sementara itu, Manejer PLTA Koto Panjang melalui Humas PLTA Dharmawan didampingi Supervisor PLN Rayon Bangkinang Chandra menyatakan kini debet air di waduk PLTA sangat tinggi sehingga pihak PLTA mengambil kebijakan membuka semua pintu air. Ini tentu saja membuat Sungai Kampar meluap.

‘’Kita harus melakukan langkah ini karena khawatir nanti malah mempengaruhi kondisi turbin,’’ ujarnya. Namun pihaknya sudah memberi informasi ini ke pemerintah kabupaten dan kecamatan sehingga petani keramba dan masyarakat dapat bersiap-siap.

Gubri Tinjau Meranti Pandak

Banjir yang terjadi di beberapa tempat di Pekanbaru menimbulkan keprihatinan Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP. Menurutnya, Pemko bersama instansi terkait harus dapat mencarikan solusi dan antisipasi agar bencana ini tak lagi memberatkan warga.

‘’Saya prihatin dengan bencana banjir yang menenggelamkan rumah warga. Bahkan dari informasi, ribuan warga terpaksa mengungsi karena musibah ini. Untuk itu saya mengajak kita bertawakal dengan tetap berupaya mencari solusi,’’ tutur Gubri usai meninjau banjir di Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir, Senin (26/12).

Dalam kesempatan itu, Gubri yang didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Riau, Dra Hj Septina Primawati Rusli juga menyerahkan bantuan bahan berupa sembilan bahan pokok, obat-obatan serta kebutuhan lain yang diperlukan korban.

Di antaranya pakaian, selimut, mie instan, sarden, peralatan bayi, baju sekolah, minyak goreng dan lainnya.

Turut hadir, Sekretaris Kota Pekanbaru, HM Wardan bersama istri, pihak kelurahan serta RT/RW di wilayah itu. Kedatangan rombongan disambut antusias warga yang sedang mengungsi di Musala Baitul Raihan di Jalan Pesisir Ujung. Di situ, Gubri menerima keluhan dari warga yang jadi korban banjir.

Gubri juga mengaku prihatin terhadap minimnya pembangunan infrastruktur di Kelurahan Meranti Pandak. Menurutnya, kelurahan ini memiliki posisi strategis dan dekat dengan perkotaan. Namun masih seakan terisolir, bahkan jadi langganan banjir.

‘’Kita lihat sendiri, jalannya sama sekali belum pernah diaspal dan masih jalan tanah. Padahal, kita lihat di seberang sana ada hotel berbintang dan pusat keramaian. Pembangunan ini idealnya merata dan pro rakyat,’’ paparnya.

Kendati demikian, Gubri mengatakan Riau sudah memberi perhatian ekstra ke masyarakat. Sebagai wujud nyata, Pemprov segera membangun berbagai infrastruktur di kawasan ini.

Soal solusi berupa pembangunan pompa pengendali banjir di areal itu, Gubri menilai banjir tak bisa diatasi secara parsial dan sporadis. Harus dibuat secara menyeluruh dengan melihat semua sistem agar hasilnya optimal. Apalagi, banjir di daerah ini hampir tiap tahun.

‘’Seharusnya, Pemko sejak dulu sudah memikirkan antisipasinya,’’ ungkapnya.

Soal rencana pemindahan, Gubri mengatakan itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. ‘’Relokasi bisa saja dilakukan dengan mencari tempat yang aman dari banjir,’’ tutur Gubri.

Sekretaris Kota Pekanbaru HM Wardan menanggapi positif kesungguhan Pemprov untuk membangun infrastruktur di kawasan ini. Dia juga mengaku telah menginstruksikan instansi terkait, pihak kecamatan/kelurahan untuk mencari solusi guna meringankan beban korban banjir.

Ketua Tim Penggerak PKK Riau, Septina Primawati Rusli turut prihatin. Dia menyayangkan fasilitas infrastruktur di areal ini.

‘’Kita lihat banjir cukup berdampak besar, ini terlihat dengan banyaknya warga yang mengungsi. Mari kita ambil hikmahnya, semoga dengan komitmen Gubernur, daerah ini dapat lebih berkembang,’’ ujarnya.

