DURI (RP) - Hasil penelitian sementara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bengkalis menyebut, kasus retak-retaknya puluhan rumah warga di kawasan Jalan Arjuna Desa Bumbung Kecamatan Mandau baru-baru diduga karena adanya kegiatan seismik, getaran operasional peralatan CPI, atau karena gempa. Namun dugaan tersebut dibantah PT CPI.
Manajer Komunikasi dan Hubungan Media PT CPI, Tiva Permata kepada wartawan, Selasa (26/11) menegaskan bahwa getaran yang timbul akibat sejumlah aktivitas CPI di dekat kawasan itu masih jauh di bawah ambang batas.
“Menurut penelitian yang pernah dilakukan CPI dan dipresentasikan di depan tim Bapedalda Bengkalis beberapa tahun lalu, getaran operasi CPI, baik seismik, lalu lalang kendaraan berat, maupun mesin pembangkit listrik masih jauh di bawah ambang batas,” ujar Tiva. Dengan alasan itu, menurutnya, kegiatan operasional CPI tidak akan menyebabkan keretakan bangunan di sekelilingnya.
Ditambahkan Tiva, ada banyak penyebab terjadinya keretakan bangunan, mulai dari mutu bangunan, pergerakan tanah, jenis permukaan tanah, dan lain-lain.
Data geologi CPI pun menunjukkan bahwa struktur bawah tanah Duri memiliki banyak patahan, yang bisa menyebabkan longsor atau keretakan tanah.
“Data kami juga menunjukkan bahwa tanah Duri mengandung lempung yang memuai saat musim penghujan dan retak-retak saat musim kemarau,” imbuhnya.
Refri warga Mandau yang berpengalaman cukup lama sebagai karyawan Migas di kawasan DSF meminta agar pihak pemerintah terkait turun ke lapangan untuk mengecek sejauh mana dampak yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan eksplorasi dan ekploitasi minyak CPI di kawasan itu.
“Yang diturunkan itu harus orang yang benar-benar ahli di bidangnya, bukan sembarangan,” pintanya.(sda)