Bantuan yang diberi Gubri bersama rombongan disambut suka cita warga. Salah seorang korban banjir, Ema (52) mengaku sangat terbantu. Ibu lima anak ini hampir putus asa, karena sudah empat hari air menggenangi kediamannya.

‘’Kami sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Kemarin sudah mulai turun, lalu kami bersihkan. Namun air naik lagi, bahkan lebih besar sehingga kami terpaksa mengungsi,’’ ungkapnya.

Belum Dapat Bantuan

Sisi lain, korban banjir yang mengungsi di tenda pengungsian belum juga dapat bantuan. Pasalnya, hingga kini pihak RT/RW masih mendata berapa rumah masyarakat yang terendam. Warga Jalan Gotong Royong II RT 03/RW 11 Perumahan Mutiara Witayu

Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Nilam mengaku, dia mengungsi pada Sabtu (24/12) lalu karena rumahnya sudah terendam banjir setinggi dada orang dewasa.

‘’Hingga kini kami belum menerima bantuan dari pemerintah. Yang ada baru bantuan tenda dari PMI dan Kodim,’’ ungkap Nilam yang sudah tinggal di perumahan itu sejak tahun 2000.

Banjir terjadi mendadak ketika warga sedang tidur. Nilam menceritakan, banjir terjadi Jumat (23/12) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Dia tak menyangka banjir akan terjadi secepat itu, pasalnya hujan baru terjadi sekitar pukul 19.00 WIB.

Menurut dia, banjir terjadi karena kiriman air dari daerah yang lebih tinggi, sehingga tak mampu lagi ditampung drainase menuju Sungai Umban Sari. Banjir di Perumahan Witayu mulai terjadi pada 2002.

Hampir tiap tahun memang selalu terjadi banjir meski dan yang terparah pada 2008. ‘’Ketika itu air mencapai atap rumah dan merendam semua rumah di kawasan ini, bahkan hingga ke jalan lintas yang jaraknya sekitar 500 meter dari perumahan,’’ jelasnya.

Camat Rumbai, Hasan Basri mengakui pihaknya hanya sebatas mendata dan bantuan pemerintah memang belum ada. ‘’Setelah itu baru kami sampaikan ke Dinas Sosial (Dinsos) dan Pemko Pekanbaru,’’ jelasnya ketika sedang memantau di lokasi banjir.

Hasan menambahkan, dari data yang sementara, diperkirakan 400 rumah terendam di RW 11 dari lima RT yang ada. 200 kepala keluarga (KK) mengungsi baik ke tenda, rumah tetangga, maupun sanak familinya. Ada juga warga yang memilih bertahan di rumahnya karena masih dapat ditempati.

Kepala Kesbangpol Pemko Pekanbaru, Maiyulis Yahya

mengatakan, ketinggian air belum begitu mengkwatirkan karena daerah ini memang langganan banjir. Pihaknya selalu siap dihubungi jika warga perlu tambahan tenda atau perahu karet. Kini sudah ada dua tenda dari PMI dan Koramil.

‘’Tenda PMI sudah menampung 13 KK dan tenda Kodim belum diisi,’’ ujarnya usai memantau dan wawancara langsung dengan warga, serta RT/RW serta Camat Rumbai.

Pantuan Riau Pos, air masih menggenangi sejumlah rumah di kawasan Perumahan Mutiara Witayu, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai.

Rumah Terendam di Rantaukopar Bertambah

Genangan air yang merendam daerah langganan banjir khususnya di wilayah Kecamatan Rantaukopar, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) hingga kemarin terus bertambah.

Jumlah rumah yang terendam di Kecamatan Rantaukopar kembali bertambah jadi 10 khususnya di daerah Sekapas, belum ada yang mengungsi.

‘’Kita bersama perangkat penghulu terus memantau. Hingga kemarin air di tempat kita terus naik perlahan. Kepenghuluan Sekapas termasuk rendah. Sebagian besar air sudah mencapai lantai rumah. Kalau air sudah masuk ke rumah, masyarakat membuat pangkin dan aktivitasnya dilakukan di situ,’’ kata Camat Rantaukopar, M Nasir.

Wilayah Kecamatan Tanahputih juga termasuk langganan banjir. Namun air yang terus naik belum sampai menyentuh lantai rumah penduduk.

‘’Yang terendam baru sebatas lahan,’’ kata Camat Tanahputih, H Jabil Syamsuddin. Di Kepenghuluan Sintong, ketinggian air mencapai 50 Cm. ‘’Lahan perkebunan sudah terendam. Termasuk beberapa pondok di lahan,’’ lanjutnya.

Dikhawatirkan, tambah Jabil, genangan air bisa bertambah jika terus hujan ditambah pengaruh dari Kabupaten Rokan Hulu (Rohul). ‘’Gilirannya, bakal ada rumah yang terendam. Apalagi kondisi air di tempat kita sama seperti di Rantaukopar dan Pujud yang sudah naik,’’ kata Jabil.

Tahanan Kebanjiran

Di Kabupaten Kepulauan Meranti, Rumah Tahanan (Rutan) Selatpanjang terendam air. Kondisi itu membuat tahanan yang berada dalam sel harus terendam. Air mencapai setinggi lutut atau lebih kurang 0,5 meter.

Kepala Rutan Selatpanjang Hendro menyebutkan, banjir itu akibat naiknya air pasang laut ke dalam Rutan atau lebih dikenal dengan pasang keling. Pihaknya pun merasa khawatir.

‘’Bagaimana tidak, kalau terjadi apa-apa terhadap warga binaan kita di dalam sel, kita yang harus bertanggung jawab,’’ kata Hendro.

Dikatakannya, pasang keling terjadi tiap tahun di Rutan Selatpanjang. Seluruh warga binaan tetap berada dalam sel sebab pihaknya tak mau berisiko.

‘’Kalau kita ungsikan, risiko tahanan kabur akan makin besar. Kita hanya meninggikan tempat tahanan dengan dibuat kayu peninggi dalam sel,’’ tuturnya.

Riau Masih Diancam Banjir

Banjir masih berpeluang berlanjut hingga 2012. Analisa dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, curah hujan tinggi masih menyelimuti Riau hingga Januari 2012.

Menurut Kepala Kelompok Analisa dan Prakiraan BMKG Pekanbaru Marzuki, curah hujan di Riau pada Desember 2011 tak jauh beda dengan November 2011. Kondisi ini pun akan masih terlihat hingga Januari 2012.

BMKG Pekanbaru menganalisa, curah hujan berpeluang pada sore dan malam hari. Angin bertiup dari arah Barat Laut sampai dengan Timur Laut dengan kecepatan 5-25 Km per jam, kecepatan angin maksimum dapat mencapai 45 Km per jam.

‘’Curah hujan ini merata di seluruh kabupaten/kota. Di wilayah Kabupaten Bengkalis bagian timur sedikit rendah dibanding kabupaten/kota lainnya,’’ jelas Marzuki. Hasil ini pun disampaikan BMKG Pekanbaru ke masing-masing kabupaten/kota untuk diinformasikan pada masyarakat.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Syamsurizal, pihaknya terus memantau banjir di kabupaten/kota di Riau. Sejauh ini penanggulangan masih diatasi masing-masing kabupaten/kota. ‘’Belum ada yang minta bantu,’’  ujarnya.

Bila banjir sudah sampai pada tingkat darurat, BPBD Riau akan turun langsung ke lapangan.

Dalam kondisi ini, diakuinya BPBD Riau lebih bersifat koordinasi. Kalaupun nanti daerah perlu sembako dan peralatan lainnya, tetap akan dikoordinasikan dengan Dinas Sosial Riau. Pasalnya, stok itu ada di Dinas Sosial Riau.

‘’Tapi kalau mendesak kita akan turun dengan armada lengkap. Bahkan kita sudah berkoordinasi dengan Korem dan Polda Riau,’’  bebernya.

Menurut Kasi Penanggulangan Bencana, Dinas Sosial Riau, Maradona, banjir di wilayah Rumbai Kota Pekanbaru, Kuansing, Rohul, Kampar sudah mulai surut.

Namun bukan tak mungkin akan kembali naik kalau curah hujan masih tinggi. Dalam waktu satu dua hari ini Pemprov melalui Dinas Sosial akan menyalurkan bantuan banjir di Rumbai.(j/rdh/rio/s/sah/amy/dac)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook